Dua Puluh Dua

120 19 4
                                    


Satu hari sebelum pernikahan, Eun-hee mendadak menghilang. Ia hanya meninggalkan sebuah memo di atas mejanya, bertuliskan.

[Eric dan Chae-ri, tidak perlu cemas dan mencariku, aku akan pulang tepat waktu.]

Chae-ri memasang wajah tidak enak melihat Eric Han berjalan berputar-putar di apartemen mereka. Eric tampaknya menelepon satu per satu kenalan Eun-hee, cemas gadis itu meninggalkannya di altar pernikahan. Eun-hee tidak mengabari siapapun, tetapi ada satu nama yang membekas di pikiran Eric.

Park Jung-kwan.

Mungkinkah pria itu tahu dimana Eun-hee berada?

Tanpa pikir panjang, Eric meraih ponselnya dan menghubungi nomor Jung-kwan. Jeda cukup lama sebelum Jung-kwan akhirnya menjawab panggilan Eric.

"Ini aku, Eric." Terdengar gumaman Jung-kwan yang bisa diartikan sebagai sapaan salam. "Aku... hanya ingin bertanya. Apakah kau tahu dimana Eun-hee sekarang?"

Dari ekspresi Eric, Chae-ri tahu bahwa jawaban Jung-kwan pasti mengecewakan. Terakhir kali diberitakan, Jung-kwan berada di rumah keluarganya, sejenak mengasingkan diri dari publikasi dan kehidupan selebritis.

"Dia tidak tahu..." Eric frustrasi, nyaris ingin menjambak rambutnya sendiri.

"Kak Eun-hee tidak mungkin melarikan diri..." ucap Chae-ri tenang. "Kau harus belajar mempercayainya..."

"Ya... Kau benar..." Eric menghela nafas. "Aku saja yang tidak percaya pada diriku sendiri..."

-000-

"Setelah hari ini, aku akan melupakanmu..." janji Eun-hee pada dirinya sendiri.

Eun-hee mendatangi satu per satu tempat kenangan antara dirinya dengan Jung-kwan. Semuanya bermula dari sini, dari lokasi syuting variety show-nya dengan Jung-kwan di KRS Building.

Eun-hee duduk sejenak meluruskan kakinya di kursi yang terletak berseberangan dengan KRS Building. Ia tersenyum mengingat tempat Jung-kwan menolongnya ketika mabuk tidak jauh dari sini.

Eun-hee memeriksa ponselnya. Ia sudah seharian mematikannya. Ada puluhan sms dan telepon dari Eric maupun Chae-ri. Kemudian ada beberapa telepon dari... Jung-kwan.

Eun-hee menahan nafas, menguatkan tekadnya. Mungkin Eric mencarinya di tempat Jung-kwan? Mungkin... hanya kebetulan semata...

Tepat saat itu, ponselnya berbunyi. Tertulis nama Park Jung-kwan di sana. Dengan tangan gemetar, Eun-hee buru-buru mematikan ponselnya kembali. Ia menegakkan tubuh dan berjalan menuju rute yang dipersiapkannya sejak seminggu lalu. Rute perjalanan patah hatinya yang terakhir.

-000-

"Es krim coklatnya satu..." senyum Eun-hee pada si penjual. Ia senang mengenakan penyamaran sederhana yang membuatnya tidak dikenali. Dengan kacamata kuda dan rambut yang dinaikkan ke baseball cap, Eun-hee terlihat tomboy dan berbeda.

"Ehm... enak sekali..."

Eun-hee tersenyum ketika merasakan kelembutan krim coklat yang meleleh di mulutnya. Udara mulai menghangat di awal bulan Mei. Matahari tidak terasa menyengat sementara dedaunan hijau di sepanjang pelataran jalan terlihat indah.

Cuaca yang nyaman dan hangat, hari yang tepat untuk berjalan-jalan, dan segenggam es krim di tangannya. Eun-hee tersenyum ketika tangannya meraba pipinya yang tahu-tahu sudah basah.

Ia pasti terlihat seperti orang gila. Duduk di kursi, memakan es krim sambil menangis. Eun-hee menghapus air mata secepat dirinya membiarkan es krimnya meleleh habis.

Her Man [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang