8

740 91 2
                                    

Minho membawa Seungmin yang masih terlelap ke apartemennya yang lain. Dia menidurkan Seungmin diranjang dan mulai membuka Jas dan kemejanya. Dia membuka hodie tebal yang akan sedikit mengganggu permainannya.

" Kau bisa selembut itu pada manusia serakah itu, tapi kenapa dengan ku berbeda? Aku paling tidak tahan dengan penolakan apa kau tau..." Minho memandangi wajah Seungmin yang begitu damai. Dia tertarik pada lekukan tipis merah muda yang cantik.

" Bibir polos seperti ini siapa yang sanggup menahan godaannya." Wajah Minho mendekat di kecupnya perlahan benda kenyal tersebut, ia pun menghisap pelan.

" Sial ini terlalu manis untuk di sia-siakan.." Batinnya dan terus meningkatkan ritmenya perlahan.

Tangannya mulai menjamahi tubuh Seungmin. Kaos putih itu kini terangkat separuh, tapi yang ada dibaliknya justru lebih putih dari kapas. Minho mendusel leher Seungmin, mencicipi rasa termanis dari setiap bagian yang tereksplor oleh mata laparnya.

" Sial, aku begitu terangsang dengan kediamannya. Aku ingin mengenal tubuh ini lebih dalam lagi!"

Minho mencoba membuka kancing terbawah yang masih bertahan, Seungmin yang tersadar pun mempertahankan harga dirinya yang tersisa.

" MENJAUHLAH DARI KU SIALAN!!"

BUAKK!!

Hantaman Seungmin mendarat di wajah Minho dan membuat lelaki itu terpelanting ke bawah. Minho mengusap ujung bibirnya yang terluka karena hantaman Seungmin. Dia tersenyum sadis.

" Bajingan tetaplah bajingan! Salah ku yang terlalu bodoh karena berpikir bajingan juga manusia!" Amarah Seungmin pun menggebu.

" Setidaknya aku menghargai setiap kenikmatan yang di berikan kepadaku kan?!" Seungmin benar-benar muak kali ini. Dia mengambil kasar hodienya dan bangkit menuju pintu. Minho tak tinggal diam, dia menahan pintu tersebut.

" Kenapa sampai marah begitu? Aku hanya ingin bermain dengan mu."

" Aku bukan barang mainan!"

" Sadarlah kau itu hanyalah mainan, baik untukku maupun untuk Chan!" Seungmin menatap tajam Minho yang masih menahan pintu itu dengan tangannya.

" Kenapa kau bawa kak Chan dalam masalah ini? Kau yang bajingan, jangan pernah menyalahkan orang lain."

" Ckck, ternyata kau terlalu naif... Pantas saja kakakku sangat bernafsu untuk memilikimu. Tapi, kau adalah milikku! Aku tidak suka jika milikku di sentuh orang lain!"

" Aku bukan milikmu ataupun orang lain! Akan ku kembalikan laptop dan semua uang dari mu, supaya kau tidak salah paham!" Seungmin berusaha menarik gagang pintu itu namun Minho masih bersikukuh disana.

" Jangan membuatku marah atau kau akan menyesal!" Sikap Seungmin membuat kekesalan Minho memuncak.

" Pantas saja dia jadi ketakutan seperti itu. Jangan lakukan itu padanya. Kau harusnya tau sikap arogan mu akan memicu trauma yang lebih buruk untuknya."

" Siapa yang kau bicarakan?"

" Jeongin! Anak itu sangat terluka. Aku dan dia memiliki luka yang sama, luka yang orang lain tidak mungkin mengerti. Jagalah dia, buat dia merasa bila hidupnya berarti setidaknya untuk seseorang didunia ini."

" Jangan bicara seolah-olah kau sudah mengenalnya." Minho terkekeh.

" Kau yang tidak mengerti betapa mengerikannya hal yang kami rasakan. Aku tidak ingin dia berakhir seperti ku! Aku ingin dia mendapatkan hidupnya, kebahagiannya dan harapannya. Jangan rusak dia dengan yang kau punya." Tak terasa embun bening itu menetes dari ujung mata sipitnya. Seungmin tak kuasa menahan sesak didadanya setiap dia membicarakan tentang dirinya.

Minho menyentuh lembut pipinya, mengusap pelan kristal kesedihan yang mengalir pelan. Hatinya terasa sakit melihat tangisan Seungmin malam ini. Perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelum nya saat menatap seseorang.

Seungmin memutar gagang pintu, kali ini Minho membiarka burung cantik itu terbang kemanapun dia mau.

Drtt!! Drrt!!

Pesan masuk ke ponsel Seungmin yang tak sengaja tertinggal disana.
.
.
.
.
[🐺] " Kau dimana?"
.
.
.
.

" Dasar kakak sialan!" Minho dengan smirknya yang menakutkan.

____

Seungmin berjalan perlahan memasuki kostnya dengan pikiran kalutnya tentang kejadian tadi.

" Seungming-ah!" Felix berlari menghampiri Seungmin yang masih setengah linglung.

" Kau tidak apa-apakan? Bos ku tidak melakukan hal yang aneh-anehkan?" Changbin turut khawatir dengan keadaan iparnya.

" Aku lelah! Aku ingin istirahat!" Tatapan Seungmin menjadi kosong. Semua memori berputar di kepalanya.

" Apa yang dia lakukan padamu? Seungmin, kau jangan menahannya. Jika ada hal buruk biacarakan saja padaku." Felix mengguncangkan bahu Seungmin yang lelah.

" Tidak, aku hanya ingin istirahat." Seungmin memaksakan senyum di wajahnya.

" Syukurlah kalau kau memang baik-baik saja. Aku minta maaf karena sudah memberikan mu masalah seperti ini." Changbin sangat menyesal.

" Kalian berdua tidak salah, jadi ku mohon jangan menatap ku dengan wajah seperti ini. Terutama kau anak ayam!" Seungmin mencubit pipi Felix pelan.

" Jika ada masalah ceritakan padaku! Aku akan selalu mendengarkan keluh kesahmu. Jangan lagi kau pendam semuanya sendiri, mengerti!"

Felix sangat khawatir, karena dulu Seungmin pernah mengalami trauma hebat karena kematian kedua orang tuanya. Dia bahkan tidak mau mendengar atau berbicara dengan orang lain.

" Iya, itu pasti!"

" Kalau begitu istirahatlah, kami pulang dulu." Changbin merangkul Felix.

" Ingat! Telpon aku kalau ada apa-apa ya! Dah..."

" Dah..."

Seungmin mengunci rapat pintu kamarnya. Sakit di kepalanya makin hebat. Dia terduduk lemas didekat pintu. Seungmin memegangi kepalanya kuat, nafas nya mulai memendek. Dia tak tau apa yang sedang terjadi pada tubuhnya.

" Hentikan! Ini sakit!" Perlahan rasa sakit itu mulai menyandra kesadarannya.

Kyuji_25

[ BL ] SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang