Hansaplast spesial

70 4 0
                                    

Kamu tau sebenarnya aku benci konsep itu,
Seperti perumpamaan klasik tentang matahari yang mencintai bumi dengan jaraknya.
Terdengar tegar dan dewasa memang,
Tapi tetap saja menyakitkan
~Natha~

Afa membuka pintu balkonnya di jam 5 pagi, dan udara segar masuk.

Ia sudah sholat subuh tadi, " pagi pagi naik sepeda enak ya, kangen juga. Udah lama gak naik sepeda, terakhir pas SMP" monolognya di pagar balkon tengah menyesap teh matchanya.

Dan sebuah ide cemerlang melintas di otaknya, "Natha !, Dia kan kalo kerja pake sepeda pixi" Afa lalu memakai pashmina dark chocolate lalu berjalan ke arah kamar apart tetangganya dengan membawa air hangat untuk mengobati lukanya kemarin.

Tok

Tok

Di ketukkan kedua si pemilik pintu apartemen membukanya, "paan ?"

Rambut acak acakan, baju kaos putih polos yang kusut, celana boxer pendek juga lebam di wajahnya, dan juga Begal yang ikut keluar melihatnya.

"Nih air panas, buat luka--" belum juga Afa menyelesaikan kalimatnya, Natha malah berlalu begitu saja dan duduk di sofa ruang televisi, Afa yang bingung mengikuti langkah Natha.

"Ini... Gue taruh di--" lagi lagi ucapan Afa di potong Natha.

"Obatin" perintahnya.

"Hah ?" Tanya Afa cengo.

"Cowok lu yang buat gue kaya gini, ya lu harus tanggung jawab" tegasnya.

"Lah sih ?, Gu--"

Terlambat, tangan Afa langsung di tarik Natha duduk di sofa lalu mengunci pergerakan gadis berbadan kecil itu dengan kedua tangannya hingga hembusan nafasnya menerpa wajah Afa.

Afa menelan salivanya dengan susah payah, dan mendorong dada bidang Natha sekuat tenaga. Ini masih pagi, dan dirinya harus berada pada adegan yang biasa ada di drama Korea yang sering ia lihat.

"Jadi ?" Tanya Natha bertanya dengan menekan katanya.

"I-- iya gue obatin lu" lalu Natha menjauh.

"Tapi ntar gue pinjem sepeda pixi lu" Natha mengiyakan dan Afa mulai memeras air hangat itu dan membersihkan wajah mulus cowok di hadapannya.

Kemarin Jacob dan Natha berkelahi, ntahlah ia juga tidak tau alasan pastinya.

"Lu merem" pintanya.

"Gak, kenapa juga harus merem, sayang pemandangan gue di pagi hari ini" Afa tidak baper, hanya saja ntah kenapa sudut bibirnya sangat ingin terangkat.

"Gosah baper, maksud gue pemandangan di luar sana" Afa langsung menekan luka yang berada di sudut bibir Natha dengan lap basah.

"Aws.... Heh cewek pendek !, Kok lu malah teken lukanya sih ?!" Tanya Natha kesal.

Afa hanya diam, lalu mengobati luka laki laki di hadapannya dengan telaten.

Setelah memberi betadint, ia lalu merogoh saku baju tidurnya dan menemukan hansaplast warna biru muda dengan gambar animal, "yah... hansaplast favorit gue harus nempel di pipi lu, gue gak ikhlas sih sebenernya cuman lunya kasihan" gerutu Afa dengan agak keras agar Natha mendengarnya.

"Udah nih, gue pinjem sepedanya ya" Natha menganggukinya.

Setelah di rasa Afa sudah menghilang ia berjalan ke arah kaca lalu memegang pipinya dengan sudut bibir terangkat, "gak akan gue buang, bakal gue simpen" katanya.
____________________________________

Because You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang