eyang

8 1 0
                                    

Embun pagi menyeruak dimana mata memandang. Suara kicau burung bagai lantunan melodi yang begitu sopan masuk ke telinga

Dengan Hoodie berwarna green tea dan training hitam, Aurel melangkahkan kakinya yang hanya di alasi sendal jepit hitam di lorong bebatuan

Tujuannya tak tentu arah, ia hanya ingin menghirup udara segar, membiarkan kulit wajahnya diterpa sejuknya embun pagi

"Hallo pencipta Alam semesta, terimakasih atas ujiannya. Kali ini cukup berat yah karena orang tua hamba ikut terlibat, tapi hamba yakin pasti ada hikmah dibalik ini semua. Hamba tidak akan menyalahkan siapapun, ini adalah ketetapan takdir yang harus hamba jalani. Beri hamba kekuatan Ya Allah" Ucap Aurel

"Hello Brodii, ngapain disini. Dicariin tuh sama eyang"

"Lagi nyari tutut By"

"Hah tutut?" Beo Alby

Mana ada tutut ditengah lorong

"Ngadi-ngadi yah ngana, ayok balik dicariin eyang loh" kata Alby lalu menggandeng tangan Aurel

Mereka berjalan menuju rumah eyang Alby yang letaknya kurang lebih 1 kilo dari tempat mereka sekarang

Walaupun pemukiman disini cukup ramai, tetapi keasriannya masih sangat terjaga

"Eh By makasih yah udah minjemin ini" Ucap Aurel memperlihat pakaian yang ia kenakan

"Iyya sama-sama" Kata Alby yang dengan usil menarik tali kupluk hoodie yang dikenakan Aurel lalu kemudian ia berlari

"Iii Alby jail banget sih, awas lo ya" teriaknya kemudian mengejar Alby yang sudah terlewat jauh

🌵🌵🌵

Aurel berhenti disebuah rumah bernuansa klasik yang dilapisi cat putih, halamannya tidak begitu luas karena dipenuhi oleh tanaman segar

Ia masuk kedalam rumah itu.

"Morning eyang" sapanya malu-malu pada wanita lansia yang sedang duduk dimeja makan

"Morning too sayang, ayo duduk" kata Bulan, eyang Alby

"Wahh wanginya enak banget"

"Udah duduk sana, nanti kita telat kesekolah lagi" ucap Alby yang sudah rapih dengan seragamnya

"Loh udah siap? Cepet banget"

"Makanya cepetan" Alby menunjuk jam dengan dagunya

Aurel melongo melihat sekarang sudah jam 06.00, ia langsung menarik kursi dan makan dengan terburu-buru hingga tersedak

"Uhuk-uhuk"

"Makannya pelan-pelan atuh nak" kata Bulan sembari memberikan segelas air ke Aurel

"Maaf eyang makasih untuk makanannya El permisi mandi dulu" katanya lalu melenggang pergi

Alby juga Bulan melihat kepergian Aurel yang begitu tergesa-gesa hingga menubruk tangga dengan tersenyum

"Ini pertama kalinya kamu bawa teman kamu kerumah ini By, perempuan lagi"

"Ah itu" Alby nampak menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Kemarin eyang lihat dia nangis, tadi juga matanya sembab begitu, kenapa? Dia ada masalah?" Bulan yang baru pertama kali bertemu Aurel bisa melihat dari mata gadis itu bahwa ada masalah yang begitu berat yang sedang menimpanya

Walau Aurel berusaha menutupinya, tapi Bulan tahu karena diusianya yang sudah tak muda itu ia sudah bertemu dengan banyak orang dengan karakter yang berbeda-beda

Alby menjawab dengan menganggukkan kepalanya

"Apa kamu yang buat dia sedih kayak gitu?" Tanya Bulan penuh curiga

"Eh bukan eyang" jawab Alby spontan mengangkat kedua tangannya

"Untung Opah kamu belum pulang, hampir aja kamu diinterogasi sampai besok" Alby yang mendengar itu tiba-tiba bergidik ngeri, mengingat sifat Opahnya yang sangat tegas dan sangar itu

"Aurel siap" ucap Aurel dengan setengah berlari kearah meja makan

"Eyang, Alby sama El berangkat yah, nanti telat" ucap Alby terburu-buru, lalu menyalimi tangan Bulan dan menarik tangan Aurel

"El juga pamit yah eyang, makasih udah mau nampung El disini dan maaf udah ngerepotin" kata Aurel, menyalimi tangan Bulan dengan terburu-buru karena Alby menarik tangannya dengan kuat

"Iya sama-sama nak, lain kali main lagi yah kesini" Bulan berkata dengan sedikit berteriak, karena Alby menarik Aurel dengan terburu-buru

Aurel yang mendengar perkataan Bulan hanya bisa berteriak mengiyakan, karena Alby tak memberinya ruang untuk berhenti berjalan

Sepanjang perjalanan hanya diiringi oleh alunan musik dan tak ada perbincangan diantara dua insan yang berseragam putih abu-abu itu, karena salah satu dari mereka sedang melanjutkan perkelanaannya dipulau kapuk

-TBC-

unclear lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang