Dua

307 41 0
                                    

"Kak Eun-hee!"

Eun-hee malas-malasan mengangkat kepalanya, hanya untuk menemukan sosok Chae-ri berdiri di depan meja riasnya. Wajahnya menampakkan ekspresi campur baur antara gembira, bersemangat, dan penasaran.

"Ya...?"

Eun-hee menguap dan kembali menutup matanya. Selimut terasa hangat membungkus tubuhnya. Bantal terasa empuk menopang kepalanya. Ia setengah mati menyayangi tempat tidurnya yang entah mengapa hari ini terasa beberapa kali lipat lebih nyaman.

Kemarin hari yang melelahkan. Eun-hee menghabiskan seharian waktunya di luar ruangan. Udara bulan Januari terasa dingin, tetapi Eun-hee harus berpose untuk pakaian-pakaian musim semi yang rata-rata tipis. Sejak pertengahan syuting, Eun-hee sudah membayangkan berendam di bath tub berisi air hangat untuk merilekskan diri ketika ia pulang nanti.

Kemudian harapannya pupus ketika manajernya datang dan mengumumkan adanya after party setelah pemotretannya usai. Eun-hee diam-diam mengutuk wajahnya yang terasa lelah, bahkan untuk tetap tersenyum bagaikan pekerjaan berat untuknya.

Eun-hee memijit pelipisnya dengan jemari. Kepalanya sakit.

Oh, ia ingat kemarin malam ia meminum segelas bir beralkohol. Ia sudah mengatakan pada manajernya untuk tidak membelikannya alkohol. Tetapi yang menuangkan isi gelasnya adalah direktur dari brand pakaian yang mengontraknya. Ia tidak bisa menolak. Jadi ia meminumnya. Selanjutnya yang diingat olehnya hanya samar-samar, kepalanya terasa berat sepanjang acara.

Handphone­­-nya bergetar. Eun-hee mengulurkan tangan untuk mengambilnya, lalu menjawab. "Halo, manajer Kim..."

"Halo, Nona Kim Eun-hee..."

Sebuah suara lembut memanggilnya. Eun-hee menggeliat di tempat tidurnya. Suara yang khas dan pernah didengarnya. Terdengar akrab di telinga... Eun-hee masih berpikir ketika sejurus kemudian matanya terbuka lebar dengan cepat.

Ini suara Park Jung Kwan!

"Apa... kenapa"

"Ini aku, Park Jung-kwan"

"Oh ya?" Eun-hee menggigit bibir. Reaksinya sedari tadi hanya beberapa patah kata, seperti mendadak idiot.

Terdengar suara tawa dari seberang. "Kelihatannya semalam handphone kita tertukar. Bisakah kita bertemu? Aku akan mengembalikan handphone-mu."

"T-tapi..."

Eun-hee melepaskan handphone-nya dari telinga dan menatapnya. Model yang sama persis dengan miliknya. Warna yang sama. Tetapi tidak ada cutting sticker dengan nama Eun-hee di bagian belakang covernya. Ini bukan miliknya.

"Halo? Kalau merepotkan tidak apa-apa aku saja yang ke sana..."

"Ja-Jangan!" Akhirnya pikiran Eun-hee kembali jernih setelah berteriak menolak pada Jung-kwan. "Dimana sebaiknya kita bertemu?"

Setelah Jung-kwan mengucapkan nama tempatnya, Eun-hee mematikan sambungan teleponnya. Ia melirik Chae-ri yang sedari tadi duduk di pinggir tempat tidurnya, menonton keseluruhan kejadian dan tidak marah karena merasa terlupakan untuk beberapa saat.

"Aku tidak ingat apa yang terjadi..." keluh Eun-hee, menutup kedua pipinya yang terasa panas dengan tangan. "Bagaimana bisa handphone kami tertukar?"

"Semalam kau mabuk parah. Kak Jung mengantarkanmu kemari... mungkin karena itu handphone-nya tertukar dengan milikmu."

"Kak Jung?" Eun-hee meringis curiga. "Kau sudah berkenalan dengannya? Kau memanggilnya begitu akrab."

"Kebetulan saja aku memanfaatkan kesempatan kemarin untuk berkenalan dengan artis popular Korea saat ini. Tetapi kemarin kau terlihat mabuk sekali. Akhirnya Kak Jung menggendongmu kemarin. Dan kau bersender di dadanya. Ohh... dia memang tidak setampan di foto, tetapi dia benar-benar terlihat jantan, bagaikan ksatria berkuda hitam saat menggendongmu bagai putri tidur."

"Apa... menggendong?"

"Kemarin kau minum berapa gelas, Kak?"

"Hanya segelas bir..." ujar Eun-hee sambil tersenyum masam.

"Ohh... sejak dulu kau memang tidak tahan dengan alkohol, sih..." gumam Chae-ri sambil manggut-manggut paham.

Eun-hee sejenak merasa kacau. Bagaimana cara Park Jung-kwan bisa menggendongnya? Pria itu kan tidak ada di acara kemarin. Bagaimana mereka bertemu kemarin? Eun-hee mencoba berpikir tetapi sama sekali tidak ingat. Apakah di perjalanan pulang ia berpapasan dengan pria itu? Bagaimana wajahnya kemarin? Tidak...!! Pasti jelek dan kacau, juga bau alkohol. Perutnya juga terasa tidak nyaman. Apakah dia muntah di depan cowok itu?

Sebenarnya ada berapa suara yang memarahinya di dalam pikirannya sendiri? Eun-hee mencoba mengingat tetapi nihil. Ini pertemuan keduanya dengan Park Jung-kwan dan berakhir dengan sangat memalukan.

"Kak Eun-hee? Kenapa wajahmu pucat sekali?"

"Chae-ri!" Chae-ri sedikit kaget ketika Eun-hee tahu-tahu menarik tangannya. "Katakan padaku. Bagaimana aku bertemu dengannya kemarin? Kenapa dia bisa mengantarku pulang? Bagaimana tampangku kemarin? Apakah sejelek yang kupikirkan? Apakah sebaiknya kau saja yang mengembalikan ponselnya? Aku harus pasang wajah seperti apa di depannya?"

"Wow... wow..." Chae-ri tertawa bingung melihat kekalutan di wajah Eun-hee. "Kak, aku tidak ikut acaramu kemarin? Bagaimana mungkin aku mengetahuinya? Memangnya dia tidak ikut after party denganmu?"

"Kau benar..." Melihat senyum ragu-ragu Chae-ri, Eun-hee sekilas bisa membayangkan bagaimana penampilannya kemarin.

"Bukankah sebaiknya kau yang menemuinya? Dengan begitu kau bisa bertanya padanya Kak bagaimana kejadian kemarin sebenarnya..."

Eun-hee terdiam. Chae-ri tidak tahu. Tetapi soal tampangnya yang hancur... Eun-hee pun menghela nafas, mendadak mampu membayangkan sekacau apa penampilannya kemarin. Kalau ia tidak berani menemui cowok itu, pasti image-nya akan tambah jelek di hadapan cowok itu. Sudah membuat masalah, tidak berani bertanggungjawab. Eun-hee menghembuskan nafas dan mengepalkan tinju.

"Baiklah! Mau malu ya malu saja! Aku akan menemuinya untuk meminta maaf untuk kemarin malam."

Chae-ri tersenyum menyemangati sambil mengacungkan jempol. Eun-hee pun segera bangun dan menyambar handuknya untuk segera mandi. Ia bertekad akan memperbaiki image-nya di hadapan Park Jung-kwan.

"Baiklah! Aku pasti bisa! Terpidana saja bisa mendapat grasi pengampunan kalau bersungguh-sungguh. Aku juga bisa!" Eun-hee berteriak pada bayangannya di depan cermin.

-000-



Her Man [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang