Tujuh

214 45 0
                                    

"Terimakasih banyak atas kerja kerasnya!"

"Kerja bagus semuanya!"

Eun-hee mendapatkan banyak pujian menyenangkan di hari pertamanya menjalani syuting sebagai pemeran utama sebuah drama seri. Setelah syuting drama ini rampung, masih ada banyak tawaran drama yang harus ia pertimbangkan.

Berkat seorang Park Jung-kwan, hari-hari dimana ia harus berkeliling menawarkan profilnya kepada produser maupun brand owner sudah berakhir. Sekarang ia sedang memulai langkah pertamanya sebagai artis papan atas yang dicari dan dibutuhkan.

Eun-hee melihat ponselnya dan menemukan sebaris sms dari Jung-kwan. [Aku akan datang menjemput, mari makan malam di tempat biasa.] Ia tidak bisa menahan senyumnya.

"Nona Kim, bagaimana kalau kita makan malam bersama setelah ini?"

Eun-hee menoleh dan mendapati pria yang menepuk pundaknya adalah Chang-jun, actor senior yang menjadi lawan mainnya di drama seri ini.

"Ah... maaf... saya tidak bisa..."

"Jangan ganggu pacarnya Park Jung-kwan. Kau seperti tidak tahu saja kalau Jung-kwan marah akan mengerikan..."

Eric Han muncul di belakang Chang-jun. Ia ditunjuk menjadi pemeran kakak angkat Eun-hee dalam drama serinya.

Chang-jun tertawa sarkastik melihat wajah Eun-hee. "Memangnya gosip itu benar? Lagipula untuk apa kau bersikap begitu setia padanya? Siapa yang tahu kalau di belakangmu dia ternyata punya wanita lain..."

Eun-hee merasakan sebersit kekesalan pada lawan mainnya. Ini baru syuting hari pertama, tetapi pria itu bertingkah seolah mereka sudah menjadi kawan lama. Ia juga tidak suka caranya menghina Jung-kwan.

"Dia bukan pria semacam itu. Aku percaya padanya..."

Chang-jun memasang wajah meremehkan sambil melambaikan tangannya. "Sebentar lagi juga kalian akan putus."

Eun-hee tersentak dan terdiam, semua karena ucapan itu tidak sepenuhnya salah. Sebentar lagi... mereka akan putus. Kenyataan yang kadang tak sengaja ia lupakan ketika bersama Jung-kwan. Bahwa pria itu sebenarnya bukan miliknya. Mereka hanya pura-pura. Mereka punya jangka waktu. Mereka hanya sahabat, tidak lebih.

Wajah Eun-hee yang berubah murung membuat Eric merasa tidak enak. "Kak Chang-jun, bagaimana kalau kau berbaik hati menemaniku. Aku punya teman yang selalu minta dikenalkan padamu. Menyebalkan sekali..." Ia terus bicara sambil diam-diam merangkul bahu Chang-jun agar mau tidak mau mengikutinya.

Eun-hee menatap berterimakasih kepada Eric yang melempar kedipan kecil padanya sambil memberikan isyarat cepat-pergi-dan-temui-pacarmu. Menyenangkan memiliki sahabat sebaik Eric. Peka dan cepat tanggap. Tetapi, ucapan Chang-jun tidak sepenuhnya salah. Biar bagaimanapun, perjanjian yang terjadi di antara Eun-hee dan Jung-kwan hanya tinggal dua bulan lagi. Bahkan kurang. Tiba-tiba Eun-hee merasakan jangka waktu perjanjian mereka terlalu singkat...

"Eun-hee?"

Panggilan Jung-kwan menyentak Eun-hee dari lamunan. Ia masih berdiri di tempatnya, memandang punggung Eric Han dan Chang-jun yang menjauh.

"Ya?"

"Kau sedang tidak sehat?" Jung-kwan dengan cemas meraba keningnya. "Kau tidak demam. Kau mau ke dokter?"

"Aku tidak apa-apa, Kak Jung. Bagaimana kalau kita makan malam? Aku lapar sekali!"

-000-

Makan malam di sebuah restoran yang terkenal mahal di kawasan Gangnam. Walaupun sedang berusaha menyesuaikan diri dengan gaya hidup artis ternama, tak urung Eun-hee merasa risih. Sejauh mata memandang, semua yang berada di sini berpakaian elegan, berkelas, dan anggun.

Pelayan yang berseragam hitam berada di sebelah Jung-kwan, merekomendasikan beberapa nama wine mahal yang tidak dikenali Eun-hee. Seperti mendengar nama-nama Latin di pelajaran Biologi dulu.

Eun-hee melirik pakaiannya sendiri. Blus santai yang dibawanya untuk mengganti baju seusai syuting. Tidak ada yang salah dengan pakaiannya. Terasa nyaman dan sejuk di kulitnya. Tetapi tetap saja, terasa tidak tepat untuk tempat semewah ini.

Eun-hee melirik flats shoes-nya. Lantai marmer yang berada di bawahnya terlihat sayang untuk diinjak. Suasana interior restoran ini terasa mengintimidasi. Lampu kristalnya yang memberikan penerangan lembut, dinding restoran yang diisi pilar-pilar dengan tanaman menjalar, khas interior Yunani.

"Jung-kwan!"

Eun-hee terkejut melihat seorang wanita meletakkan lengannya di pundak Jung-kwan dengan gaya mengintimidasi. Bergaun salem lembut selutut dengan rambut panjang tergerai indah di punggungnya, wanita itu terlihat cantik sangat natural dan serasi dengan Park Jung-kwan.

Eun-hee menahan nafasnya. Berbeda dengan dirinya yang terlihat seperti out of place, wanita itu tampak memang menjadi bagian dari seluruh kemewahan tempat ini.

Seharusnya gerakan wanita itu bisa ia anggap gerakan bersahabat biasa, hanya saja... ada sesuatu dari caranya menyentuh pundak Jung-kwan yang membuat perasaan Eun-hee tidak nyaman seperti tersengat. Seperti sedang mengklaim kepemilikan atas seorang Park Jung-kwan.

"Jung-kwan? Sempat kukira salah orang. Tidak biasanya kau bersama dengan seorang gadis," Eun-hee mau tidak mau kagum melihat senyumannya yang terlihat lembut elegan. "Oh? Apakah ini gadis yang digosipkan denganmu?"

"Kenalkan Cha Rin-hae, sahabatku sejak SMA," Jung-kwan tersenyum memperkenalkan Rin-hee. "Ini kekasihku, Kim Eun-hee."

"Keberatan kalau aku bergabung?" Rin-hee dengan kasual duduk di sebelah Jung-kwan. "Hari ini pacarku tidak bisa datang." Eun-hee memasang wajah senang sewajar mungkin.

"Ngomong-ngomong, Jung-kwan kalau aku boleh bertanya..." Rin-hae mengangkat wajahnya dari buku menu yang disodorkan padanya. "Sebagai sahabatmu, aku tahu sejak dulu kau sering menolak gadis yang datang padamu. Apa yang membuatmu sangat menyukai Nona Kim Eun-hee?"

Eun-hee menahan nafasnya. Ia berusaha tersenyum wajar dan mengunyah makanannya. Hanya saja ia tidak bisa merasakan lidahnya. Makanan yang dirasakannya berubah asing seperti hambar.

"Eun-hee gadis yang menyenangkan. Kau akan jatuh cinta padanya hanya dengan melihat senyumannya yang tulus. Selain itu aku tidak pernah bosan berada bersamanya, dia selalu punya suatu hal yang membuat semuanya terasa menyenangkan."

Pujian Jung-kwan kepada Eun-hee membuat gadis itu tersenyum getir. Mau tak mau Eun-hee teringat bahwa mereka hanyalah pasangan kekasih di depan publik, dan 'teman baik' di belakang publik. Jadi Eun-hee tidak boleh merasa senang hanya karena pujian Jung-kwan terdengar begitu tulus, nyaris seperti curahan isi hatinya sendiri.

Rin-hae mengeluarkan senyuman paham, seolah menilai mereka dua makhluk yang masih dimabuk cinta. "Kau beruntung mendapatkan pria sebaik Jung-kwan," ujar Rin-hae tulus.

Eun-hee tersenyum lagi. Seharusnya ia menghentikan perjanjiannya sekarang juga. Karena perasaannya mulai ternoda oleh perasaan lain di luar persahabatan. Eun-hee tahu. Karena kalau hanya teman, rasanya tidak akan sesakit ini.

-000-


Her Man [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang