Dunia kita

52 1 0
                                    

Kalo bukan karna sayang
Menunggu dan bertahan takkan pernah ku lakukan
~Natha~

"Nat" panggil Afa di sela sela sarapannya.

"Yes, sunshine?" Tanya Natha antusias, membuat Afa menahan senyumnya.

"I love you~" Katanya mencoba romantis.

"I love you too more" jawab Natha sambil tersenyum lalu memeluknya.

"Tahun depan, Ezra kuliah di sini juga sekalian tinggal di sini, boleh ? Tahun baru juga gue maksa dia buat kesini"

"Boleh, asal gak ganggu kita aja" Afa mengangguk dan sarapan kembali berlanjut.

"Btw, adek lo yang selebgram itu kan ?"

"Eum" jawab Afa singkat.

"Sayang sih menurut gue, umbar kegantengan dia di sosmed. Tapi bisa dapet uang juga sih, dari banyaknya endorse gitu. Tiap bulan ada aja, sampe penuh kadang dia bingung sendiri, tapi berhubung dia perlu uang, sebanyak apapun andorse dia terima. Dan penjual tuh seneng kalo habis di endorse dia tuh, soalnya customernya tuh langsung banyak banget, sampe keteteran"

"Bagus tuh, mandiri" ucap Natha dengan menyeruput sayur sop.

Afa lalu mengusap pucuk kepala Natha, "kok rambut gue gak sehalus ini sih ?" Tanyanya tidak suka dengan menjambak rambut coklat itu.

"Ya mana gue tau"

Takk

"Nih beli" Natha mengeluarkan black card-nya dan memberikannya begitu saja pada istrinya, "hoho... Makasih Natha" katanya dengan memegang black card itu dan merengkuh lengan kekar yang tengah memegang sendok.

Sebenarnya ini cita citanya dari kecil, memiliki hidup yang enak dan keluarga yang bahagia, jangan sampai nanti anak anaknya merasakan apa yang ia rasakan dulu, ia tidak mau seperti itu.

"Lu lebih dewasa ya dengan penampilan kaya gini, biasanya kaya bocah" katanya dengan menggapai pipi yang agak cubby itu.

"Tangan lo kotor" Afa lalu mendorong tangan itu pelan, dan melepas rengkuhannya.

"Yeee... Lu manja cuman ada maunya doang"

"Engga, gue beneran dari hati, kapan lagi coba seorang Aurora Althafurahman bilang I love you segampang itu? Tanpa perlu mikir?" Tanya Afa dengan berjalan ke arah dapur membawa piringnya.
____________________________________

Afa terbangun, tadi dirinya tidur jam 11 siang sekarang sudah jam 2 siang.

"Eungh...." Dirinya merasa setengah badannya ada yang menindih, di lihatnya Natha dengan kaki jenjangnya itu menindih kedua kakinya.

"Aish... Sana lu ah... Berat" katanya dengan menghempaskan kaki itu sekuat tenaga, padahal dirinya baru bangun tidur.

Natha semakin menjadi jadi, dirinya malah naik ke atas tubuh Afa, "heh berat badan gue ini setengahnya cinta gue ke elo" katanya dengan mata yang masih terus terpejam.

Afa langsung mendorong badan kekar itu yang tengah bertelanjang dada dengan kesal, "apasih lo, bukannya sholat malah---"

"Gue udah..." Katanya dengan memeluk gadisnya dari belakang karna Afa membelakanginya, si empunya hanya menghembuskan nafas pasrah, baguslah jika sudah.

Kalian jangan bertanya apakah Afa sholat atau tidak, karna sekarang dirinya tengah datang bulan.

Dirinya mengambil ponselnya yang di atas nakas, "lu jadi mau nganter gue ?"

"Eum"

"Yodah sana siap siap"

"Bentar lagi...." Katanya dengan kembali berusaha naik, namun Afa langsung bangun dan berdiri.
____________________________________

"Ra, gue di suruh ke kantor. Lo sendirian belanjanya gakpapa kan ?" Afa yang tengah memilih buah strawberry langsung menatapnya.

"Loh kok ?"

"Maaf Ra, gue boleh pergi ?" Afa mengangguk lemas dan Natha lalu berlari dengan gesitnya keluar dari supermarket yang besar ini, Afa sendirian sekarang.

Dirinya melihat orang berlalu lalang lewat, ada yang bersama pasangan ada juga ibu dan anaknya yang masih berumur 5 tahun, tanpa sengaja sudut bibirnya terangkat.

"Rora !"

Panggilan itu membuatnya menoleh ke sumber suara dan dirinya langsung di peluk oleh seseorang.

"Kangen banget" ucap Afa dengan merengek, sungguh ia merindukan temannya yang satu ini.

"Sama, eh lu sendirian ?" Tanya Alice, yah temannya itu.

"Tadi sama Natha, tapi--"

"Gue tebak dia di panggil buat tugas" Afa mengangguk pasrah.

"Eh ayok belanja bareng" ajak Alice, "Ra, ada yang mau gue omongin, tapi janji lu jangan nangis, gak bisa tidur sampe overthinking"

"Iya apaan ?" Tanya Afa tidak sabar.

"Ini soal.... Jacob"

"Loh kenapa sama dia ?, Pemakamannya di pindah ?" Tanyanya pura pura tidak tahu.

"Dia masih hidup dan nikah sama Hazel satu tahun lalu di LA" butiran bening jatuh begitu saja karna ia baru tahu soal ini.

"Ra, jujur gue baru tau kemarin. Gue gak pernah nyembunyiin rahasia dari lo"

"Gue tau Lice, bisa di lanjut ?" Sebenarnya Alice tak tega melihat temannya menangis seperti itu, tapi mau bagaimana lagi ?.

"Jadi Ra, saat H-5 pernikahan lo itu Hazel ngebuat rencana kotor buat ngejebak Jacob, saat itukan lu udah di Indonesia, Hazel nelfon Jacob buat dateng ke apartemennya karna katanya dia bener bener takut ada ular di situ" jedanya.

"Mau gak mau Jacob dateng dong, tapi ternyata itu boongan doang, dia ngebius Jacob dan lo tau kan adegan selanjutnya...." Afa hanya menunduk dengan mengangguk.

"Nah pas H-3, mulai terkuak tuh di keluarga mereka bahwa Jacob ngehamilin Hazel, jadi Jacob di paksa buat tanggung jawab dan dia ninggalin lo. Mungkin saat itu orang yang lu kira Jacob cuman kebetulan doang Ra, karna siapa sih yang mau ngebayar orang buat mati ?"

"Jadi.... Selama ini gue nangisin siapa ?" Tanya Afa dengan tatapan kosong, namun Alice hanya bisa memeluknya.

"Sekarang gue paham, kenapa dia selalu bilang jangan tinggalin aku, karna dia yang bakal ninggalin gue" katanya.

"Ra... Gue yakin Jacob juga sebenarnya masih pengin bersatu sama lo, tapi Ra.... Keadaan maksa dia. Dia bisa apa ?"

Because You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang