16 - Kecelakaan

1.3K 68 3
                                    

Veron yang baru berangkat bersama Audrey dihadang oleh Arnold dan Gasta. Dua orang yang paling membenci Veron, 3 minggu yang lalu Arnold kalah balapan motor dengan cowok itu. Tidak terima di kalahkan oleh cowok seperti Veron Arnold berjanji akan membalas dendam.

"Loe pada ngapain dah berdiri disitu kek satpam kompleks aja,"sindir Audrey yang memang dari awal tidak menyukai Arnold.

"Mau balas dendam,"jawab Gasta dengn santainya.

"Oalah mau bales dendam toh ayok silahkan gue tonton dari sini mumpung masih pagi,"ujar Audrey dengan watados.

"Gue tantang loe main basket sepulang sekolah kalau loe kalah loe jauhin Vinca,"kata Arnold pada Veron yang menaik turunkan alisnya.

"Kalo gue yang menang?"tanya Veron menantang.

"Loe boleh minta apapun ke gue,"kata Arnold tanpa pikir panjang.

"Oke, deal,"ujar Veron menunjukkan smirk andalannya ketika dia sedang merencanakan sesuatu yang menurut Audrey edan.

"Gue ikut, gak mau tau gue ikut,"sela Audrey.

"Nyusahin aja loe mending sama gue aja, Drey,"kata Gasta mengedipkan satu matanya.

"Ogah loe kadang lemot,"Audrey menatap sinis Gasta yang melotot tidak terima dikatai lemot.

"Udah diem gak usah aneh-aneh,"kata Veron lalu menarik Audrey menjauh dari ke dua orang tidak berguna itu.

Ketika mereka akan masuk ke dalam kelas tiba-tiba Veron di panggil Vinca dan mereka berdua pergi meninggalkan Audrey yang menaik-turunkan alisnya ingin tahu. Aneh saja melihat Vinca yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Ngapain loe?"tanya Yeri pada Audrey yang masih saja berdiri di depan kelas.

"Nungguin kang siomay lewat,"jawab Audrey asal.

"Makin gak waras nih anak,"kata Yeri menempelkan punggung tangannya di kening Audrey.

"Panas pantes gila,"sambungnya bergaya layaknya dokter mendiagnosa pasiennya.

"Sembarangan loe kalo ngomong, mau gue kirim ke rumah sakit apa kuburan?"tanya Audrey.

"Ke rumah makan aja gue laper,"ujar Yeri langsung menyengir.

Ingin sekali Audrey menggeplak kepala Yeri dengan sapu di tangannya. Eh sapu? sejak kapan tangannya menggenggam sapu.

"Napa loe, Line, lemes amat kek banci lampu merah yang suka godain cowok?"tanya Audrey pada Pauline yang sedari tadi diam seperti patung pancoran.

"Gue gak semangat hidup mau bertransformasi jadi ratu inggris aja biar terkenal di seluruh dunia,"jawab Pauline yang mendapat tatapan sinis dari Yeri dan Audrey.

"Gak ada semangat hidup itu harusnya mau mati bukanya bertranformasi jadi ratu inggris dodol amat dah,"geram Audrey mencak-mencak. Yeri hanya tertawa melihat kelakuan dua sahabatnya yang tiada hari tanpa bertingkah absurd.

"PAGI, PAK ARKAN,"teriak Pauline menyapa guru tercintanya itu. Padahal Arkan berjarak tidak jauh darinya tapi, gadis itu berteriak sampai membuat telinga Audrey dan Yeri berdengung.

"Pagi, Oline,"balas Arkan tersenyum.

"Dih ada Pak Arkan aja semangat 45 tadi lemes kek lemper 5 tahun,"sindir Yeri sinis yang hanya dibalas cengiran oleh Pauline.

"Tumben kalian hanya bertiga saja Yasmeen kemana?"tanya Arkan membuat Pauline cemberut karena pria itu menanyakan orang lain bukan dirinya.

"Tau tuh lagi nyari kerang kali di kamar mandi, bapak ngapain cariin Yasmeen mending cariin saya aja,"kata Pauline mengedip-ngedipkan matanya beberapa detik kemudian mendengus kesal karena mendapat toyoran Audrey.

"Elo ada disini ngapain dicariin bego banget,"katanya sinis.

"Iya juga ya,"

"Ya sudah saya ke kantor guru dulu,"pamit Arkan.

"Iya, Pak. hati-hati ya,"kata Pauline yang hanya dibalas senyuman manis dari Arkan

"Sehat jantung loe, Line?"tanya Yeri.

"Enggak, jantung gue hampir aja copot liat senyum manis pangeran impian gue,"katanya tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung Arkan yang menjauh.

"Bucin tingkat akhir nih anak,"dengus Audrey.

"Kek loe sama Pak Abra enggak aja,"sindir Yeri dibalas cengiran Audrey saja.

Mereka bertigapun masuk ke dalam kelas 12 menit lagi jam pelajaran pertama dimulai. Tidak ada tanda-tanda Veron maupun Yasmeen datang. Biasanya Yasmeen yang datang lebih awal dari mereka dan tidak pernah telat.

Perasaan Audrey tidak tenang, dia khawatir pada ke dua orang itu. Kalau Yasmeen tidak berangkat sekolah pasti akan mengabari dirinya dan Veron juga belum kembali dari tadi.

Melihat Audrey yang gelisah Pauline dan Yeri mendekat. Karena tidak biasanya sabahat petakilannya itu gelisah.

"Kenapa, Drey?"tanya Yeri.

"Gak tau nih perasaan gue gak enak banget Bang Veron sama Yasmeen belum dateng juga,"kata Audrey yang tidak bisa diam.

"Drey, calon pacar gue kemana?"tanya Danny pada Audrey yang langsung menatap tajam padanya.

"Slow dong gue nanya baik-baik nih,"sambungnya ngeri.

"Sapa calon pacar loe?"tanya Yeri.

"Yasmeen lah sapa lagi,"kata Danny dengan pedenya.

"Dih kek Yasmeen mau aja sama loe,"ucap Pauline membuat Danny kesal.

"Pagi,"suara tegas itu sukses membuat Danny terkejut dan langsung berlari ke mejanya.

Abra memulai pelajaran pagi dengan tenang sampai dia menyadari kalau Audrey tidak memperhatikan. Ingin menegur namun, diurungkan karena melihat kekasihnya itu gelisah.

Jam mata pelajarannya selesai dia membereskan bukunya dan mempersilahkan murid di kelas itu untuk istirahat. Pria itu mendekati Audrey ketika hanya ada dirinya, Audrey, dan Pauline saja di dalam kelas itu.

"Kamu kenapa?"tanyanya duduk di sebelah Audrey, Pauline menyingkir ke meja depan.

"Perasaan aku gak enak,"kata Audrey yang mimik wajahnya sudah memerah hampir menangis.

Abra menarik gadis itu kepelukannya mencoba untuk menenangkan. Bukannya tenang Audrey justru menangis sesenggukan. Matanya beralih ke Pauline yang juga panik dia pernah melihat Audrey seperti ini.

Yang pasti akan ada sesuatu yang terjadi pada Veron ataupun Yasmeen. Pauline ingin menjelaskan pada Abra. Namun, terhenti karena Yeri yang datang dengan panik dan nafas yang ngos-ngosan.

Wajah gadis itu terlihat pucat dan panik, Pauline menatap Yeri dengan tatapam curiga. Perasaannya juga menjadi tidak enak.

"Kenapa?"tanya Abra.

"Anu pak, itu,"

"Ngomong yang bener, Yer,"kata Pauline jengah.

"Veron sama Yasmeen kecelakaan tadi di depan sekolah,"kata Yeri membuat ketiganya terkejut bukan main.

"Yer, loe jangan bercanda,"kata Pauline tidak percaya.

"Buat apa gue bercanda,"kata Yeri yang masih panik.

"Terus Bang Veron sama Yasmeen gimana keadaannya mereka baik-baik aja, kan? Mereka gak terluka, kan?"tanya Audrey panik air matanya keluar dengan deras. Abra hanya bisa menenangkannya saja.

"Gue gak tau mereka udah dibawa ke rumah sakit,"jawab Yeri.

"Aku harus ke rumah sakit,"kata Audrey pada Abra.

"Bersamaku,"kata Abra tidak mungkin dia membiarkan kekasihnya pergi ke rumah sakit seorang diri.

"Saya sama Yeri ikut, Pak,"kata Pauline yang langsung diangguki Abra. Nanti dia akan memberitahu guru BK atau Kepala sekolah agar tidak terjadi masalah.

Merekapun pergi ke rumah sakit sepanjang jalan Audrey hanya bisa menangis. Pauline memberi kabar pada Bara dan kedua orang tua Yasmeen.




TBC...

My Beloved TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang