Dua Puluh Tiga

181 21 2
                                    

"Pasangan pengantin memasuki tempat upacara..." ujar MC mengumumkan. Eun-hee merasakan genggaman tangan Eric dari balik sarungtangan di atas kulitnya. Ia memandang wajah tampan Eric yang tersenyum bahagia.

Ketika mereka melangkah masuk, semua tamu bangkit dan bertepuk tangan. Hanya saja, bukan lagu pernikahan yang diputar, melainkan permainan piano. Kemudian, sebuah suara sejernih malaikat mulai bernyanyi.

Eun-hee menoleh. Sesaat darah seperti berhenti mengalir di tubuhnya. Kakinya sempat goyah sebelum tangan Eric menopang lengannya kuat.

Jung-kwan ada di sana, memainkan pianonya lembut. Suaranya mengalir indah, selaras dengan permainan pianonya. Lirik lagunya sangat indah, membuat banyak wanita di sana meneteskan air mata dan diam-diam mencuri pandang pada Eun-hee.

Ketika bertengkar ada kalanya ia keras kepala,

tetapi pada saat itu peluklah dirinya.

Karena ketika memeluknya,

kau bisa melihat cinta di matanya

Ketika marah ada kalanya ia diam,

tetapi pada saat itu buatlah ia tersenyum.

Karena ketika tersenyum,

Kebahagiaan terukir di sudut bibirnya.

Aku ingin seperti dirimu yang berada di sisinya,

Menjaganya dan setia untuknya selamanya

Karenaku tidak mampu membahagiakannya,

Sebagai prianya, tolong bahagiakanlah dirinya

Dan kepada dirimu yang kucintai,

seindah tawamu yang mencerahkan musim semi

Atau teduhnya hujan musim gugur yang tercermin dari matamu

Semuanya membawaku berulang kali mendoakanmu

Ketika ia menangis,

Hapuskanlah air matanya

Ketika ia tertawa

Berbahagialah bersamanya

Seperti doa yang sia-sia

Harapan yang menghilang

Bagai uap nafas di musim dingin

Lenyap sebelum terucapkan

Kuingin sepertimu yang berada di sisinya,

Menjaganya dan menjadi tua bersamanya

Karenaku tidak mampu membahagiakannya,

Sebagai prianya, tolong bahagiakanlah dirinya

Kudoakan kebahagiaanmu selalu abadi

Seindah kilau cahaya di matamu

Atau ketulusanmu yang berbekas di jiwaku

Kepada dirimu yang kucintai

Semoga berbahagia bersamanya

Eun-hee membiarkan lagu Jung-kwan mengalir masuk ke hatinya, mengisi relung kosong dan luka yang lama disebabkan Jung-kwan. Setetes air mata jatuh di pipinya. Eric membawanya melangkah mantap menuju altar. Pria itu diam, nyaris tidak berkomentar apapun sampai lagu usai.

Tepuk tangan sama sekali tidak terdengar ketika lagu usai, melainkan kesunyian yang syahdu. Jung-kwan meninggalkan piano dan bergabung duduk besama para tamu yang ada. Sebagian mencuri pandang dengan jelas ke arahnya, sebagian lagi hanya berani meliriknya diam-diam.

Her Man [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang