Dua Belas

152 29 1
                                    

Eun-hee menghabiskan malam itu dengan tidur dalam pelukan Jung-kwan setelah lelah menangis. Paginya, Jung-kwan mengantarkan Eun-hee pulang walaupun kondisi tubuhnya sedang tidak fit.

"Matamu harus dikompres es dingin..."

"Ya, terimakasih banyak..."

Jung-kwan tersenyum dan menderetkan kecupan di keningnya. Melihat Jung-kwan begitu baik padanya, perasaan Eun-hee berantakan dan kacau balau.

Eun-hee meletakkan tas di kursi dan memasuki kamar apartemennya. Chae-ri masih tidur. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Eun-hee melihat kalender dan menyadari jarak menuju hari Minggu tinggal hitungan jari.

Ia mendadak tidak ingin pergi.

Semua yang terjadi kemarin seperti mimpi yang tidak nyata. Park Jung-kwan mengakhiri perjanjian mereka. Park Jung-kwan menyatakan perasaannya kepada Eun-hee dan... Eun-hee malah harus pergi ke Amerika.

Wajah yang balas menatap Eun-hee dari cermin terlihat lelah dan lesu. Eun-hee mengerang dalam hati. Hari ini ada syuting dengan Chang-jun...

Eun-hee terdiam dan berhenti mencuci mukanya. Karena kepergiannya ke Amerika dipercepat, syutingnya dengan Chang-jun akan semakin dipercepat pula. Otomatis masa pertemuannya dengan Jung-kwan semakin singkat.

Perasaan yang sama sekali asing. Perasaan yang baru kali ini menggerogotinya luar dalam. Eun-hee membayangkan wajah Jung-kwan yang semalam memeluknya.


-000-


"Kau akan pergi ke Amerika?" Eric Han terkejut ketika mendengar pengumuman percepatan syuting dan pengambilan gambar. Mereka praktis menginap di lokasi syuting walaupun beberapa episode sudah diperintahkan untuk dihapus.

Eun-hee merasa tidak enak dan bersalah kepada seluruh kru yang terlibat dalam dramanya. Amarah Chang-jun padanya semakin memperburuk keadaan terutama karena pria itu kesal seluruh jadwalnya berantakan karena harus disesuaikan dengan jadwal Eun-hee yang berangkat ke Amerika segera.

"Iya, benar. Aku mendapatkan peran sebagai figuran di sana."

"Wah! Keren sekali! Ini kesempatan langka untuk memperluas karirmu!" Seolah teringat sesuatu, Eric terdiam. "Bagaimana dengan Jung-kwan?"

"Ah," Eun-hee kehilangan kata-kata.

Eric tersenyum paham dan tanpa kata-kata menepuk pundak Eun-hee untuk menyemangati. "Kalian perlu bicara berdua dengan baik."

Aku akan menunggumu...

Ucapan yang diulang semalaman oleh Jung-kwan untuk menenangkan Eun-hee terasa bagaikan mantra penenang. Suara Jung-kwan terdengar sedih sekaligus membujuk, membuat dada Eun-hee terasa semakin sakit.


-000-


Hari keberangkatan tiba. Eun-hee melihat sekeliling dengan cemas. Chae-ri duduk di sampingnya, wajahnya merah dan basah oleh air mata.

"Aku akan merindukanmu Kak Eun-hee..." Eun-hee balas menggenggam tangan Chae-ri erat. Berbagi kamar dengan Chae-ri terasa mudah karena Chae-ri teman yang menyenangkan dan selalu memberinya privasi ketika dibutuhkan. Gadis itu juga selalu ringan tangan dan tidak pernah egois selama tinggal bersamanya.

"Eun-hee!" Eun-hee mendengarkan suara langkah kaki orang yang berlari dan melihat Jung-kwan berlari ke arahnya, rambutnya acak-acakan.

Eun-hee tidak bisa tidak tersenyum memandang sosok yang akan dirindukannya.

"Kak Eun-hee... jaga diri baik-baik. Aku akan mengosongkan kamar itu untuk Kakak..." ucap Chae-ri ketika memeluknya terakhir kali dan pergi, memberikan dirinya dan Jung-kwan waktu untuk berduaan.

"Kak Jung..."

"Aku akan menunggumu," tegas Jung-kwan. "Jadi, lakukanlah yang terbaik di Amerika sebelum kembali lagi ke sisiku nanti..."

Eun-hee mengangguk tanpa kata-kata. Matanya berkaca-kaca bahagia. Sebelumnya mereka sudah mengadakan jumpa pers untuk mengumumkan perpisahan mereka yang dilakukan baik-baik. Penyebabnya karena Eun-hee akan memfokuskan diri pada karirnya di Amerika.

"Aku harus mengucapkan terimakasih padamu... Aku senang aku memilihmu sebagai pasanganku di perjanjian itu..."

Jung-kwan hanya tersenyum. Jung-kwan menggenggam tangan Eun-hee, ia membawanya ke bibir dan menciumnya. Wajah Eun-hee memerah malu, merasakan perutnya bergolak mulas ketika bibir Jung-kwan menyentuh punggung tangannya.

"Ketika kau kembali... ada yang harus kukatakan kepadamu..."

Eun-hee mengangguk dan masuk ke dalam pelukan Jung-kwan. Pria itu menyenderkan pipinya di puncak kepala Eun-hee, merasakan aroma lembut gadis itu dalam pelukannya. Ia akan merindukan Eun-hee entah untuk berapa lama. Sampai gadis itu kembali ke Korea. Saat itu, kisah mereka baru akan dimulai.

"Nomor Penerbangan AS AS5xxx tujuan Washington DC- Amerika Serikat, sudah diberangkatkan..."

Jung-kwan menghela nafas. Matanya memandang pesawat yang terbang lepas di langit biru. Ia akan bersabar. Ia akan menunggu. Sampai waktu akan kembali mempertemukan mereka berdua.

-000-


>>> to be continued

Her Man [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang