Berubah ?

50 4 0
                                    

Aku menangis di atas makam,
Tanpa ada jasad di dalamnya
~Aurora Althafurahman~

Ini sudah dua bulan ia tinggal di apartemennya, dan yah.... Beberapa Minggu lalu ia bertanya pada tetangganya kemana polisi yang memakai kacamata itu ?.

Dan tetangganya bilang dia sudah pindah, tidak tahu pindah kemana namun sudah tak tinggal di situ lagi, ntah kenapa saat mendengar itu ia merasa kecewa dan sia sudah tinggal disini.

Ntahlah.... Bahkan dirinya tidak mengerti hatinya sekarang ini.

Ia lalu berjalan ke arah kamar mandi dengan kaki yang melemas dan badan yang sedikit bergetar, apa dirinya akan demam ya ?.

Biasanya jika sudah ada tanda tanda begini, dirinya akan demam tidak lama lagi namun sekarang bukan saatnya untuk izin. Baru juga dua bulan masuk, sudah minta izin.

Apa dirinya lupa menutup jendela ya tadi malam ?, Sekarang kan sudah memasuki musim hujan.
____________________________________

"Saya sudah bayar lewat aplikasi ya pak, kalo ini buat bapak karna udah nungguin saya lama" katanya dengan sedikit menggigil.

"Iya neng makasih, tapi eneng gak lagi sakit kan ?, Kalo itu saya anter ke rumah sakit sekarang"

"Ini kan udah di depan rumah sakit pak, udah ya saya masuk dulu pak"

"Oh iya juga ya, iya mari neng. Ntar coba aja periksa ke dokter ya" Afa mengangguk sambil terus berjalan dengan memeluk tubuhnya, ojek bapak bapak tadi mengkhawatirkan dirinya seperti anaknya saja.

Ia jadi merindukan ayahnya yang dulu, bisa tidak sih ada mesin waktu untuk kembali ke masa kecilnya, sungguh ia akan mengubah alur waktu kehidupannya agar ibunya masih berada di sisinya sampai sekarang.

Namun tiba tiba pandangannya meredup dan....

Brukk

Ia sudah tidak kuat lagi, ia menggigil dengan hebat dan perlahan kesadarannya berkurang namun ia melihat seseorang dengan pakaian premannya mendekat ke arahnya.

"Tolong.... Jan lakuin apa apa...."lirihnya dan ia sudah tak sadarkan diri.
____________________________________

Afa mengerjap pelan karena matanya yang terkena cahaya lampu, eh sebentar kok dirinya berada di bangsal sih ?, Tadi kan....

"Hah !" Dirinya terduduk dengan terkejut membuat seseorang di sampingnya terkejut akan hal itu.

Ia menoleh ke arah jam digital di sampingnya 22:54 PM.

"Bagus lo udah bangun, gue pergi" pamitnya begitu saja dengan menenteng jaketnya.

"Natha !" Panggilan itu mampu membuatnya terdiam tapi tak menoleh.

"Gue.... Makasih ya udah nolongin" tanpa menjawab ucapan Afa, ia kembali berjalan menutup pintu dan pergi begitu saja.

Kritt

"Lo itu sebenarnya pingsan apa tidur sih ?, Seharian sendiri lu tiduran disini" ucap Niel, dan Rehel mulai memeriksanya di dampingi oleh Chava tentunya, eh ada Alio juga.

"Jika sedang demam, bilang padaku ya. Jangan terlalu memaksakan diri" katanya lalu tersenyum dan Afa yang mengangguk.

"Istirahat disini, tidak apa apa. Mau ku belikan apa ?" Tanya Rehel dengan badan yang masih ia condongkan ke wajahnya.

"Eh ?" Tanyanya, kok jadi grogi begini sih ?.

Ruangan ini juga kenapa tiba tiba jadi panas ya ?, Padahal ACnya nyala kok.

"Eng... Gak usah dok" katanya dengan tersenyum.

"Aku ingin memaksa, tapi... Yasudah aku keruanganku dulu, jika perlu apa apa telfon saja, aku tidak akan pulang malam ini" katanya lagi membuat Chava baper sendiri melihat itu.

"Ke-- kenapa ?"

"Ada pembedahan mendadak, kamu tau kan...."

"Selalu saja begitu ya" Rehel kembali tersenyum ia lalu berdiri dan pergi, di ikuti oleh yang lain.

Afa merasakan badannya yang kembali terasa panas, apakah mungkin demamnya naik ? Dan kaki yang lemas.

Namun ia tetap berjalan ke luar ruangan untuk menghirup udara malam yang bebas di luar.
___________________________________

Di sinilah ia, di taman rumah sakit yang agak ramai namun ia merasa kesepian.

Huft

Ia menghembuskan nafas beratnya, tadi tadi ia jadi guru SMA saja ya, disini sama saja rasanya hampa.

Namun tiba tiba ponselnya bergetar, itu Ezra yang menelfon.

"Kakak, aku lagi di cafe. Kakak lagi dimana ?"

"Di sini"

"Iya aku tau kakak lagi di sana, tapi apa nama tempatnya ?. Eh bentar, suara kakak...?"

"Emang suara gue kenapa ?" Tanya Afa mulai panik namun tetap berusaha biasa saja.

"Habis bangun tidur ya ?, Ckckck kebiasaan tidur sore" Afa kembali merasa lega.

"Di cafe lagi ngerjain tugas ?, Sama siapa ?"

"Iyanih, sama temenku yang kemarin. Nanti ku kirim fotonya"

"Kakak bobonya Jan malem malem ya"

"Eum"

"Yaudah ku tutup, dadah...."

Panggilan di matikan oleh keduanya, Afa kembali memasukkannya ke dalam saku bajunya dan menatap langit yang berhamburan bintang dan satu bulan.
____________________________________

Afa tengah menaburkan bunga di makam seseorang setelah ia mendoakannya terlebih dahulu.

"Aku kangen kamu Jacob, di sini hampa sekali rasanya. Maaf baru bisa datang, dan maaf saat pemakamanmu aku tidak datang. Karna aku tidak bisa dan tidak akan pernah bisa, permintaanmu di dalam mimpi ku itu.... Aku akan berusaha" katanya, ia lalu berjalan dengan gamis coklat caramel yang menyapu tanah.

Berjalan menunduk namun ia menghentikan langkahnya saat berhadapan dengan seseorang, perlahan mendongak dan itu... Natha ?.

"Makasih soal---" ucapannya tidak di lanjut karna Natha berjalan begitu saja melewatinya.

Afa kembali menghembuskan nafas pasrah dan kembali berjalan, namun ucapan seseorang membuatnya berhenti "waktu itu gue cuman gak sengaja ngeliat lo pingsan"

Afa memutar badannya, "makasih, sekali pun lo gak sengaja. Makasih.... Natha" Natha tidak mendengar ucapan terakhir itu karna ia kembali berjalan dengan membawa sebuket bunga Lily di tangan kanannya, ntah mau melayat siapa.

Afa juga kembali memutar badannya dan melanjutkan berjalannya, padahal kata Chelse saat dirinya tidak sadarkan diri itu Natha mengangkatnya ala bridal style dengan berteriak emosi karna panik membuat seisi rumah sakit terkejut, termasuk Rehel, dan memaksa menunggunya seharian sendiri, padahal saat itu Natha harusnya mengawasi jalan yang rawan pembegalan, tapi malah terus terusan memegang tangannya dan raut wajah yang sangat khawatir.

Because You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang