enam; changed.

9.1K 620 12
                                    

Dannis menatap kesal, dicabutnya kelompak bunga mawar itu dari tangkainya. Kini bunga yang tadinya indah menjadi hancur tak karuan. Ia meremas-remas sebuah surat (yang menurutnya) menjijikan yang dikirim oleh Sean untuk Amanda. Setelah semuanya hancur ia langsung membuang kejam bunga dan kertas itu di tempat sampah.

"Dannis lo ngapain?" Amanda mengernyit bingung. Ia berjalan melihat isi tempat sampah tadi dan menemukan sepucuk surat dan bunga mawar yang sudah tak berbentuk lagi. "Kok lo nyebelin sih!"

"Gak penting. Mending dibuang aja,"

Amanda memungut lagi bunga dan surat tadi, "Akhir-akhir ini lo kenapa sih Dan?" Amanda menatap sahabatnya dalam "Lo berubah. Kenapa?"

Dannis tidak mengerti, Amanda marah sampai seperti ini. Amanda kalau sudah marah berubah menjadi lebih kalem. Dannis tau itu. Dannis hendak meminta maaf tetapi sayang, gengsinya lebih banyak ketimbang rasa bersalahnya.

Dannis membalas tatapan itu, yang menusuk dan dalam "Semua orang berubah, Man."

*

"Mungkin lo emang berubah," ujar Ririn sambil kembali memakan ice cream yang ada digenggamannya. Dannis yang berada di sebelahnya tampak berpikir. Dannis meminta pendapat Ririn tentang mengapa Amanda mengatakan kalau Dannis berubah

Mereka berjalan berdua melintasi pasar tradisional yang berada di kota kecil tempat mereka tinggal. Dannis tampak berpikir keras berbeda dengan Ririn yang masih santai memakan ice cream nya tanpa tau kalau sedari tadi Dannis berusaha keras mencerna kata-kata yang baru saja ia ucapkan.

Setelah akhirnya menyerah, akhirnya Dannis kembali bertanya "Berubah? gue masih gak ngerti. Gue berubah jadi apa? power rangers?"

Ririn terkekeh mendengarnya "Lo jadi nyebelin mungkin?"

"Amanda selalu berpikir kalau gue nyebelin"

"Bener juga. Tapi ini dalam arti yang berbeda, Dan. Mungkin ke-nyebelinan lo itu udah di lewat batas .. keterlaluan?"

Dannis menghela napas panjang "Apa Amanda suka sama Sean?"

Ririn terpaku sebentar sambil menatap mata Dannis berusaha mencari sesuatu, setelahnya ia tersenyum maklum "Apa lo suka sama Amanda?"

"Gue gak tau, Rin."

Ririn sudah tau jawaban yang sebenarnya. Hatinya seakan teriris melihat kebenaran dari mata Dannis. Apa Ririn boleh berharap lebih banyak kepada Dannis?

Ririn tersenyum lebar, bahkan dengan keadaan seperti ia masih bisa tersenyum "Gue akan selalu dukung lo, Dan."

Mereka berdua jalan menyamakan langkah, "Eum, lo gak apa-apa gue ajak ke pasar tradisional gini?" tanya Dannis

"Emang kenapa?"

"Biasanya 'kan cewek jijik ke tempat kayak gini, becek katanya" Dannis terkekeh sendiri mendengar candanya

"Gue beda sama mereka berarti, Dan. Gue dulu sering ke tempat ini bareng ayah. Bonus tempat disini 'kan kalau buat belanja murah banget, Hahaha," mereka berdua tertawa "Kemana aja, gue mau. Asal bareng lo, gue udah seneng"

Mendengar hal yang baru saja Ririn katakan membuat bibir Dannis tertarik keatas membentuk senyuman manis nya. Tangannya bergerak mengacak-acak rambut Ririn "Bisa aja lo"Apa Dannis boleh mengharapkan Ririn?

*

"Gue minta maaf," ucap Dannis

"Untuk apa?" tanya Amanda balik

"Untuk semuanya, semua kesalahan gue yang udah bikin lo kesel. Apupun itu, gue minta maaf"

Amanda bergerak menarik Dannis untuk memeluknya, yang Dannis lakukan hanya balas mendekapnya "Maafin gue juga, untuk segalanya."

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang