Perjuangan

50 3 0
                                    

Aku tidak gagal mencintainya
Tapi aku gagal bersaing dengan pilihannya
~Aurora Althafurahman~

Kali ini Afa tengah mengantri untuk mengambil makan siangnya, namun dirinya menemukan Natha tengah mengantri juga bersama wanita yang kemarin.

"Natha" sapanya dengan melambaikan tangan, namun si empunya hanya menoleh saja.

Afa melihat ke arah tangan yang melambai itu dengan kasihan, lalu....

Prok

"Nah, gini kan enak" katanya setelah menepukkan kedua tangannya agar tak terlihat malu.

Namun ia tidak tahu, sebenarnya Natha saat mendengar dia menepukkan tangannya dan berucap hal itu membuatnya tersenyum.

Setelah menngambil makanannya ia bingung harus duduk di mana, karna sudah penuh. Chava dan Chelse juga sedang fokus makan, dan di sana juga kursinya sudah penuh oleh para dokter jaga.

"Kok tumben ya ?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Namun ia melihat kursi yang masih kosong tepat di tempat yang di duduki dua orang itu, siapa lagi kalo bukan Natha dan perempuan murahan itu.

Ia lalu mendekat dan duduk begitu saja, tidak peduli jika tidak boleh.

"Tha... Buka mulutnya" Natha menurut dengan melirik dirinya, namun Afa masih fokus pada makanannya.

Uhuk uhuk

Afa hanya diam dan fokus makan, tak peduli yang terjadi di depannya hingga dering telfon menyelamatkan dirinya untuk pergi walopun makanannya baru di makan setengah.

"Kenapa, Ez ?"

"Enggak, aku kangen kakak doang"

"...." Tidak ada jawaban dari Afa.

"Kakak udah ketemu sama si polisi itu belum ?"

"Kenapa emang ?"

"Enggak, yodah ku tutup dah...."

Afa mengerutkan kening, "kok garing ya ?" Tanyanya bermonolog.

Ia lalu duduk di kursi taman menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajah juga jas apotekernya.

Di sini adalah tempat duduk favoritnya bersama Jacob jika makan siang, membaca buku, menunggu kekasihnya datang. Kenangan itu masih tertinggal di bangku taman berwarna biru ini, bahkan bayangan Jacob di sampingnya masih terasa nyata.

"Sedang memikirkan apa ?"

Afa menoleh, itu... Dokter Rehel dan duduk di sampingnya.

"Ah... Tidak" jawabnya.

Dokter Rehel juga belum melepas jasnya.

Saat melihat sisi baik Rehel, Afa langsung melupakan semua keburukan itu begitu saja.

"Sudah makan ?"

Afa menoleh "sudah" katanya dengan tersenyum.

"Berat ya, harus sendirian di masa masa sulit" Afa menoleh terkejut, sepertinya ia pernah mendengar kata kata ini deh.

Rehel lalu menyandarkan punggungnya ke kursi, "aku baru tau ada gadis kuat sepertimu, bahkan kamu masih bisa bertahan hingga saat ini walaupun orang terdekat dan tersayang mu sudah pergi"

"Mau bagaimana lagi ?, Tuhan memberikan nyawa tidak cuma cuma kan ?"

"Alright" jawab Rehel membenarkan.

"Sudah ada niatan untuk menikah kah ?, Ini sudah 3 tahun loh. Jangan berlarut larut dalam kesedihan, itu bisa membunuhmu secara tidak langsung"

Lantas bayangan Jacob yang bicara itu padanya, terlintas di kepalanya.

Because You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang