♕︎𝗘𝗡𝗗𝗢𝗡𝗚!!!♕︎

284 21 0
                                    

3 bulan sejak kejadian Liburan, akses untuk frost dan Supra menemui Glacier diperketat. Bertemu pun hanya bisa sebulan 2 kali, setiap bertemu pasti diawasi oleh para bodyguard daddy-nya. Ada sekitar 3-5 bodyguard yang menunggu untuk mengawasi.

"Uh...bosan!!! Om! Keluar yuk! Glacier bosan.." para bodyguard hanya diam dengan wajah datar, membuat Glacier melemaskan wajahnya yang tadinya ceria menjadi datar.

"Cih! Kakak mana sih? Gak seru banget omnya bangsat!" Glacier dengan kata kasarnya kembali. Bodyguard disitu diam, padahal mah dalam hati udah ada alarm berbahaya.

"Permisi tuan muda." Glacier menoleh, lalu mengangkat satu alisnya. Instruksi untuk melanjutkan. "Hari ini jadwal anda untuk periksa rutin, dan bimbingan konseling." Muka Glacier makin datar tak berekspresi. Membuat suasana mencengkram, omega dominan memang beda..

"Aku sudah tidak apa-apa." Empat kata keluar dengan nada dingin dan tidak peduli. Tiga bulan belakangan ini memang dia sering bolak-balik ke psikolog dan mengikuti bimbingan konseling.

"Tapi-" belum selesai berbicara, seseorang dengan nada berat menyelanya dengan tegas. "Kau bilang 'aku sudah tidak apa-apa' sedangkan pemeriksaan mu tak ada kemajuan? Apa-apaan?" Taufan selaku sang penyela, membuat semua yang ada disana menunduk hormat. Taufan mengisyaratkan untuk mereka semua keluar, dia ingin berbicara dengan anaknya.

"Glace-" Belum sempat Taufan selesai, Glacier sudah menyela dengan nada yang tidak tau apa. "Pa, aku sudah tidak apa-apa. Lagian, ini trauma ringan kok. Gak ada yang membebani Glacier. Waktu Glacier bertemu dengan mereka berdua saja Glacier tak apa, sungguh! Kenapa kalian sangat protektif dengan anak yang bukan dari darah daging kalian? Apa kalian lupa itu? Atau bagaimana?" Taufan mengeraskan rahangnya, apa anaknya sedang dalam masa pemberontakan?

"Mau darah daging ku atau tidak, itu tak ada hubungannya! Lagian orang mana sih, yang tega melihat orang lain meski bukan darah dagingnya memiliki trauma yang bisa dibilang cukup rumit? Gak ada Glacier! Semua orang pasti seperti papa dan Daddy mu!" Glacier menatap papa angkatnya dengan pandangan kelam.

"Ada! Ada kok! Gak semua orang seperti papa, Daddy, mau pun Kakak. Apanya yang tidak ada? Manusia tak memiliki hati itu ada! Mau bertanya siapa? Itu bibi dan paman dari keluarga Daddy arms. Mereka menjualku hanya semata-mata demi uang. Frost dan supra, yang membeli ku semata-mata hanya ingin tubuhku! Mereka menyatakan cinta sih iya, Glacier percaya? Iya! Tapi gak semudah itu." Taufan diam, anaknya ini ngelantur. Iya pasti ngelantur!

"Kamu berbicara apa? Kamu semakin ngelantur, sudah ayo kita berangkat sekarang." Glacier menatap papa angkatnya datar, sebelum menyaut. "Aku tak minta diurus oleh kalian, dan aku juga bukan tanggung jawab kalian. Biarkan aku, jangan anggap aku." Taufan mengerutkan alisnya Bingung, sebelum Glacier makin menjadi dia mengambil handphonenya dan menghubungi suami serta kedua anaknya.

Beberapa menit kemudian ketiganya sampai, ketiganya langsung disambut dengan tatapan datar bak elang dari Glacier. Entah kenapa dia, itu yang dipikirkan ketiganya.

"Kenapa pa?" Tanya Strom dengan dirinya yang was-was. Adiknya mengerikan, bahkan feromone nya juga berbau pahit. "Adikmu ngelantur tak jelas. Bawa dia ke mobil lalu kita segera ke rumah sakit untuk jadwal rutinnya." Strom dan Gale kembali manatap Glacier yang sudah menatap keempatnya seperti menatap penjahat.

"Glacier kenapa?" Tanya Gale lembut dengan senyumnya yang lembut pula. Glacier tak menjawab, dengan berani Gale mendekat dan hendak mengelus rambut adiknya. Namun belum sempat meletakan tangannya, dia sudah ditepis dulu oleh Glacier.

Glacier tanpa aba-aba lari masuk keatas lantai dua, lalu menutup pintu kamar dengan sedikit kencang. Dan tanpa disadari Glacier, Halilintar melihatnya dengan tatapan dingin, datar, tajam, dan lain sebagainya.

"Biar aku saja." Ketiganya menoleh kearah kepala keluarga, dan akhirnya menyetujui. Halilintar naik kelantai atas dimana tempat kamar Glacier berada. Ketika sampai didepan kamar Glacier, dia mengetuknya dahulu.

Ketukan pertama tak ada sahutan, kedua pun sama. Seperti itu sampai ketukan ke delapan, Glacier membuka pintu dengan wajah tak bersahabat. Menatap menantang Halilintar yang ada didepannya.

"Kenapa?" Tanya Glacier pertama kali, Halilintar menatap datar Glacier didepannya. Pantas saja sifatnya beda, omeganya memberontak toh..

"Bisa bertukar dengan anakku? Aku ingin berbicara dengannya." Glacier mendengus, dia menatap tajam Halilintar yang menatapnya tenang. "Aku juga anakmu! Karena aku bagian dari dirinya!" Jawabanya dengan nada yang sangat ngegas..

Gak bercanda!

Jawab sang omega dengan nada ketus, dingin, datar, dan tajam. "Kau memang bagian dari dirinya, tapi bagaimana aku bisa menyebutmu anakku jika kau selalu memberontak?" Tanya Halilintar santai, mata Glacier lama kelamaan meredup. Mata Glacier kembali seperti semula, lalu langsung menubruk dada Halilintar dan menangis.

"Omega Glacier kejam banget HUEEEEEEEEEE!!!!!" Tangisan menggelegar diakhir membuat Taufan dan si kembar panik. Tak hanya mereka, para pelayan juga panik mendengar tangisan dari anak bungsu majikannya.

Sebelum naik kelantai atas, mereka sudah mendapati Halilintar yang turun dengan Glacier yang menangis sesenggukan didalam gendongannya.

"Ada apa?" Tanya Taufan yang mulai panik, jiwa-jiwa keibuan nya memberontak untuk mendominasi. "Tidak apa-apa, tadi omega Glacier yang memberontak." Jawaban Halilintar malah membuat semuanya lebih panik, ditambah panik karena tangisan Glacier bukan makin reda malah makin kencang.

"Aduh udah Cier sayang.." Taufan mengelus pelan punggung Glacier yang masih digendong ala koala oleh halilintar. Jangan tanyakan Glacier setinggi apa dia melihat dasar lantai rumah sekarang. Yah... Mau setinggi apa kakaknya, tetap tinggi daddy-nya!

"Papa.." Glacier mengangkat kepalanya dan menoleh kearah Taufan, sedikit menunduk juga. Karena Taufan lebih pendek 20 cm dibawah suaminya. Wajah yang diperlihatkan oleh Glacier sekarang seperti bayi yang minta digendong oleh sang ibu, imut!!!!!

"Apa sayang? Udah yah.." Kata Taufan lembut, wajah Glacier malah semakin mewek.

Eh? Salah ketik!

Glacier yang mendengar itu malah semakin ingin menangis, jangan tanyakan dia ingin menangis karena apa! Dia juga tidak tau. "HUAAAAAAAAAAAAAA!!! PAPA ENDONG! HIKS!" Halilintar tertawa kecil melihat tingkah anaknya, kenapa menjadi gemas tiba-tiba begini?

"Jangan minta papa kamu yah? Papa mu itu pinggangnya masih sakit." Taufan melotot mendengar penjelasan suaminya, sedangkan si kembar hanya bisa menahan tawanya dengan menutup mulut dan berusaha tetap cool.

"Yaudah sini sama kakak saja. Mau kak Strom apa Gale? Jangan sama Daddy terus, nanti pinggang Daddy encok- ralat! Keseleo gak bisa ena-ena sama papa." Glacier menatap wajah daddy-nya lalu menatap wajah kakaknya, dengan sedikit menunduk.

"Endong!" Strom terkekeh ketika Glacier merentangkan tangannya kearah dirinya, dia mengambil alih Glacier dari dalam gendongan sang ayah. Lalu memposisikan dengan benar, serasa Glacier sudah nyaman, dia menepuk-nepuk pelan punggung sang adik. Mengabaikan sang Daddy yang sudah berwajah masam Karena perkataan sang anak tadi.

"Nah! Sekarang kita berangkat kerumah sakit okeh?" Gale dengan watados nya juga ikut mengabaikan Halilintar yang semakin masam, karena Taufan juga mengabaikannya. Biarlah jika istrinya itu, dia bisa menghukumnya nanti. Tapi ini anak-anaknya! Perasaan dia sudah mengajari anak-anak itu untuk bersikap sopan!

'ini keluarga ku? Salah milih keluarga kayaknya..' yah itu lah isi hati seorang Halilintar..

TBC..

•F G S• (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang