O9 - Berubah

1.2K 91 3
                                    

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍“HAPPY SWEET SEVENTEEN VERON AUDREY,”

Baru saja Veron dan Audrey membuka pintu kelasnya sudah mendapat lemparan tepung dan telur saja. Keributan itu menarik perhatian kelas yang lain. Audrey menatap garang teman-temannya yang nyengir tanpa dosa.

Di tangan Pauline ada kue ulang tahun yang terdapat lilin angka 17. Memang hari ini mereka berdua berulang tahun hanya saja mereka tidak menyangka akan dilempar telur dan tepung di depan kelas lagi.

Alamat masalah dengan para guru ini mah.

Brukk

Baru saja Audrey berpikiran seperti itu sudah ada aja kejadian yang cukup memalukan. Angel terjatuh karena menginjak tepung di lantai, di belakang Angel ada Arkan yang sepertinya sedang menahan tawa dan Abra yang menggelengkan kepala.

Sementara anak-anak sudah menertawai Angel yang terjatuh dengan tidak elitnya.

“Diam kalian,”pekik Angel.

“Apa-apaan kalian ini? Ini sekolah bukan tempat bermain ngapain kalian main tepung seperti ini,”lanjutnya menatap marah pada anak kelas Sainsty.

“Si Ibu aja yang gak merhatiin jalan makanya bisa jatuh,”ketus Kenzo.

“Kalian mau saya hukum,”ancam Angel kesal karena bajunya yang kotor.

“Sudah, Bu Angel, lebih baik ibu berganti pakaian,”saran Arkan agar wanita itu tidak sampai menghukum mereka.

“Kalau gitu saya permisi dulu Pak Arkan, Pak Abra,”kata Angel dengan suara yang dibuat selembut mungkin.

“Kalian berdua mandi dan ganti pakaian kalian di ruangan saya,”kata Abra datar seperti biasa. Audrey dan Veron mengangguk patuh mengikuti Abra yang berjalan lebih dulu.

“Untuk kalian bersihkan lantai,”kata Arkan.

“Aku duluan,”kata Audrey saat sudah ada di ruangan Abra.

“Saya ambilkan seragam dulu,”Abra berlalu pergi.

Veron melihat ruangan Abra yang nyaman dan terlihat maskulin. Dia akui selera pria itu sangat tinggi hanya dilihat dari ruangannya yang terlihat elegant dan rapi. Apalah dayanya kamarnya saja terkadang berantakan. Tapi itu semua karena ulah Audrey bukan dirinya.

Abra kembali membawa dua pasang seragam untuknya dan Audrey. Veron langsung memberikan seragam pada Audrey.

Tunggu dulu kenapa tiba-tiba itu guru baik? Apa tadi waktu berangkat dia kepentok sesuatu sampai mendadak baik? Gak mungkin kan tiba-tiba baik tanpa alasan seperti ini.

“Abang sana ih ngapain ngelamun,”kata Audrey kesal.

“Iya, bawel banget sih kamu,”kata Veron lalu masuk ke kamar mandi.

“Pak Abra, makasih ya,”ucap Audrey pada Abra yang sedang memeriksa kertas ulangan.

“Hm,”dehemnya sebagai jawaban.

Setelahnya hanya kehening yang tercipta. Audrey masih segan untuk berbicara lebih pada gurunya itu. Abra sendiri sepertinya juga enggan untuk berbicara dengan Audrey.

Pintu kamar mandi terbuka, Veron keluar dengan rambut basahnya. Memang hampir semua bagian tubuh cowok itu terkena tepung dan telur sedangkan Audre hanya sebatas dada saja.

“Terima kasih, Pak. Kami kembali ke kelas dulu,”kata Veron yang diangguki Abra.

Mata Abra menatap punggung dua anak kembar yang menghilang di balik pintu. Senyum kecil terbit di bibir tipisnya.

Jam istirahat semua anak kelas Audrey ke kantin meminta pajak ulang tahun pada Audrey dan Veron. Audrey yang malas untuk ke kantin hanya di dalam kelas menidurkan diri.

Pintu kelas terbuka, Abra masuk ke dalam kelas membawa kertas. Audrey mengangkat kepalanya melihat ke arah Abra yang berjalan ke arahnya.

“Ada apa ya, Pak?”tanya Audrey setahunya setelah ini bukan pelajaran biologi.

“Hasil ulangan kelas ini,”Abra memberikan kertas di tangannya.

Audrey bangun dan menerima kertas tersebut melihat-lihat nilai ulangan teman-temannya yang rata-rata pada ancur semua. Tanpa disadari Abra juga ikut tersenyum melihat Audrey yang tertawa pelan.

“Cantik,”gumamnya tanpa sadar.

“Bapak, bicara pada saya?”tanya Audrey bingung.

“Bukan apa-apa, saya kembali ke ruangan saya dulu,”Audrey mengangguk saya.

Senyum terbit di bibir Audrey melihat kepergian Abra. Pria itu sudah tidak terlalu dingin lagi padanya setelah insiden perkelahian Veron dan Carlos. Ingatkan Audrey untuk mengucapkan terima kasih pada dua orang itu.

Suara ribut-ribut menandakan kalo para penghuni kelas Sainsty kembali ke sarang mereka. Audrey mengambil kertas ulangan miliknya dan Veron setelah itu memberikan kertas hasil ulangan itu ke ketua kelas.

Gerutuan dan kata-kata lebay muncul saat kertas sudah dibagikan terkadang ada yang mengumpat dengan kesal. Veron yang baru kembali duduk di samping Audrey dengan santainya. Ada raut gembira di wajahnya.

“Abang kenapa? Gak gila kan?”tanya Audrey polos.

“Enak aja ngatain abang gila,”ketus Veron tidak suka.

“Ya abisnya abang keliatan seneng gitu,”

“Sini,”

Audrey mendekat dan Veron membisikan sesuatu pada adik kembarnya itu.

“Aje gile garcep banget lu, Bang,”ucap Audrey heboh.

“Diem dek,”

“Nanti aku pulang sendiri dong,”

“Minta Kak Bara buat jemput,”

“Ok deh,”

Ceritanya Veron mau jalan sama Vinca nanti setelah pulang sekolah. Audrey kan adek yang baik jadi biarin aja si abang jalan tuh sama temennya. Nanti bisalah minta dijemput Bara.

Nyatanya sampai 1 jam lebih Bara belum juga menjemputnya, ponselnya mati gak bisa ngehubungin orang lain atau pesan ojek online.

Mana hujan lagi dan dia di halte depan sekolah sendirian kedinginan. Saking dinginnya Audrey sampai memeluk tubuhnya sendiri. Bajunya juga sedikit basah karna terkena air hujan dari belakang.

Diatas ratapannya yang mengesalkan sebuah mobil berhenti di depannya. Kaca mobil perlahan turun terlihat Abra di dalam mobil tersebut.

“Kenapa belum pulang?”tanyanya.

“Belum ada yang jemput, Pak,”jawab Audrey pelan.

“Masuk biar saya antar pulang,”

“Tidak usah, Pak,”

“Masuk Audrey nanti kamu sakit kelamaan kedinginan,”

Mau tak mau Audrey masuk ke dalam mobil Abra. Pria itu menyodorkan jaket miliknya yang memang selalu disediakan di dalam mobil. Dengan ragu gadis itu menerima dan memakai jaket tersebut.

Hangat. Itu yang dirasakan Audrey saat jaket itu terpasang di tubuhnya. Selama perjalanan hanya ada keheningan. Audrey lebih suka menatap hujan dari balik kaca mobil dan Abra fokus menyetir.

Mobil berhenti di depan gerbang gedung Apartment milik Bara, Abra mengambil payung lalu keluar dari mobil. Pria itu memutari mobil dan membuka pintu bagian penumpang. Memayungi Audrey yang salah tingkah dengan perhatian pria itu.

“Makasih ya, Pak. Udah nganterin saya pulang,”ujarnya setelah sampai di lobi apartment.

“Sama-sama saya pulang dulu,”

“Hati-hati dijalan, Pak,”Abra hanya mengangguk lalu berlalu masuk ke dalam mobilnya.

Audrey menatap mobil Abra yang melaju menjauh sampai tak terlihat lagi. Setelah itu, dia berlalu dengan senyum yang mengembang. Tidak menyangka akan diantar pulang oleh pria yang disukainya.

Tbc
______________________

My Beloved TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang