12.Prosesi khitbah

316 49 16
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM HAY KEMBALI LAGI BERSAMA AUTHOR HEHE LAMA GAK UPDATE NIH😊
.
.
.
SIAPA NIH YANG NUNGGUIN ZAIRA SAMA RAKA NIKAH?😅 PADA GASABAR KANN
.
.
YUKLAH FOLLOW WATTPAD AUTHOR BACA CERITA NYA DAN JANGAN LUPA VOTE NYA YA MAKASIH HEHE💓
.
.
HAPPY READING...



Zaira pulang dari kampus diantar oleh luna karena tania, Sonia dan juga dara sudah pulang terlebih dahulu. Mereka berbeda arah dengan luna dan zaira.sesampainya dirumah ia dikejutkan oleh bunda dan ayahnya berada di ruang tamu sepertinya sedang menunggu kehadirannya. Zaira cemas apakah dia berbuat kesalahan atau apa.

Dia berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang tengah duduk disofa. Ia mencium punggung tangan bunda dan ayahnya setelah itu dia dipersilahkan duduk di hadapan sang ayah.

"Ayah sebenarnya ini ada apa? Gak biasanya ayah nungguin zaira sampai pulang" Ucapnya dengan penuh hati-hati takut salah mengucapkannya.

"Emm... Begini kamu kan sudah dewasa umur kamu sudah cukup untuk menikah, apakah kamu bersedia untuk menikah dengan anak teman ayah? Jikalau bersedia besok ayah akan memberitahu kepada teman ayah" Ucapnya jelas panjang lebar.

Zaira sontak terkejut mendengar Ayah nya menjodohkannya dengan anak temannya. Ia bingung harus menjawab apa. Jika ia menolaknya itu sama saja menyakiti hati ayah dan juga bundanya.

Dia diam sejenak mencoba untuk mencerna perkataan sang ayah padanya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Menghembuskannya pelan. Setelah merasa tenang ia mencoba untuk menjawabnya.

"Bismillah....jika ini memang takdir zaira untuk menikah, maka zaira akan menerimanya sebagai suami zaira. In sya Allah zaira akan menjadi istri yang baik dan bisa membahagiakan suami zaira nantinya" Ucapnya jelas membuat bunda dan ayah zaira pun terlihat senang sekali mendengar zaira menerima lamaran ini.

Zaira berpikir bahwa kebahagiaan kedua orang tuanya lebih berarti baginya. Melihat keduanya terlihat senang dengan dia menerima lamaran ini membuat zaira tak tega untuk menyakiti hati kedua orang tuanya. Ia sangat menyayangi mereka.

"Alhamdulillah kalau begitu besok ayah akan menelpon teman ayah agar proses khitbah nya di percepat ya nak" Ujarnya seraya tersenyum bahagia dan mengucapkan rasa syukur nya kepada Allah.

"Baik ayah, kalau gitu zaira pamit ke kamar dulu ya ayah,zaira mau sholat dulu" Ujarnya dengan senyumannya.
Dan disetujui oleh keduanya.

Zaira bangkit dari tempat duduk menuju kamarnya untuk membersihkan diri setelah itu ia melaksanakan kewajibannya yaitu sholat maghrib.





*******

Di dalam ndalem suasana begitu sangat tegang. Di ruang tamu ada abi, umi dan juga gus raka. Hatinya begitu tegang sekali takut raka tak menerima perjodohan ini. Raka pun bingung ada apa dengan abinya ini.

Akhirnya Raka membuka suara nya terlebih dahulu.

"Ekhem... Abi ada apa? Tumben abi manggil raka kesini?" Tanya nya dengan penuh hati-hati takut salah mengucapkannya.

"Raka sekarang umur kamu berapa?" Tanya pak kyai pada Raka.

"Emm... Raka sekarang sudah umur 22 bi emang ada apa ya bi? " Ujarnya seraya menggaruk tenggkuknya yang tak gatal.

Pak kyai tersenyum mendengar tutur kata putra nya itu. Raka bingung ada apa sebenarnya ini? Mengapa pak kyai menanyakan umurnya?

"Begini... Abi mau menjodohkan kamu dengan anak teman abi. Apakah kamu bersedia untuk menerima nya? Dan jika kamu setuju in sya Allah besok kita akan datang kerumah mereka untuk mengkhitbah putrinya" Ujar pak kyai dengan jelas dan penuh keyakinan.

Degg!
Raka pun terkejut mendengar abi nya mengatakan untuk menjodohkan nya dengan putri temannya itu. Dia diam sejenak memijat pelipisnya pelan.ia bingung harus menjawab apa. Pertanyaan yang diajukan oleh pak kyai terus berputar di dalam pikirannya.

Pupus sudah harapan raka untuk mengkhitbah zaira. Namun disatu sisi dia bingung harus bagaimana. Apakah ia menerima perjodohan ini atau dia tolak? Dengan berat hati ia harus menerima perjodohan ini demi kebahagiaan beliau dan uminya.

"Bismillah... Atas izin Allah jika ini memang takdir raka untuk menikah, in sya Allah raka siap kok bi" Ujarnya jelas walaupun dalam hatinya sakit sekali merelakan wanita yang ia cintai bukan menjadi jodohnya.

Pak kyai dan juga umi halima pun ikut senang mendengar raka menerima perjodohan ini. Mereka sangat senang sekali akhirnya raka mau untuk menikah. Raka yang melihatnya pun ikut senang melihat kedua orang tuanya bahagia.

"Alhamdulillah... Baiklah jika kamu sudah setuju, in sya Allah besok kita akan pergi bersama kerumah teman abi" Ucapnya penuh rasa bersyukur dan di setujui oleh sang empu.

Umi halima mendekati Raka dan duduk di samping nya itu.ia elus kedua pipi putranya itu. Ia mengecup kening Raka.raka pun merasakan kecupan dari umi halima. Raka memegang kedua tangan umi halima dan menciumnya satu persatu.

"Alhamdulillah ya Allah Terima kasih ya nak kamu sudah menyetujui perjodohan ini. Umi senang sekali nak. Setelah kamu menikah umi ingin menggendong cucu dari kamu dan istri kamu nanti" Ujar umi halima dengan penuh keyakinan. Beliau senang akhirnya Raka akan menikah dan mempunyai seorang anak.

Raka pun tersenyum kikuk mendengar uminya mengatakan ingin menggendong cucu. Bagaimana ia bisa mempunyai anak jika ia tak mencintai calon istrinya itu. Raka belum mengetahui bahwa calonnya itu ialah zaira sendiri. Umi dan abinya pun menyembunyikan hal ini dari Raka.

"Umi...nikah nya aja belom udah minta cucu aja. Kan butuh waktu umi" Ujarnya lembut seraya mengusap pipi umi halima.

"Hehe umi gak sabar nak liat kamu mengucapkan ijab kabul dengan lantang menyebutkan nama calon istri mu itu" Tambah umi halima.

Pak kyai hanya geleng-geleng melihat anak dan istrinya itu saling menyayangi satu sama lain. Ia sangat bersyukur mempunyai keluarga yang saling melengkapi dan menyayangi.
SalSa belum mengetahui perihal abangnya akan menikah. Jadi pak kyai dan umi halima ingin membuat suprise buat salsa ketika ia pulang dari pondok yang tak jauh dari ndalem.

"Ya udah kalau begitu raka permisi ya umi abi mau sholat maghrib dulu" Pamitnya pada pak kyai dan umi halima dan di setujui oleh mereka.

Ketika raka hendak untuk berdiri. Umi halima pun ingin menyampaikan sesuatu padanya. Alhasil dia kembali duduk di sofa tepat di hadapan umi.

"Raka kalau sudah selesai sholat umi minta tolong bisa gak jemputin adik kamu sekalian makan malam disini" Ujarnya jelas dan di anggukin oleh Raka.

"Baik umi" Jawabnya dengan senyum.

Setelah itu Raka Pamit untuk kekamar melaksanakan kewajibannya yaitu sholat maghrib.sesampainya dikamar ia membersihkan diri nya.didalam hati nya berat rasanya merelakan wanita yang ia cintai secara diam-diam. Ya itu adalah zaira.





















ASSALAMU'ALAIKUM
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAH😊
.
YANG MAU BACA FOLLOW DULU YA DAN VOTENYA JUGA OKEY MAKASIH UDAH MAU BACA.
.
MAMPIR KE WP AUTHOR YUK BANTU 1K PEMBACA YA😊🙏

MY PERFECT GUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang