Tiga

283 43 1
                                    

"Aku minta maaf! Tolong maafkan aku!"

Begitu melihat sosok Park Jung-kwan duduk di depan gerai fast food 24 jam, Eun-hee langsung berlari menghampirinya, membungkukkan badan, sambil memegang handphone milik Jung-kwan di atas kepalanya.

"Nona Kim?" Jung-kwan memiringkan kepalanya bingung. "Kenapa tiba-tiba..."

Eun-hee mengangkat kepalanya, takut. "Apakah aku dimaafkan? Kemarin malam aku tidak ingat apapun yang terjadi..."

Jung-kwan menutup mulutnya dengan tangan dan tertawa terpingkal-pingkal. Eun-hee terdiam seperti orang bodoh, mengamatinya sampai selesai tertawa dan diam.

"Apanya yang perlu dimaafkan? Karena kau muntah di bahuku?"

"Aku melakukannya?!" Eun-hee setengah berteriak kaget dan malu.

Jung-kwan tersenyum. "Sebenarnya bukan di bahuku sih, hanya di jok mobilku..."

"Maafkan aku! A-aku akan membersihkannya!"

Eun-hee terdiam ketika Jung-kwan tertawa lagi.

"Ekspresimu sungguh innocent. Aku tidak tahan untuk menggodamu..."

Eun-hee merasakan pipinya memanas. Ia merasa malu karena dipermainkan. Apakah itu pujian? Jung-kwan mengambil handphone di sakunya dan menukarnya dengan handphone yang digenggam Eun-hee.

Jung-kwan tampak berpikir sebelum bertanya. "Tetapi sebenarnya kemarin kau minum berapa banyak?" Ia melihat Eun-hee mengangkat telunjuk membentuk angka satu. "Satu botol?"

"Satu gelas bir." Eun-hee menjawab tegas.

"Oh?" Jung-kwan menanggapi kaget. "Aku tidak menyangka kau tidak tahan dengan alcohol.." Lain kali kau tidak boleh minum di depan pria yang tidak kau kenal. Paham?" Eun-hee hanya mengangguk ragu ketika Jung-kwan tersenyum lega.

Melihat senyum itu, Eun-hee kembali ragu-ragu. Jadi, apa yang terjadi kemarin malam? Melihat senyum itu, Eun-hee merasa tidak enak menanyakannya.

"Ah, dan kebetulan... apakah kau bisa menolongku?" ucap Park Jung-kwan tiba-tiba.

-000-

"Yang benar?!" suara Chae-ri yang terdengar bagaikan jeritan gembira memenuhi apartemen kecil mereka. "Pak Jung-kwan menawarimu menjadi model di video klip album barunya?"

Eun-hee tertawa melihat reaksi Chae-ri tidak jauh berbeda dengan manajernya, Pak Kim. Setelah bertanya dengan suara nyaris melengking tinggi, Pak Kim terlihat senang ketika menyusun jadwal dan melakukan konfirmasi. Eun-hee berpikir Pak Kim sebentar lagi akan berjoget di atas meja saking senangnya.

"Kurasa dia memang ada hati padamu Kak Eun-hee..."

"Itu tidak benar... Mungkin aku kebetulan cocok dengan image yang ia perlukan." sahut Eun-hee sambil mengibaskan tangannya. Tetapi tak urung dalam hatinya timbul sebersit rasa senang.

Eun-hee mempelajari naskah video clip sambil membayangkan bagaimana suara Park Jung-kwan saat menyanyikannya. Ia beruntung mendapatkan kesempatan mendengarkan pemutaran lagunya sebelum stasiun radio manapun memutar perdana lagunya.

Naskah menceritakan tentang seorang wanita yang tidak sadar dirinya dicintai. Ia berharap prianya mampu mengekspresikan cintanya melalui kata-kata, tetapi pria itu tidak bisa. Hubungan mereka sampai pada tahap jenuh dimana wanita itu bertemu pria lain yang menghadiahinya dengan romantisme dan kata-kata manis. Wanita itu pun meninggalkan si pria.

Sampai suatu ketika, wanita itu datang untuk memberikan undangan kepada pria yang pernah dicintainya. Ia terkejut mendapati pria itu meninggal beberapa bulan lalu karena kecelakaan mobil. Adik pria itu menyerahkan kunci apartemen yang ditinggalkan si pria. Wanita itu mendapati seluruh isi dinding dipenuhi fotonya selama beberapa tahun terakhir mereka berpacaran. Ia menangisi kepergian kekasihnya yang mencintainya lebih dari sekedar kata-kata manis.

Her Man [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang