Aku dan Kamu menjadi Kita

5.5K 60 6
                                    

Hari ini sama seperti biasanya kuliah dan kerja, aku membantu orang tuaku disaat aku masuk sekolah menengah atas dan disaat itu aku sudah paham dunia bisnis sama seperti cici ku yang juga membantu perusahaan papi

Hari ini aku di tugaskan papi untuk meeting dengan client barunya karena aku selalu meminta papi untuk memberikan client baru kepadaku supaya aku tahu siapa yang berhak berbisnis dengan papi setidaknya mereka menghargai aku juga

Sudah puluhan kali aku berjumpa dengan client baru yang memang papi berikan kepadaku atas keinginanku tapi tidak semua bisa bekerjasama dengan papi karena ada beberapa di antara mereka yang menganggapku remeh, anak kecil yang tidak tahu akan dunia bisnis dan setelah itu aku membatalkan kerjasama dengan perusahaan tersebut karena aku telah di percayai oleh papi untuk membatalkan atau menerima kerjasama perusahaan tersebut

Sekarang aku udah berada di ruang meeting tidak bersama sekretaris sekalipun karena aku suka seperti ini, melakukan semuanya sendiri sampai ciciku saja bilang aku workaholic yang terbilang sangat parah setidaknya sekretaris itu perlu tapi aku tidak menginginkannya

"Selamat siang, saya Heva dan bisa kita mulai meeting ini sekarang" ucapku sopan

Bisa ku pastikan kalau client papi ini meremehkan aku terlihat jelas dari wajahnya

"Cantik banget sih sekretarisnya itu" ucapku dalam hati, fokus Shan

"Perusahaan macam apa ini yang membiarkan anak kecil sepertimu menanggani proyek sebesar ini" ucap client tersebut, benarkan dugaanku dan sudah hal yang biasa buatku seperti ini

"Baiklah saya rasa tidak ada yang perlu kita bahas lagi, saya membatalkan kerjasama ini" ucapku sopan

Brak

"Apa-apa kamu anak kecil dengan seenaknya membatalkan kerjasama ini" ucap client tersebut dengan emosi

"Lalu untuk apa lagi di lanjutkan kalau anda sendiri tidak mau meeting dengan saya dan meremehkan saya tanpa anda tahu terlebih dahulu siapa yang sedang berhadapan dengan anda" ucapku dengan tenang karena hal seperti ini adalah hal biasa mungkin awalnya aku kaget tapi semua menjadi biasa seiring jalannya waktu

Ku lihat dia berjalan menghampiriku yang entah apa yang ingin dia lakukan terhadapku dan aku langsung berdiri karena sebelumnya diriku masih duduk di kursi yang bisanya papi gunakan

Plak

Satu tamparan dari client papi, rasanya panas dan sakit. Aku rasa bibirku robek sedikit dan aku menyentuh bibirku ternyata ada darah. Ini pertama kalinya aku di tampar, aku langsung duduk dan menekan tombol di kursi papi yang menghubungkan ke salah satu bodyguard papi karena saat ini aku pusing banget, ku lihat sekretaris itu langsung menghampiriku

"Anda baik-baik saja, aduh aku harus apa ya" ucapnya pelan namun bisa ku dengar

Satu hal yang pasti dia sangat lucu sekali, kalau lagi panik seperti ini. Aku ga ingin membuatnya tambah panik, aku hanya mengatakan lewat mataku kalau dia ga perlu kuatir dan bisa ku lihat dia mengerti kode ku

"Buat apa kamu urusi anak itu atau kamu saya pecat" ucap client itu kepada gadis lucu yang di depanku ini

Ku lihat gadis cantik yang lucu ini menghembuskan nafas berat

"Baik pak, saya berhenti dari tempat bapak. Gadis ini butuh pertolongan karena ulah bapak yang membuatnya seperti ini" ucap gadis itu lembut

Belum sempat client itu bicara tiba-tiba pintu ruangan meeting terbuka dan aku kaget melihat orang yang datang ke ruangan ini

"Papi" ucapku kecil karena aku lemas banget sekarang dan bagaimana bisa papi berada disini sedangkan aku tadi memanggil bodyguard papi bukan papi

"Apa yang terjadi, sayang ?. Kenapa pipimu memar dan ada luka sobek di bibir" tanya papi dengan lembut saat papi sudah berada di depanku

1. One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang