♕︎𝗥𝗨𝗠𝗔𝗛♕︎

479 31 0
                                    

Besok | Minggu pukul 16.00 waktu setempat.

"Daddy, Daddy kemana saja? Kok baru jemput Cier sih?" Gerutu Glacier pada halilintar. Dikatakan Dekat, mereka tak terlalu dekat, dikatakan jauh pun mereka tak seperti itu. Hanya standar lah istilahnya.

"Daddy harus mengurus Supra dan Frostfire, makannya Daddy tak datang." Mata bulat Glacier berkedip, dengan ekspresi bingung. Sekarang ini mereka tengah perjalanan pulang kekediaman ThunderStrom, selaku keluarga angkatnya. Kakaknya mana? Kerja, papanya? Papanya ada dikursi sebelah samping kemudi, alias disebelah daddy-nya, sedangkan Glacier duduk dibangku belakang penumpang.

"Papa, besok Cier boleh kekantor kakak tidak?" Tanya Cier, kini pada Taufan. Taufan menggeleng tegas, anaknya ini baru sembuh sudah aneh-aneh.

"Kalau begitu bertemu Supra dan Frostfire?" Tanya Cier lagi, kali ini Taufan menoleh kearah belakang dengan tatapan tajam kearah Glacier. Glacier seketika ciut, dia ini omega dominan tapi tak bisa mendominasi.

"I-iya, Glacier bercanda tadi!!" Rengek Glacier, memberi alasan. Tapi sebenarnya dia memang sedang ingin bertemu Supra dan Frostfire, entah kenapa tidak melihat wajah mereka sehari saja membuat Glacier merasa keganjalan.

"Daddy ada urusan apa dengan Supra dan Frost?" Tanya Glacier yang memang dari tadi penasaran akan hal itu.

Halilintar melirik sepion mobil diatasnya, dia bisa melihat anak (angkat) bungsunya, tengah menatap dengan wajah penasaran. Halilintar tersenyum sekilas, lalu mulai menjawab.

"Mengambil hak Daddy kembali, memberi mereka surat pertanyaan secara hukum dan negara. Sesuai kesepakatan awal." Glacier mengedipkan matanya bingung, tapi ketika teringat cerita Taufan dia kemudian mengangguk.

Dia paham apa yang dimaksud 'mengambil hak Daddy kembali.' yang dimaksud daddy-nya itu adalah dirinya. Dirinya ini adalah hak Daddy, dan keluarganya, walau keluarga angkat, dia sudah sangat bersyukur mereka mengadopsi dirinya.

"Cier tak ada niat mau lanjut kuliah?" Tanya Taufan, Glacier diam. Kemudian menggeleng, bukan karena usia dirinya. Hanya saja dia sudah tak ada angan-angan untuk lanjut pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

"Kenapa?" Tanya Taufan dengan nada yang sangat lembut. Nada ini tak akan keluar jika sudah berbicara dengan dua anak kembarnya, apalagi dengan suaminya.

"Glacier hanya tak mau saja, bosan tau pa. Mending Glacier dikit-dikit bantu papa dirumah, jalan-jalan kita pa. Porotin duit Daddy sama kakak." Taufan memegang dagunya seperti orang berpikir, kemudian menjentikkan jarinya. Ia memiringkan tubuhnya kebelakang, dan sekarang dia bisa melihat wajah Glacier yang berbinar sama sepertinya.

"Benar juga Cier! Baiklah! Minggu depan kita belanja, sekalian bikin kue. Bagaimana?" Halilintar yang mendengar jawaban Taufan tiba-tiba berhenti mendadak, untung tadi dia mengambil jalan dipinggir. Jadi tak akan ada masalah.

"Apasih hali!! Jangan berhenti mendadak seperti itu!!" Bentak Taufan, nada lembut nya tadi sekarang sudah menjadi nada yang sangat-sangat berbeda.

Halilintar melotot tak terima, dia menolehkan kepalanya menatap Taufan dengan tatapan horor.

"Hey!! Bagaimana bisa nada suara mu seperti itu denganku? Sedangkan dengan Cier kau lembut bagai kain sutra? Lalu, apa apaan maksudnya menyetujui ajakan Cier? Kau mulai boros fan?" Pertanyaan berjibun dari halilintar membuat Taufan menutup kedua telinganya. Sedangkan Glacier dibelakang sana menahan tawanya, dengan menutup mulut dan menekan sedikit perutnya.

"HAHAHAHA!!!! Sudahlah dad! Papa itu lebih sayang Cier dari pada Daddy!! Lagian uang Daddy menganggur kan di ATM? Kita habis kan saja!!" Tawa Glacier pecah, disusul dengan perkataan yang langsung mendapat anggukan setuju dari Taufan.

•F G S• (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang