sebelas;

7K 476 8
                                    

"Oke Mbak Reyna bisa kerja mulai besok," ucap Dannis diikuti anggukan setuju dari Amanda dan senyuman lebar dari Ririn.

Reyna, perempuan berumur sekitar 23 tahun itu tersenyum senang "Terimakasih!"

Karena Ujian Nasional sebentar lagi, Dannis dan Amanda memustuskan untuk mencari orang baru untuk menjaga toko bunga, sekaligus menjadi asisten ibu Dannis dan Amanda.

Setelah Reyna pamit, mereka bertiga duduk dikursi yang sudah disediakan didalam toko. Kebetulan sore ini toko sepi, cuaca pun mendung. Ririn menyesap teh nya lalu berucap "Kalian berdua .. ikut refreshing angkatan kita?"

Amanda mengalihkan pandangan ke Ririn "Oh ya? Kok gue gak tau ya?"

"Memang baru sih beritanya, tapi denger-denger tempatnya bagus, dan kita bakal nginep di sebuah penginapan, beberapa hari." Ririn mengaduk-aduk tehnya "Bagus deh, gue tadi liat fotonya digrup angkatan."

Amanda yang mendengarnya langsung membuka ponselnya "Bagus banget, fix ikut."

"Gue gak ikut ah, males." ujar Dannis dengan kaleng soda ditangan kanannya

"Yaudah." Amanda diam sejenak "Eh! Dannis, ikut dong.." rengek Amanda. Ia baru teringat sesuatu, kalau Dannis tidak ikut, pasti ibunya tidak akan memperbolehkannya untuk ikut

"Ogah," ucap Dannis santai "Paling juga acaranya gitu-gituan doang, bosen, basi."

"Ih! Gak boleh gitu, ayolah! Kalau lo gak ikut, pasti gue gak dibolehin sama Mama,"

"Gak."

"Harus."

"Gak."

"Harus."

"Gak."

"Harus."

"Gak."

"Gak."

"Harus." Dannis terdiam lalu sadar "Eh?"

Tawa Amanda dan Ririn berderai menghidupakan suasana toko yang sepi "Yes! Dannis juga ikut, yeay!"

Cowok itu menghela napas, lalu tersenyum kecil diam-diam. Sambil melihat dua perempuan di depannya yang tertawa lepas. Amanda melontarkan sebuah lelucon yang membuat Ririn tertawa terbahak-bahak

"Lo mau liat foto Dannis pas kecil gak?" tanya Amanda. Dannis yang mendengarnya langsung membelalakkan matanya

"Jangan!" sergah Dannis cepat

Tawa Amanda berderai, mungkin mengingat foto Dannis waktu kecil yang ditunjukkan ibu Dannis kemarin sore. Ririn memohon untuk melihat foto tersebut dan langsung dijawab gelengan oleh Dannis.

"Lucu banget deh, Rin! Masa mukanya beler, abis nangis. Kata Mami Anna sih, gara-gara takut sama badut Spongebob!" jelas Amanda. Sontak Ririn, langsung tertawa ngakak. Dannis hanya bisa sabar, sudah kebal dibully oleh dua perempuan ini. "Kapan-kapan lo harus liat,"

Ponsel Ririn berbunyi, Ririn memberi kode kepada mereka berdua supaya menunggu "Halo sus, ada apa?" senyuman Ririn luntur begitu saja ketika menerima telepon. Satu tetes air mata jatuh membuat Amanda dan Dannis beranjak dari duduknya "Gue .. gue pergi dulu."

Dengan cepat, Ririn keluar dari toko bunga.

"Kejar Ririn, Dan."

Tanpa berpikir panjang, Dannis menggangguk lalu mengikuti Ririn yang sudah duluan menaiki sepedanya, Dannis berteriak memanggil nama Ririn, namun dihiraukan gadis itu. "Sial, kunci motor gue mana?!"

Setelah menemukan kunci motornya, Dannis menyalakan mesin motornya dan mengenakan helmnya. Ririn berhenti di sebuah rumah sakit. Rumah sakit yang selalu Ririn kunjungi-Dannis tahu itu.

Ririn berlari memasuki rumah sakit tak memerdulikan pengunjung melihatnya aneh. Dannis khawatir dengan Ririn. Kaki Dannis membawa Dannis ke lantai 4 rumah sakit. Dari ujung lorong, Dannis bisa melihat Ririn berdiri didepan pintu ruang rawat inap.

Perempuan itu terlihat berantakan dan rapuh sekali dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Dannis berjalan mendekat lalu mendekap tubuh mungil Ririn. "Everything is gonna be okay,"

Dannis sendiri masih bingung, apa yang sebenarnya terjadi? Ia sama sekali tak mengerti. Gadis yang beradi didekapannya sekarang adalah gadis yang paling membuat Dannis bingung dan itu membuat Dannis makin penasaran terhadapnya.

Beberapa suster keluar dari ruangan, membuat Ririn melepaskan pelukan Dannis pelan. Suster itu mendorong sebuah ranjang yang beroda keluar ruangan, seorang laki-laki separuh baya tertidur lemah diatas ranjang. Keadaan darurat, Dannis tahu itu.

Seorang dokter menutup pintu ruangan dan mengikuti para suster memasuki ruangan UGD. Ketika Ririn ingin ikut masuk kedalam, seorang suster melarangnya dan mengatakan ia harus menunggu diluar, tidak boleh didalam. "Keadaan ayah kamu menurun, ia krirtis. Mohon, untuk menunggu diluar."

Suara isakan kembali terdengar, membuat hati Dannis teriris mendengarnya. "Semua akan baik-baik saja, Rin. Lo harus percaya itu," ujar Dannis.

Ririn masih menangis, ia menggelengkan kepalanya tidak percaya "A-ayah .."

"Ayah lo akan baik-baik saja."

Ia kembali mendekap Ririn yang menangis tersedu. Berusaha menenangkan gadis itu dan menguatkan gadis itu dengan kata-kata yang bisa membuatnya tenang.

*

"Ayah gue udah beberapa bulan ini koma, dan belum bangun sampai sekarang dan tadi, gue dapet telpon dari pihak rumah sakit yang mengatakan kalau keadaan ayah menurun." Ririn menatap lurus dengan pandangan kosong, hampa.

Dannis yang berada disebelahnya mengangguk-angguk mengerti.

"Dulu, waktu ayah dan ibu pacaran. Entah alasan apa, ibu terjerumus pada pertemanan yang gak sehat, lalu mengandung gue. Ketika ayah tau itu pun, dia sama sekali gak marah ke ibu. Dia nganggep gue seperti anak kandungnya sendiri dan menikahi ibu. Gue sayang banget sama ayah.

"Sampai keluarga pihak ayah gue tau, kalau gue bukan anak kandung ayah, mereka marah besar dan membenci gue dan ibu. Ayah selalu membela ibu dan gue yang masih didalam perutnya. Semenjak keluarga gue hancur dan ayah mulai sakit-sakitan dan koma, gue diadopsi oleh keluarga gue yang sekarang, Bunda Adinda dan Papa Adhi."

"Dan ibu lo sekarang, dimana?" tanya Dannis hati-hati

"Dia meninggal ketika melahirkan gue," jawab Ririn sambil tersenyum kecil.

"Maaf,"

"It's okay. Gue baru pertama kali nyeritain ini ke orang lain-"

"Gue bakal jaga rahasia ini."

"Thank's, Dan."

Seorang suster keluar dari ruangan UGD "Pasien bisa dikunjungi sekarang. Tapi, maaf hanya satu orang saja dan harus mengenakan baju khusus."

"Saya mau, sus." ujar Ririn lalu memberi kode ke Dannis untuk menunggunya. Laki-laki itu menggangguk mengerti.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang