Prolog

30.2K 1.2K 10
                                    

"Selesai!" ujar Amanda dengan semangat. Anak perempuan itu kini tersenyum lebar. Bagaimana tidak? Rumah pohon yang dia dan sahabatnya─Dannis idamkan akhirnya jadi juga. Matanya berbinar-binar.

Ayahnya dan Ayah Dannis turun dari atas pohon. Mereka berdua turun dari pohon diikuti Dannis.

"Akhirnya, udah jadi rumah pohon kita," sorak Amanda.

"Yee, kamu aja gak bantu bikin cuma liatin dari bawah" timpal Dannis

"Biarin. Tapi, aku 'kan bantuin bikin makanan dan minuman," Amanda mengerucutkan bibirnya, lalu tersenyum senang lagi "Aku mau ke atas, kamu mau ikut gak?"

Dannis mengangguk kecil mengikuti Amanda yang terlebih dahulu menaiki tangga yang tertempel di batang pohon "Hati-hati ya,"

Setelah mereka berdua berhasil menaiki rumah pohon, Amanda memandang sekelilingnya dengan pandangan takjub. Cukup nyaman disini, pohon yang bercabang, banyak daun yang menutupi atap rumah pohon, dan batang pohon yang kokoh memungkinkan rumah pohon ini akan bertahan lama sampai mereka dewasa.

"Keren banget, nanti aku mau tempelin foto-foto kita disini," ujar Amanda sambil menunjuk dinding yang terbuat dari kayu.

Dannis menggangguk setuju mendengarnya, lalu ia teringat sesuatu "Aku udah siapin, kertas ini untuk kita bikin time capsule."

"Oh iya, aku lupa."

Sesuai janji mereka, kalau rumah pohon sudah jadi mereka akan membuat time capsule dan menguburnya dalam-dalam disebelah rumah pohon.

Mereka menulis dengan diam. Semua sibuk menulis. Tentang cita-cita atau keinginannya jika sudah besar nanti.

"Selesai! Ayo," ternyata Amanda selesai duluan. Sedangkan Dannis tampak mencepatkan gerak tulisannya. "Dannis nulis apa?"

"Rahasia."

"Iyadeh"

Dannis tersenyum miring dan memasukkan kertasnya dan kertas Amanda ke kotak besi, jadi kalau hujan pun kertas akan terlindungi sampai nanti. "Yuk, sekarang kita kubur"

Mereka berdua menuruni tangga rumah pohon dengan hati-hati, lalu dengan cepat keduanya menggali tanah yang tidak terlalu dalam di samping pohon dan memasukkan kotak besi itu.

"Jadi, kapan kita buka time capsule nya? Besok aja ya? Aku penasaran apa yang Dannis tulis." Amanda memberikan tatapan memohon kepada sahabatnya

Dengan cepat, Dannis menggeleng kuat "Gak. Masa, besok? Kata Bu Indah 'kan, time capsule dibukanya beberapa tahun setelahnya,"

"Tapi, janji ya, kita buka time capsulenya sama-sama?"

"Janji!"

Amanda mengangguk nurut, walaupun sebenarnya ia sangat penasaran dengan apa yang Dannis tulis. Tapi, ia memilih untuk bersabar dan membiarkan waktu membawa semuanya.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang