Hidup Baru

6.4K 238 4
                                    

Mereka sudah pulang. Pagi ini Shinta memasak nasi goreng untuk sarapan ketiga anaknya dan suaminya. Sudah sedari subuh tadi dia berkutat di dapur.

Shinta sebetulnya jago memasak namun karena kesibukannya dia jadi jarang berkutat di dapurnya. Apalagi kemarin-kemarin dia masih setengah hati menerima pernikahannya.

Kafka yang mengambil sepatu di rak sepatu yang ada di depan ruang makan sempat keheranan.

"Bunda masak? "Tanya Kafka ragu sembari memakai kaos kakinya. Pasalnya selama ini mereka terbiasa sarapan roti untuk mengganjal perut di pagi hari. Terutama semenjak ibunya meninggal beberapa tahun silam.

"Hmm iya. Ayo sarapan dulu kak. "Ajak Shinta dan menyiapkan sarapan di meja makan. Kafka tidak jadi memakai sepatunya dan beranjak ke ruang makan.

Tak lama Caca dan Bella masuk ruang makan. Mereka saling berpandangan melihat banyak menu yang tersaji pagi ini.

"Pagi Bel, Ca. Mau makan nasi goreng apa roti? "Tanya Shinta sembari mengambilkan susu coklat kepada Kafka yang mulai makan nasi goreng buatannya.

"Nasi goreng. "Jawab keduanya kompak dan duduk di kursi masing-masing. Shinta memberikan kepada keduanya masing-masing satu piring nasi goreng dengan telur goreng, ayam goreng, acar mentimun dan kerupuk.

"Papa mana? "Tanya Shinta karena tak melihat suaminya.

"Masih di kamar nda. "Jawab Caca dan mulai menyuap nasi goreng. Nasi goreng buatan bundanya sungguh enak sehingga Caca tidak berhenti menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

Sudah lama mereka sarapan dengan seadanya dan menyiapkan sendiri-sendiri. Baru kali ini ada banyak hidangan untuk sarapan mereka. Nasi goreng, ayam goreng, telur, kerupuk, acar mentimun, roti, selai coklat dan selai strawberry. Tak lupa susu coklat kesukaan mereka yang tak perlu mereka seduh sendiri. Terutama Caca, dia tak pernah merasakan ini sebelumnya karena ibunya meninggal saat melahirkan Caca. Selain itu Bu Ani terbiasa masak sedikit siang sehingga saat sarapan pagi belum ada masakan sama sekali.

Danu yang baru masuk ruang makan juga terhenyak. Sudah siap di mejanya nasi sepiring nasi goreng dan segelas teh manis.

"Pa, ayo sarapan dulu. "Ajak Shinta dan menarik kursi Danu agar lebih mudah untuk duduk. Danu duduk dan langsung menyendokkan nasi ke mulutnya.

Semuanya sarapan dengan menu spesial hari ini.

"Kakak mau bawa bekal? "Tanya Shinta kepada Kafka. Dia sedikit berharap cemas.

Kafka tersenyum.

"Mau nda. Pake ini? "Tanya Kafka antusias. Dia selalu iri saat teman-temannya membawa bekal dari rumah sementara dia harus mengantri di kantin dengan menu yang itu-itu saja.

"Oh enggak dong. Bunda udah masak nasi putih, udang goreng tepung sama capcay. Mau? "Tawar Shinta lagi dengan tersenyum. Dia lega karena Kafka mau membawa bekal.

Kafka mengangguk dengan semangat.

"Ih bunda Bella juga mau. "Protes Bella karena Shinta tidak menawarinya.

"Caca juga. "Sahut Caca tak mau kalah.

Shinta tergelak. Dia bahagia dengan antusias anak-anaknya.

"Iya, udah bunda siapin kok. "

Shinta memang sudah menyiapkan tiga kotak bekal. Hanya saja dia masih ragu apakah ketiga anaknya mau membawa bekal masakannya.

Setelah sarapan Shinta mengemasi bekal ketiga anaknya sebelum mereka berangkat.

"Hati-hati kak, kabari bunda kalo ada apa-apa. "Petuah Shinta saat Kafka mencium tangannya.

"Iya bunda, assalamualaikum. "Jawab Kafka kemudian berjalan ke garasi dengan menenteng kotak bekalnya.

Menikahi Duda Anak TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang