19 - Roman Picisan

733 39 0
                                    

Chesa menatap Melody tidak suka niatnya untuk menemui Bara kandas karena gadis itu menghalangi jalannya. Keduanya memang sama-sama mendekati pria itu semenjak lama.

Saat itu keduanya masih berteman tapi, karena menyukai pria yang sama pertemanan itu harus berubah menjadi persaingan yang sengit. Walau begitu mereka tidak pernah menggunakan cara curang untuk mendapat perhatian Bara.

“Kenapa dimana-mana ada elo sih?”tanya Chesa kesal.

“Gue? Abis ketemu Kak Bara dong dan gue gak mau loe juga ketemu dia,”kata Melody mengedipkan satu matanya. Ingin sekali Chesa pukul kepala gadis itu agar tidak lagi meremehkannya.

“Loe gak boleh gitu dong, kan kita udah sepakat gak boleh curang,”ujar Chesa gemas.

“Gue gak curang tuh kan gue cuma ngehalangin loe biar gak ketemu Kak Bara doang bukan berarti curang,”

“Sama aja, Mel, gemes gue sama loe,”desis Chesa ingin melewati Melody namun, gadis itu lebih dulu mencekal tangannya.

“Gue emang ngegemesin sih jadi gak heran kalo loe gemes sama gue,”cengirnya.

“Lepasin tangan gue setan nanti tangan gue infeksi gara-gara loe pegang,”

Mereka tidak menyadari kalau pertengkaran keduanya ditonton beberapa orang yang lewat. Saat ini sedang jam makan siang jadi banyak karyawan kantor yang berlalu lalang.

Tidak heran lagi mereka dengan kedua gadis itu yang bahkan tidak pernah absen untuk bertemu dengan boss mereka. Bahkan mereka sampai membuat gaduh satu gedung hanya karena Bara menolak bertemu dengan keduanya.

“Mending tunda besok aja deh loe ketemu Kak Bara,”kata Melody mulai serius.

“Lah? Kenapa harus besok kalo bisa sekarang loe aja baru ketemu dia kan?”tanya Chesa menyipitkan matanya mulai penasaran dengan perubahan raut wajah Melody.

“Iya gue ketemu Kak Bara tapi, cuma sebentar itupun di lobby dia kek buru-buru gitu terus raut wajahnya kek panik,”jelas Melody serius sekaligus penasaran.

“Ada masalah kali ya?”

“Ya mana gue tau dia cuma ngelirik gue sekilas terus bilang gak bisa ngeladenin celotehan gue lalu pergi,”

“Yaudahlah, gue mau pergi aja,”ucap Chesa berlalu meninggalkan Melody yang cengong.

Chesa berjalan di taman tidak jauh dari kantor Bara kakinya menghentak kesal. Entah apa penyebab dia bisa sekesal itu padahal biasanya dia hanya jutek pada Melody setelahnya seperti semula lagi.

Matanya tidak sengaja melihat Bara sedang berjongkok di samping seorang gadis. Dia tidak bisa melihat gadis itu karena posisinya membelakanginya.

Bibir Chesa yang tadinya manyun bertambah manyun. Pikiran-pikiran buruk memenuhi kepalanya cantiknya. Mungkin alasan Bara tidak ingin memilih antara dirinya dan Melody karena udah punya pacar.

Tapi, Bara tidak pernah menegaskan agar keduanya menjauh karena tidak ingin pacarnya cemburu. Ketika Chesa akan beranjak seseorang memanggilnya.

“Chesa,”panggilan yang otomatis membuat kepala gadis itu menoleh ke sumber suara.

Audrey melambaikan tangan ke arah Chesa di samping gadis itu ada Abra. Niat ingin menghindari Bara tidak terlaksana sial sekali dia hari ini. Chesa berjalan mendekat karena mendapat kode maut dari Audrey.

Saat itu Chesa bisa melihat gadis yang tadi bersama Bara. Ternyata Vivie adik kelasnya yang kemarin berantem dengan Vinca di lapangan. Walau adik kelas, Vivie sudah terkenal satu sekolah karena prestasinya.

“Hai, Kak Ches,”sapa Vivie tersenyum manis.

“Hai, Vie, kaki kamu kenapa?”tanya Chesa menyadari lutut Vivie terluka. Matanya melirik Bara sekilas yang ternyata juga sedang menatapnya.

“Jatuh tadi, Kak,”balas Eve kikuk, Chesa hanya mengangguk saja.

“Sedang apa kamu di sini?”tanya Bara buka suara.

“Tadi abis ketemu Melody, Kak,”jawab Chesa cemberut. Nada bicara Bara sangat tidak mengenakkan seolah-olah dia pengganggu.

“Judes banget, Kak,”dengus Audrey mencubit lengan Bara.

“Hm, gue balik dulu deh,”kata Chesa pamit.

Keempatnya menatap kepergian Chesa dengan tatapan yang berbeda-beda. Audrey mengambil alih Vivie yang sedari tadi di topang Bara.

“Kejar gih, udah tau suka tapi dibiarin gitu aja cemen banget jadi laki,”kata Audrey kesal.

“Ntar kalo keduluan orang lain aku ketawa paling keras loh, Kak,”sambung Vivie memas-manasi.

“Betul tuh kata Vivie aku gak akan bantu lagi,”

“Kalian kenapa jadi ngeselin gini?”ujar Bara kesal sebelum pergi mengejar Chesa.

“Dasar gengsian,”dumel Audrey.

“Pulang, Sayang, luka Vivie harus diobatin nanti infeksi,”pinta Abra membantu memapah Vivie.

Bara menemukan Chesa bersama seorang anak kecil yang menangis. Gadis itu sedang berusaha menenangkannya. Bara mendekat dan ikut berjongkok di samping Chesa agar tingginya sama dengan gadis kecil itu.

“Hai, cantik kok nangis?”tanya Bara lembut.

Gadis kecil itu menghentikan tangisnya dan menatap Bara takut-takut. Namun, pria itu langsung tersenyum lembut membuat gadis itu mengedip lucu. Bahkan Chesa sempat tertegun karena baru kali ini melihat Bara tersenyum.

“Nana kepisah sama mama dan papa, Kakak ganteng,”kata gadis kecil itu membuat Chesa mengulum senyumnya. Anak kecil saja tahu kalau Bara itu ganteng.

“Kita cari orang tua, Nana, yuk,”ujar Chesa sebelum Bara mengeluarkan suara.

“Beneran, Kak?”

“Iya, ayok kakak temenin,”

“Kakak ganteng ikut?”tanya Nana beralih ke Bara.

“Iya, ayo,”

Keduanya menemani Nana sampai bertemu dengan kedua orang tuanya. Sebelum berpisah Nana mengucapkan terima kasih pada keduanya.

“Ayo, saya antar kamu pulang,”ujar Bara.

“Tidak usah, Kak, aku bisa pulang sendiri kok,”balas Chesa masih canggung.

“Tidak ada bantahan, Ches,”kata Bara mutlak tidak ingin dibantah.

Chesa hanya bisa pasrah mengikuti Bara ke mobil pria itu. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat membuka percakapan. Chesa beberapa kali melirik ke arah Bara karena tidak nyaman dengan suasana di dalam mobil.

“Kak,”panggil Chesa takut-takut.

“Hm?”dehem Bara menjawab panggilan gadis itu.

“Chesa cuma mau minta maaf karena selama ini udah ganggu dan bikin risih, Kakak. Janji kok setelah ini Chesa gak akan ganggu lagi, suwer deh,”jelas Chesa menujukan jari telunjuk dan jari tengahnya.

“Kenapa?”

“Eh?”

“Kenapa tidak ganggu saya lagi? Padahal saya suka diganggu sama kamu,”

“Eh?”

Bara melipirkan mobilnya, dia tidak tahan lagi melihat ekspresi terkejut sekaligus syok Chesa yang menurutnya sangat lucu. Ditangkupnya wajah Chesa agar menghadapnya.

“Gemesinnya calon,”kata Bara mengulum senyum.

“Maksud, Kakak?”tanya Chesa belum mengerti. Otaknya dipaksa untuk berpikir keras.

Tidak ada jawaban dari Bara, pria itu hanya mengacak rambut Chesa dan mengemudikan kembali mobilnya. Gadis itu hanya diam dalam kebingungan namun, yang dia yakini adalah Bara juga menyukainya.

Semoga ini bukan hanya ekspektasi semata dan dia bisa mendapatkan posisi yang diinginkannya.

The End...

My Beloved TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang