Rahasia Besar Ayah

4.7K 246 24
                                    

Shinta sudah berkutat di dapur sedari tadi. Dia mendengarkan musik klasik agar memiliki dampak yang baik kepada bayi yang ada di kandungannya. Sesekali Shinta mengelus perutnya.

Pelukan diperutnya membuat Shinta terkaget dan menoleh. Danu dengan wajah masih mengantuk sudah memeluknya sekarang.

"Udah sholat subuh? "Tanya Shinta sembari tangannya yang bebas mengusap pipi suaminya yang mulai kasar karena belum cukuran.

"Udah sayang. Masak apa buat sarapan? "Tanya balik Danu dan melepaskan pelukannya. Dia beranjak ke dispenser dan minum air hangat untuk melegakan tenggorokan.

"Masak ayam cabe garam buat bekalnya anak-anak. Sama cah kangkung. Kalau buat sarapan aku bikin pepes tuna sama tahu tempe goreng. "Jawab Shinta tanpa menoleh.

Danu mengangguk dan minum kopi yang sudah disediakan istrinya.

Ruang makan dan dapur memang bersebelahan tanpa ada pintu sehingga Danu masih bisa melihat istrinya dengan leluasa.

"Kakak kayaknya nanti pengumuman yang jalur prestasi itu nda. Semoga hasilnya yang terbaik ya nda. "Ujar Danu dan dibalas anggukan Shinta.

"Iya mas, semoga keterima. Kalaupun belum rejekinya kakak masih ada jalur tes. Yang penting kakak harus kuliah. "Jawab Shinta dan Danu setuju.

Anak-anaknya semua harus meraih pendidikan yang tinggi seperti bundanya. Dia tidak mau mereka hanya berhenti sampai bangku SMA seperti dirinya.

"Kakak Bella mulai pusing itu pa sama ujiannya. Habis kakak ujian kita harus refreshing. Kasihan kakak dipaksa dapet tambahan dan lain lain dari sekolahnya. "Celoteh Shinta sembari menata lauk bekal anak-anaknya.

"Iya, bunda aturlah itu. "

Hidangan sudah matang semua. Jam menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Kafka sudah bangun dan mandi di kamar mandi rupanya.

"Bundaaa. "Panggil Bella dan Caca serempak.

Shinta menghampiri keduanya.

"Baru bangun ya abis sholat subuh tadi. Ayo mandi gantian di kamar mandi sebelahnya kakak. Abis itu sarapan. Bunda udah goreng nugget sayur buat anak-anak bunda. "Jelas Shinta kepada kedua anaknya.

Bella mengangguk dan mengambil handuk sementara Caca malah memeluk bundanya yang duduk di lantai.

"Kenapa kak? masih ngantuk ya? "Tanya Shinta sembari menepuk punggung Caca pelan.

"Iya bunda. "

Setelah memastikan anak-anaknya mandi dan bersiap di kamarnya masing-masing Shinta menyiapkan sarapan untuk ketiganya juga suaminya. Danu masih ada di sebelah garasi untuk memberi makan lele peliharaannya.

"Kak, panggil papa. Ayo sarapan bareng-bareng. "Pinta Shinta kepada Bella yang sudah terlebih dulu ada di ruang makan dibanding dua saudaranya.

"Oke bunda. Papa di kolam kan? "Tanya Bella dan beranjak pergi.

"Iya kak. "

Setelah semuanya berkumpul mereka memulai sarapan dengan beberapa obrolan ringan. Kemudian mereka pamit untuk melakukan aktivitasnya masing-masing.

"Kakak berangkat ya bun, doain semoga nanti hasilnya bagus. "Ucap Kafka mengacu pada pengumumannya hari ini.

"Iya kak, semoga nanti dapat hasil yang terbaik. Jangan lupa telepon bunda nanti kalau sudah bisa buka pengumumannya. "Jawab Shinta mengharapkan yang terbaik untuk putranya.

"Amiin bunda. "Jawab Kafka dan mengambil kotak bekalnya.

"Ati-ati ya kakak-kakak sekolahnya. Nanti pulang sekolah bunda ajak ke rumah Oma Rena. "Ujar Shinta kepada Bella dan Caca yang mencium tangannya secara bergantian.

Menikahi Duda Anak TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang