Lamaran

13.6K 347 1
                                    

Shinta memandang laki-laki didepannya ragu.

Apa ayahnya serius?

"Saya Danu, ini putra putri saya Kafka, Bella dan Caca.

Shinta mendongak menatap Danu. Duda beranak tiga?

Shinta tak habis pikir.

Setelah kontrak kerjanya habis Shinta memang memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Menjaga rumah dan memulai usaha kecil-kecilan.

"Nduk gimana? "Tanya ayahnya membuat Shinta tersadar dari lamunannya. Ayahnya sangat sibuk. Tak punya banyak waktu untuk ini.

Shinta mengangguk menandakan lamaran Danu dia terima.

Tak lama setelah acara lamaran usai ayah dan ibunya harus kembali bertolak ke ibukota provinsi untuk kembali ke rumah mereka dan bekerja esok hari.

...

"Eh Mbak Shinta, baru pulang udah dapet jodoh. "

Shinta hanya tersenyum kecut dengan candaan ibu-ibu di tempat belanja.

"Inggih, Alhamdulillah Bu. "Jawab Shinta pendek dan kembali memilah sayuran.

"Mbak Shinta, ibu. "

Shinta menatap penjual tak paham. Pak Diman, penjual sayur pun mengisyaratkan Shinta untuk menoleh.

Shinta menatap kaku Bu Ani, calon mertuanya, ibunda Danu.

"Bu. "Sapa Shinta sembari mencium tangan Bu Ani.

"Dewe nduk? "Tanya Bu Ani berbasa-basi. Shinta mengangguk.

Shinta segera membayar belanjaannya dan segera pulang. Dia terlalu canggung berada di dekat Bu Ani.

...

"See you soon, aku besok dateng kok. "

Shinta menutup teleponnya. Dia baru saja berbincang dengan salah satu teman kuliahnya yang mengajak Shinta nongkrong besok siang. Mengingat besok juga weekend.

Shinta tinggal sendiri. Adiknya memutuskan untuk kos di kota ketimbang pulang pergi dari rumah. Dan orangtuanya hanya sebulan sekali pulang ke rumah yang Shinta tempati.

Shinta kembali menonton drama Korea saat dilihatnya ada notifikasi pesan.

Pak tua : dek, sedang apa?

Shinta tak membalas chat itu. Bahkan notifikasi laporan terbaca di WhatsApp dia matikan.

Shinta malas, dan entah kenapa ayahnya menerima lamaran Danu yang berusia 12 tahun diatasnya.

...

Shinta sudah sampai di cafe. Dia memarkir mobilnya kemudian tersenyum. Mobil milik salah satu teman laki-lakinya sudah terparkir dan itu tandanya sudah banyak yang datang.

"Han. "Panggil Shinta pada teman laki-lakinya, Arif namanya.

Han adalah panggilan khusus antar keduanya.

"Han, berangkat dari rumah? "Tanya Arif sembari memeluk Shinta.

Shinta kemudian duduk di kursi yang bersebrangan dengan Arif.

"Yang lain mana? "Tanya Shinta karena tak melihat Dimas dan Rania.

"Masih belum nyampe. Kan lumayan jauh dari kantor mereka Han. "Jawab Arif sembari memanggil waitress agar Shinta bisa memesan minuman.

Tak lama kedua temannya datang. Mereka berempat segera terlibat perbincangan yang sangat seru.

"Tante... "

Keempat orang itu menoleh. Shinta mendadak pias, kenapa ada Kafka disini?

"Kafka, sama siapa? "Tanya Shinta dan tersenyum ramah.

Sial, kenapa dia bisa merasa gugup?

"Kafka sama temen-temen Tan. "Jawab Kafka sembari menunjuk beberapa laki-laki yang duduk di pojok.

"Oooh udah jam pulang sekolah ya? "Tanya Shinta lagi. Kafka mengangguk.

"Kafka balik ke meja dulu ya tan. "Pamit Kafka dan dibalas anggukan Shinta.

Shinta kembali fokus kepada ketiga temannya.

Saat akan pulang Arif kembali berniat memeluk Shinta.

"Rif, ada ponakanku. "Ujar Shinta beralasan. Memang tadi mereka sempat menanyakan siapa Kafka dan Shinta menjawab bahwa itu adalah keponakannya.

"It's okay, see you Han. "Ujar Arif mencoba mengerti.

Setelah saling berpamitan keempat orang itu segera menuju parkiran dan melaju dengan mobil masing-masing.

Matahari hampir terbenam saat Shinta memasuki gerbang desa. Tak lama dilihatnya Bella, putri kedua Danu menuntun sepedanya.

Shinta menepikan mobilnya.

"Bel, kenapa? "Tanya Shinta tak paham.

Bella menatapnya dan seketika tersenyum.

"Bundaaa. "Bella langsung memeluk Shinta.

"Sepeda Bella bannya bocor bunda, jadi Bella tuntun. "

Shinta mengangguk mengerti. Dia memperkirakan Bella baru saja pulang mengaji.

"Oke. Sekarang Bella ikut Tante aja ya. Sepedanya dititipin dulu disana. Bunda kenal orangnya. "Usul Shinta sembari menunjuk rumah tantenya yang tak jauh dari situ.

Bella pun mengangguk dan Shinta segera membantu Bella untuk menitipkan sepedanya sementara di rumah tantenya.

Shinta mengantar Bella ke rumah dengan mobilnya.

"Bunda makasih ya udah anterin Bella pulang. Bunda enggak masuk dulu? "

Shinta menatap mobil Danu yang ada di garasi. Dia menatap Bella dan mengusap kepalanya.

"Enggak deh cantik, Tante harus beres-beres rumah. Udah mau Maghrib. "

Bella memberenggut kesal.

"Bunda ihhh bukan Tante. "

Shinta tersenyum.

"Iya, bunda. "

Bella segera keluar mobil. Belum sempat Shinta melajukan mobilnya Danu sudah keluar rumah.

"Dek, tunggu. "Pinta Danu saat Shinta mulai menyalakan mesin mobil.

Danu mengetuk jendela mobil Shinta. Dengan malas Shinta membuka jendela mobilnya.

"Darimana dek? "Tanya Danu ramah.

"Saya dari kota. Ketemu Bella di jalan. Sepeda Bella ada di rumah Tante saya. Bapak tau kan? Kalau begitu saya permisi. "

Danu terhenyak mendengar jawaban panjang dari Shinta. Tak menyia-nyiakan kesempatan Shinta segera menutup jendela mobil, menyalakan mesin dan berlalu dari halaman rumah Danu.

Danu tersenyum. Calon istrinya ini memang ajaib!

...

Menikahi Duda Anak TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang