Sore ini Seungmin melewati jalan yang sama dan dia bertemu sosok yang sama di sana. Anak lemah itu lagi-lagi diganggu oleh teman-temannya. Tubuh anak itu mendadak jatuh lunglai, melihat kejadian itu teman-teman nya malah pergi meninggalkannya tergeletak tak berdaya.
Seungmin tak ada pilihan, Seungmin menggendong anak itu di punggunya dan membawanya ke kost.
" Dia demam." Seungmin mengecek suhu tubuh Jeongin sambil sesekali mengompres anak itu.
" Jangan... Daddy.... Aku mau daddy..." Jeongin merancau.
" Daddy? Apa yang dia maksud kak Minho?" Seungmin terus memperhatikan tiap kata yang keluar dari mulut Jeongin.
Seungmin tidak sengaja menemukan obat Jeongin yang tercecer saat dia berusaha mengangkat tubuh anak ini.
" Venlafaxine? Kenapa anak ini butuh obat seperti ini?"
" Tolong... Jangan..." Tubuh Jeongin bergetar hebat, raut wajahnya jelas menunjukan bahwa dia sedang ketakutan. Seungmin menggenggam tangan Jeongin dan mengelus surainya yang kini penuh peluh.
" Tenang lah..." Kata itu yang terus di bisikan oleh Seungmin hingga akhirnya Jeongin dapat merasakan ketenangan dalam tidurnya.
" Mama..." Gumamnya lirih dengan menggenggam erat tangan Seungmin.
" Kau rindu ibumu?" Seungmin seperti melihat dirinya yang lain dari sosok Jeongin. Seungmin hampir terlelap saat ponsel Jeongin bergetar.
" Daddy?!" Nama itu tertulis jelas di ponsel sang anak.
" Haruskah aku mengangkatnya? Tapi dilihat dari kejadian kemarin, dia seperti sangat menyanyangi anak ini."
.
.
.
.Tut..
[📞🐰] " Jeongin sayang kau dimana? Aku datang ke apartemen tapi tidak menemukan mu dimana-mana. Sepatu dan seragam sekolahmu juga tidak ada. Kau kemana?"
Dari nada nya Seungmin bisa menebak seseorang di sana sedang panik bukan main.
[📞🐶] " Ini aku Seungmin. Dia ada di kost ku, tadi aku menemukannya pingsan dan demam. Tapi kini demamnya sudah turun."
[📞🐰] " Ke..napa... Dia.."
[📞🐶] " Aku tau kau panik, tapi ini sudah malam. Aku akan menjaganya, kau tidak perlu khawatir. Besok kau boleh menjemputnya, biarkan dia istirahat disini untuk malam ini."
.
.
.
.Seungmin menutup telponnya. Minho sudah menduga hal ini akan terjadi tapi dia tidak menyangka jika harus secepat ini.
____
Pagi ini Seungmin sibuk memasak bubur dan sup ayam gingseng di rumah kost nya yang tidak seberapa luas. Harum masakannya mengusik ketenangan mimpi Jeongin.
" Mama..." Jeongin membuka matanya perlahan.
" Kau sudah bangun?" Seungmin mengambil thermometer yang tergeletak di atas meja belajarnya dan mengecek suhu Jeongin.
" Syukurlah, demam mu sudah hilang. Makanlah bubur dan sup ini, setelah itu minum obatmu dan istirahatlah. Dia berjanji akan menjemputmu nanti." Seungmin berkata sambil terus membereskan semua buku dan laptopnya.
" Aku pergi dulu ya, aku ada ujian pagi ini. Kau makanlah dengan baik. Jangan sakit lagi ya adik manis..." Seungmin tersenyum dan membelai lembut surai Jeongin yang masih berantakan.Seungmin melambaikan tangan dan menutup pintu kembali.
Jeongin membuka penutup sup tersebut, seketika harum masakan Seungmin segera memenuhi ruangan. Dia menyuap dengan ragu. Matanya mulai berkaca-kaca ketika rasa itu lembut menyentuh lidahnya.
" Aku... Aku rindu mama..." Jeongin menahan air matanya yang ingin terus terurai.
Minho masuk tanpa mengetuk pintu, dia sudah bertemu Seungmin di luar dan Seungmin menunjukan kamarnya, namun dia segera pergi karena ujiannya. Jeongin menatap Minho sendu.
" Kau kenapa?" Tanya Minho yang heran dengan genangan yang tertahan di mata sipit Jeongin.
" Aku hanya sedang merindukan seseorang..." Minho menatap bubur dna sup itu.
" Apa dia yang memasaknya untuk mu?" Jeongin mengangguk.
" Hmm, daddy sepertinya kakak itu mengenalmu?"
" Dia yang kubawa untuk acara keluarga." Jeongin terkejut.
" Apa dia tau hubungan kita?" Jeongin mendadak tak enak hati dengan sikap baik Seungmin pada nya.
" Entahlah, aku rasa dia bukan orang bodoh yang tidak menyadari hal itu. Habiskan makananmu cepat dan aku akan mengantarmu ke apartemen. Aku sudah bicara pada gurumu kalau kau sakit dan tidak bisa masuk sekolah hari ini." Minho mengamati setiap sudut kamar Seungmin. Semua tertata rapi dan bersih.
Minho memapah Jeongin hingga ke kamar apartemen. Mereka duduk di kasur yang sama. Minho melonggarkan dasinya dan membuka satu kancing kemejanya yang membuatnya terlihat sedikit nakal dan elegan.
Jeongin memeluknya dan menyandarkan pikirannya yang lelah di pundak yang tua.
" Jeongin-ah... Jangan buat aku merasa bersalah karena sudah menyia-nyiakan perhatianku padamu. Aku tidak ingin menambah rasa trauma mu itu. Tapi aku juga tidak bisa memberikan apa yang kau mau."
" Jangan katakan itu... Setidaknya jangan hari ini... Biarkan aku mendengar hati ku saja untuk hari ini!" Jeongin menutup telinga dan matanya.
" Kau sudah bertambah dewasa. Aku tidak perlu lagi menjelaskannya, selamat ulang tahun.." Minho mengecup kening Jeongin.
" Kau harus mengerti... Kita punya ketakutan dan kenangan yang sama pada orang yang sama. Aku pergi dulu. Masih ada pekerjaan yang harus ku selesaikan. Aku sudah memesan sup rumput laut untuk mu, makanlah selagi hangat." Minho meninggalkan Jeongin begitu saja.
Tetes air mata membasahi pipi dan pakaiannya. Jeongin membenamkan wajahnya di antara tangannya. Dia meringkuk menyesali apa yang telah terjadi.
" Kenapa... Kenapa semua rasa ini ada? Kenapa... Kenapa kenyataan ini yang harus ku hadapi... Tidak bisakah kenyataan ini hanya mimpi, bagaimana bisa aku mencintaimu yang adalah kakakku sendiri!" Jeongin menangis sejadinya. Dia tidak kuat menahan rasa sakit yang begitu mendalam. Harapannya seperti hancur berkeping-keping.
Kyuji_25

KAMU SEDANG MEMBACA
[ BL ] SECRET
Fanfic[ 2MIN AREA ] kehidupan itu penuh misteri Bijak sebelum membaca! Book ini mengandung unsur dewasa [ 23+ ]. #2min #bxb #drama #adult #NC