~Take Action~

304 61 210
                                    

Happy reading 💙

.

Dua gelas kopi. Satu puntung rokok di atas asbak, satu piring pisang goreng, duduk bersila memangku benda kotak— senjatanya —di dalam keremangan warung kopi Mang Asep, karena tirai depan yang tertutup.

Cowok berseragam putih lengan pendek itu tak henti menggigit bibir bawahnya, bahkan sampai sedikit terkelupas menampilkan setitik noda merah di sana.

Ini rencananya— nasib orang lain ada pada dirinya.

"Gue gak raguin kemampuan lo Bi, tapi gimana kalau petugas lapangannya yang gagal?" Seorang lelaki bertubuh gempal dudukan dirinya di sisi kanan Abian, tangannya santai mencomot gorengan di piring.

"Kuncinya percaya. Mereka orang-orang pinter di Scarlet, harusnya sih gak gegabah," jawab Abian, kini ia menggigit ibu jarinya.

Pandangannya masih fokus pada layar laptop. Menampilkan berbagai kotak dari sudut kamera— sekolah tetangga— yang tersebar pada denah yang semalam Ketua mereka bagikan— Raja. Karena ini idenya, ia ambil posisi ketua memimpin aksi.

"Uh, coba liat kamera satu..."Cowok dengan kancing kemeja yang hanya tersisa atas itu bergabung, dudukan dirinya pada sisi lain Abian, dengan segelas kopi susu di tangan, dan satu rokok yang terselip di telinga.

"Parkiran— itu..."

Abian memperbesar bagian yang dimaksud. Kamera pertama setelah gerbang. Ketiga cowok itu sanggup mengidentifikasi mobil yang baru saja terparkir di ujung.

"Mobil Patimura," ucap ketiganya kompak.

"Mungkin survei Turnamen Tri Li— "

"Bi! Itu si Mak lampir!" tunjuk yang berbadan gempal, pada salah satu kamera yang menampilkan seorang wanita terbalut kemeja biru, yang ia masukan kedalam rok ketat selutut. Baru saja keluar kelas, dengan setumpuk buku dan sebuah benda kotak yang terpeluk di depan dadanya.

Abian mengerti, tugasnya—

"Bu Dinar ada di IPA 1 sampai jam istirahat, udah gue tandai kamera mana yang dia lewati sampai ke kantornya."

"Daripada nunggu istirahat, kenapa gak dilakuin pas jam pelajaran? Sepi, lebih mudah Dania buat masuk—"

"Lebih susah! Penjaga sekolah patroli setiap jam pelajaran,"

Mata Abian terus mengikuti pada langkah demi langkah wanita itu—koridor demi koridor— sesekali berhenti, menyapa, menegur beberapa murid yang memang jam-nya sibuk mengisi perut.

Lalu...

"Oh shit.."

Abian dan dua temannya kompak menutup mata, tak sengaja mengambil kamera yang memang tak ada dalam denah Raja, tapi karena penasaran, akhirnya menyesal sendiri. Saat yang terlihat justru dua manusia tengah bercumbu di pojok.

"Mesum," ucap ketiganya menahan tawa. Jujur, pemandangan seperti itu memang biasa terlihat, terjadi— bahkan di sekolah mereka.

Naluri liar remaja.

Lupakan dua manusia itu. Kini mata ketiganya kembali fokus pada sang "buronan". Baru saja menaiki tangga. Tepat, sebelum berbelok ke koridor ruangannya.

Kiara's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang