22. Scarlet's Exam

347 80 152
                                    


  HAPPY READING 💙

                                 .


Entah kemana tujuan dua anak ini.
Ya..Kiara dan Firly.
Mereka berjalan dari aula belok ke koridor IPA lalu kini, sudah berada di tepi lapangan basket.

"Tunggu!"
Kiara mengangkat tangannya sejajar kepala.
"Bukannya kita mau nyusul Ari? Kok malah kesini?"

"Lo yang ngikutin gue," Firly mundur beberapa langkah dari dekat Kia. "Gue mah gak ada niatan mau nyusul Ari," pungkasnya. Lalu fokus pada benda pipih yang baru saja ia keluarkan dari saku celana.

"Njir..sesat dong gue.."

"Ekhm ekhmm.."

Suara deheman seseorang dari arah berlawanan menarik perhatian Kia juga Firly. Dengan segera Firly kembali masukan handphone ke sakunya.

Tanpa diberi aba-aba, keduanya lantas membungkuk memberi hormat pada seorang pria yang mungkin di pertengahan 40 bersama dua pria dewasa lain di belakangnya, membawa tas serta beberapa map dokumen.

Ketiganya juga rapih mengenakan setelan jas hitam dan kemeja putih.

"Lagi ngapain disini?"
tanya pria itu dengan suara berat. Meski disertai senyuman, tetap saja aura yang dipancarkan terkesan menegangkan.

"Itu— em–"
Firly terbata. Jelas ia gugup. Se aktif dan se ekstrovert apa cowok ini, akan tetap menjadi "kacang" jika berhadapan langsung dengan sang ketua yayasan Scarlet— Sang direktur utama.

Kiara pun tak berani membuka suara, ia hanya tertunduk memandangi sepatu hitam prof. Lauren yang berdiri tepat di depannya. Rasanya, ada sesuatu yang menahan kepalanya untuk mendongak menatap wajah sang ketua yayasan.

"Bentar lagi bel?"
tanya pria itu pada dua orang dibelakangnya, dan berhasil mendapatkan anggukan.

"Jangan jauh-jauh dari kelas, jangan mentang-mentang hari ini masuk siangan jadi kalian seenaknya berduaan kaya gini. Di tempat sepi lagi."

Kiara dan Firly yang mendengar spontan terkejut saling menatap.

"Nggak pak, tadi rame anak-anak lain, cuma sekarang udah pada pergi," kata Firly bohong.

Yang dituju hanya tersenyum. Hanya seperti itu dari tadi.

Lama-lama gue bisa mati berdiri kalau kaya gini.

"Kiara?"

Yang di panggil langsung mendongak. Entah kapan terakhir kali Kia bertemu direktur, mungkin ini yang pertama kali ia bisa sedekat ini selama dua tahun sekolah disini. Dan Kia yakin, lelaki di sampingnya juga demikian.

"Seneng bisa lihat kamu sekolah lagi, saya denger banyak tentang kamu dari guru-guru."

"Hmm, makasih pak."

Jelas gue terkenal, siapa yang gak tahu gue? Cewek gila yang ngamuk di aula setengah tahun lalu.

"Saya duluan ya.. belajar yang rajin," pungkas Prof. Lauren menepuk kecil pundak Firly sebelum melanjutkan langkahnya di ikuti dua rekannya.

Ha....
Kiara dan Firly menghela nafas bersamaan. Rasanya jantung mereka kembali berdetak dan mendapat pasokan oksigen yang sedari tadi seolah menipis bersama kehadiran ketua yayasan.

Nging...

"Baru pertama kali gue liat prof. Lauren sedeket ini. Masih keliatan muda ternyata, seusia bokap— "

Brukk..

"KIA!"

Firly yang tersadar lawan bicaranya tanpa jawaban, terkesiap menopang tangan kiri Kia yang seakan meminta bantuan, sedangkan tangan kanannya berpegangan pada tembok.

Kiara's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang