Setelah berpamitan dengan Jungkook tentu saja Hana tak meninggalkan cafe itu begitu saja. Gadis itu sekarang tengah mengambil tempat, duduk disebuah kursi yang terletak disudut ruangan, sehingga orang-orang pun tak akan melihat keberadaanya ataupun hanya untuk sekedar perduli dengan eksistensinya. Tentu saja ia tak akan mungkin semudah itu meninggalkan Hyemi dengan Jungkook berduaan saja. Saat bersamanya saja Jungkook begitu menyebalkan, apalagi jika bersama Hyemi. Ia jadi pensaran dengan interaksi keduanya. Bagaimana Jungkook akan memperlakukan sahabatnya.
Hingga sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. Buru-buru Hana segera membuka pesan tersebut yang ternyata dari sahabatnya sendiri.
To: Hana. "Aku sudah sampai, kau dimeja nomor berapa?"
Setelah membaca pesan tersebut, buru-buru Hana membalas pesan tersebut.
To: Hyemi. "Di meja nomor 10, jangan lupa kau harus tersenyum setelah bertemu dengannya ya, bergembiralah Hye... nikmatilah satu hari ini dengannya."
Hyemi mengerutkan keningnya setelah membaca pesan yang baru saja Hana kirimkan padanya. Kalimat terakhir yang tertulis membuat gadis itu tampak heran, namun Hyemi tak begitu ingin ambil pusing, barangkali mungkin Hana hanya bercanda dan salah mengirim pesan. Mungkin?
Tungkai Hyemi berjalan memasuki cafe tempat janjian mereka. Berjalan dengan santai tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan Hyemi pun bahkan tak menyadari jika sedari tadi ia telah diikuti oleh seseorang. Park Jimin. Pria itu sama sekali tak mau menyerah. Ia bahkan mengikuti gadis yang disukainya layaknya penguntit. Namun Hana yang sedari tadi memperhatikkan Hyemi menyadari keberadaan pria bermarga Park itu.
"Kak Jimin sudah gila ya?"
"Kenapa hari sepenting inipun dia terus ingin menganggu sih?"
Buru-buru Hana beranjak pada tempatnya, menyusul Jimin yang sama sekali tak perduli dengan sekitarnya. Ia pun mengeluarkan sapu tangannya dan membekap bibir itu dengan kain itu. Rasanya Hana baru saja bertindak seperti penjahat. Biarlah. Masa bodoh. Asalkan Jimin tak menganggu, ini demi kelancaran kencan keduanya.
Jimin sontak terkejut ketika tiba-tiba saja ada seseorang yang membekap mulutnya. Tentu saja pria itu terkejut. Kedua bola matanya seketika membulat ketika melihat siapa pelakunya.
Untung saja ia tak melakukan perlawanan fisik atau kekerasan sekalipun. Gadis itu Kim Hana yang dengan kurang ajarnya membekap mulutnya dengan sapu tangan. Lihatlah betapa bar-barnya gadis itu. Pria itu bahkan heran, kenapa Taehyung bisa begitu mencintai Hana, gadis itu---benar-benar tidak ada sisi feminimnya sama sekali menurutnya.
Jimin bahkan sampai geram dengan tingkah gadis itu. Sama menyebalkannya dengan kakaknya Kim Taehyung yang selalu mengusilinya disekolah waktu SMA dulu.
"Yak apa yang kau lakukan padaku?"
"Kau ingin menculikku? Apa Taehyung kurang memberimu jajan? Berapa yang kau mau? Aku akan memberikannya, tidak seperti ini caranya Hana-ya."
"Bukan begitu kak." ucap Hana gelagapan.
"Kau sama menyebalkannya ya sama seperti kakakmu!."
Hana menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Perlahan gadis itu menundukkan kepalannya. Ia tahu betul jika tindakannya memang tidak sopan, mengingat jika Jimin lebih tua darinya. Hana tahu betul jika ia sudah keterlaluan, namun mau bagaimana lagi, jika Jimin datang menghampiri Hyemi dan Jungkook, pria itu hanya akan mengganggu kencan keduanya. Lagipula kenapa Jimin juga bisa berada disini? Apa pria itu mengikuti Hyemi lagi?
"Aku minta maaf Kak Jimin... aku tahu aku salah."
Jimin menghela nafas setelah Hana meminta maaf padanya. Melihat raut wajah gadis itu yang tampak menyesal membuat Jimin yakin, gadis itu juga tak bermaksud memperlakukannya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] STEP BROTHER.
FanfictionON GOING. (M) Mature content. Ini kisah tentang Kim Taehyung yang menyukai adiknya sendiri Kim Hana. Dan Jungkook hadir di tengah-tengah mereka, memperjuangkan adiknya agar menjadi miliknya. Apakah perjuangan Taehyung selama ini akan menjadi sia-si...