18. Nilai sialan

415 90 151
                                    


                                  .

"Jadi ada dua fokus disini, pertama—cari tau siapa yang kirim data rumah sakit ke Scarlet's News, kedua—apa maksud Kiara 'lama', nyimpen data nilai sahabatnya–Sonya."

"Atau lebih tepatnya, darimana Kiara 'lama', bisa punya salinan asli nilai Sonya." Lelaki yang baru saja meletakkan nampan berisi tiga gelas minuman itu menambahkan.

Satu-satunya perempuan di pendopo ini yang menjadi pusat perhatian memutar kembali memorynya mencoba menerka kemungkinan-kemungkinan kecil yang bisa menjadi alasan dirinya "dahulu" sampai mempunyai data "lain" yang dimaksud.

"Dari data yang di publish, tengah semester dua kelas 10 atas nama murid Sonya Oriza Darmawan, dia ada diperingkat satu, dengan rata-rata nilai nyaris sempurna, A."

"Nyaris sempurna? Itu udah paling sempurna anjir."
Yang sedari tadi diam di pojok akhirnya membuka suara.

"Belum. Sempurna di Scarlet sama dengan A+." Saut Raja.

Yang bertanya tertegun.

"Gue di Patimura, udah dapet B aja bersyukur banget sumpah. Dapet A, bokap sukuran satu RT."

"Kedengarannya mustahil..." Timpal Raja. Agak menohok.

"Itu kan lo, gak bisa disamain sama kita-kita." Terlalu to the point, perkataan perempuan yang baru saja menenggak setengah gelas orange juice yang disajikan pemilik rumah.

"Cuih.." Untuk beberapa alasan, Abian menyesal buka suara.

"Di data yang Kiara 'lama' simpen, Sonya dapet nilai C di salah satu mapel umum dengan angka 78,5 untuk  Fisika dan dua B, untuk Kimia dan bahasa asing." Firly yang fokus pada layar laptop menjelaskan.

"Bahasa asing yang dia ambil apa?"

"Spanish."

Kiara yang penasaran dengan ingatan yang tak kunjung ada Ilham, lantas mendekatkan wajahnya ke arah laptop sembari terus bergumam,
'lo punya alasan apa sih Ki, sampe nyimpen nilai gak guna seprivat ini.'

"Di umumkan secara resmi, murid tersebut tetep dapet B di bahasa asing, tapi dua yang lain udah putih ke A."

Empat manusia yang mendengarkan hanya saling menukar pandang tanpa jawaban.

"Bahkan 78 sebelumnya—" kini Firly men-scroll layar handphonenya, meletakkan benda kotak tadi ke pangkuan perempuan disampingnya.

"Wow.. it's so..nice.."

Lelaki itu meng-zoom kolom yang dimaksud, menampilkan angka 95,5 bertengger sangat cantik.

Ari menelan ludah tiga meter dari sodoran handphone Firly. Ini semakin menarik. Tiba-tiba teringat...

"Coba kabarin Vino, dia pasti tau sesuatu."
Entah kemana arah pertanyaan Ari tertuju, keempat yang lain masih speechless dengan angin malam yang semakin mendingin.

"Are u sure? Di hari terakhir Scarlet's Exam? Lo cuma bakal mecah fokus dia." Tangan sang atlet basket buru-buru mencegat saat lelaki dengan tinggi sepantaran disampingnya hampir memencet nama yang dituju pada layar.

"Raja bener, ini masih abu-abu, satu-satunya kunci dari masalah ini—ya cuma ingatan gue. Jadi mending rahasiain ini dulu."

Ari menghela nafas panjang, kembali memasukkan benda pipih itu ke saku jaketnya.

Kiara's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang