♕︎𝗞𝗘𝗡𝗔𝗣𝗔 𝗧𝗜𝗗𝗔𝗞???♕︎

244 16 0
                                    

"sayang! Ayo keluar dulu! Makan!" Taufan mengetuk pintu Glacier dengan raut cemas. Sudah dari semenjak Glacier datang tadi, dia tak melihat anaknya makan ataupun minum.

Cklek

Taufan tersenyum kecil, dia melihat kamar Glacier yang berantakan, dengan si empunya kamar yang juga tak kalah berantakannya.

Mata bengkak, hidung merah, baju acak-acakan, rambut tak tertata, ingus yang menghiasi wajahnya.

"Kamu bersih-bersih lalu makan oke? Setelah itu cerita ke Daddy dan papa. Daddy pulang cepat ketika papa mengabarinya kamu datang." Glacier menatap papa dengan sendu, lalu mengangguk lemah. Taufan terkekeh sembari mengusap rambut Glacier hingga rambut itu semakin tak beraturan.

"Papa tunggu dibawah." Glacier lagi-lagi mengangguk. Setelah menutup pintu kamar dia segera membersihkan dirinya lalu turun kebawah untuk ikut makan malam.

"Glacier?" Strom memanggil adiknya yang terlihat melamun, Halilintar menoleh dan tersenyum penuh arti. Dia tau akar masalahnya.

"Glacier kenapa?" Tanya Gale posesif, Glacier tersenyum manis kemudian menggeleng kan kepalanya. Kedua kembaran itu menatap papanya yang tersenyum dan mengisyaratkan untuk membahasnya nanti.

..

Kini semuanya sudah ada di ruang keluarga, Glacier duduk disebelah Taufan dengan tenang, walau hatinya masih bingung.

"Kenapa?" Tanya Strom dulu karena dia sudah was was adiknya di buat sakit lagi oleh kedua alpha itu.

"Tenang dulu Strom.." Halilintar menjawab dengan nada tenang nan datar. Gale yang tadi ingin menanyakan keadaan Glacier juga ikut diam.

"Sayang bisa jelasin?" Tanya Taufan di sebelah Glacier, digenggamnya tangan sang anak seolah memberi kekuatan. Glacier mengangguk lemah, lalu mulai menjelaskan.

Flashback

"Aku bisa dijodohkan frost! Kau tetaplah dengannya!" Glacier yang turun ingin minum, mendengar teriakan Supra. Dia memutuskan untuk menguping, Karena tadi dia mendengar kata ‘penjodohan’.

"Tapi aku tidak mau!" Supra di depan frost mendengus tak suka. Mereka sekarang tengah berada di ruang tengah, awalnya tadi mereka sedang berdiskusi, dan sekarang malah bertengkar.

"Jika pikiranmu seperti itu terus, bagaimana kau bisa dewasa?" Frost menatap nyalang Supra didepannya, mereka yang tadinya duduk bersampingan sekarang sudah berdiri dengan melempar tatapan tajam.

"Kau yang tidak dewasa! Jika mau, kita bicara dengan orang tua kita!" Supra mendengus, harus berapa kali dia katakan? Percuma!

"Percuma Frost! Please kali ini saja!!!" Frost menuduk lemah, tatapannya berubah menjadi sendu. Dia menangis...

"Aku gak mau! Kita sudah sejauh ini, dan kau seenaknya memutuskan? Apa kau gila? Bagaimana jika Glacier tau? Dia juga tak akan mau Supra! Jangan memikirkan dirimu sendiri, pikirkan aku dan Glacier juga!" Tatapan Supra memudar, dia menatap nanar Frost didepannya. Baru kali ini dia melihat frost menangis, jika begini berarti di sudah keterlaluan bukan?

"Tapi bagaimana lagi? Kita tak bisa memiliki satu untuk berdua." Frost mengusap air matanya kasar, dia menatap serius Supra didepannya.

"Kita nyatakan besok! Besok harus selesai!" Glacier yang menangkap apa yang mereka ributkan menangis dalam diam. Dia sudah tau, dan dia diam mengikuti alur..

Flashback end

"Yah... Memang tidak bisa sih." Setelah bercerita panjang lebar, Halilintar langsung membuka mulutnya.

"Tapi... Kak Gale? Kak Galen? Kak Sori? Mereka bisa, kenapa Glacier tidak?" Halilintar tersenyum kearah Glacier, begitu juga yang lain.

"Daddy belum selesai sayang.." Glacier menunduk kaku, dia meremat pinggiran bajunya. Dia lelah!

"Daddy tidak bilang kalian tidak boleh bersama. Keputusan Supra itu ada benarnya, tapi salah juga karena menganggap apa yang dia pikirkan itu benar. Sedangkan kau dan Frost tak setuju, bukankah itu egois? Dari kejadian mu ini juga dialami oleh kakakmu. Kakakmu tak setuju, begitu juga Galen. Sori yang egois, dan mereka yang keras kepala. Lagian kalian sudah sejauh ini, jadi besok biar Daddy rundingkan dengan blaze, ice, dan orang tua Supra. Oke?" Glacier langsung mengangkat kepalanya, dia menatap penuh harap kearah Daddy.

"Benar dad?" Tanya Glacier dengan sedikit nada tak percaya nya. Halilintar mengangguk lalu memberikan senyuman termanis yang dia miliki. "Iya, besok semua selesai. Daddy janji." Glacier langsung memeluk Daddy-nya yang duduk di single sofa. Semua disana tertawa, Glacier tetap manja!

•••

"Daddy!!!!" Teriakkan Glacier membuat semuanya menoleh. Glacier menutup mulutnya dengan mata yang mendelik lucu, membuat mereka disana tertawa.

"Apa Glacier mengganggu?" Tanya Glacier dengan nada yang terdengar bersalah, semua disitu menggeleng dengan senyum yang mereka pasang.

"Sini duduk!" Taufan menepuk sebelah sofa tempatnya duduk, Glacier duduk di tengah antara Taufan dan Halilintar.

Pagi ini, Halilintar, Taufan, ice, blaze, Carter, Claker, sikembar, dan kedua alpha kesayangan omega kita sudah berkumpul diruang tengah.

"Baik kita bahas, perlahan." Semua mengangguk, Glacier diam saja dengan wajah polos nan tak berdosanya.

"Saya sudah mendengar cerita dari anak saya, sekarang kita dengan penjelasan dari Supra dan Frost." Keduanya mengangguk dan mulai menjelaskan.

Lima belas menit setelah selesai menjelaskan, Taufan membuka suara lebih dulu. "Sebenarnya Supra tak salah, namun apa kau sudah memikirkan hati mu dan kedua hati yang sedang bermain? Jangan membohongi diri sendiri. Papa juga sering bilang, terbuka lah. Jika papi mu itu tak mau mendengarkan mu, kamu tinggal cerita di papa. Toh...gak ada bedanya." Supra menunduk lalu mengangguk pelan.

Sedangkan Claker sudah mendengus tak suka, tapi apa yang dikatakan Taufan ada benarnya. Karena Supra bisa sebaik dan seramah ini itu karena Taufan yang selalu ada, sedangkan dia? Dia sibuk berkerja dengan dokumen-dokumen yang menumpuk.

"Dan Frost, kau juga salah! Disini kalian runding itu harus bertiga! Dengan kepala dingin!" Frost mengangguk lemah, dia tau. Makannya dia diam.

Sekarang giliran Halilintar yang berbicara, si kembar? Si kembar sibuk mendengar saja. Jika sudah tegang mereka akan meredakan.

"Disini saya yang akan menyelesaikan. Kita nikahkan mereka, atau tunangan mereka dahulu?" Carter menggeram, Begitu juga dengan ice. Halilintar selalu mengambil keputusan sendiri! Tak berubah dari dulu!

"Kau bodoh? Tak masuk akal hali!" Halilintar menatap ice dengan seringai yang terbit di bibirnya. "Aku tau, tapi... Kenapa tidak? Toh.. kebahagiaan anak kita sama mereka!" Para orang tua langsung menatap Glacier, Supra, dan Frost, yang menunduk dalam.

Para orang tua mendengus, betul apa yang dikatakan Halilintar. "Kau sudah berpengalaman, makannya tau!" Halilintar tertawa mendengar celetukan Carter. Betul katanya, dia sudah berpengalaman dari insiden anak keduanya.

"Kau tau itu, jadi bagaimana?" Tanya Halilintar dengan senyum yang menyebalkan Dimata Carter dan ice.

"Ya.. kenapa tidak?" Semua disana mengangguk kecuali ketiga pemuda yang menjadi permasalahan disini.

Ketiganya mendongak dengan senyum lebar, membuat para orang tua dan si kembar mendengus. Lalu kemudian tetawa kecang.

Besok! Besok semua kembali seperti semula, dengan status yang pasti.

TBC...

Hayoloh, mau tamat loh! Hahah! Typo-nya kakak! Males ngechek:)

•F G S• (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang