32. Cinta yang Lain

61 9 18
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

TaCi up, ada yang senang?

Siapa nih yang nunggu TaCi up?

Oke, langsung baca aja, yuk




Fyra berjalan di pinggir koridor dengan wajah yang tampak kebingungan. Ucapan Raffa masih membekas dalam ingatannya.

"Tasbih dan Al-Qur'an yang selalu kamu pakai itu dari Radit, bukan aku," ucap Raffa.

Fyra mengembuskan napas berat. Ia sungguh tidak tahu harus bersikap apa pada Radit. Haruskah ia bertemu dengan Radit dan membicarakan hal ini? Namun, sejauh ini Fyra belum melihat Radit lagi.

Karena terlalu bergulat dengan pikirannya, Fyra sampai tidak sengaja menabrak dinding ketika hendak berbelok.

"Astaghfirullah ...," lirihnya. Fyra langsung memegang dahinya yang terasa sakit, untung tidak benjol.

"Huh, aku ini kenapa, sih?" gumam Fyra dengan wajah sedikit kesal.

"Makanya lain kali hati-hati, benjol 'kan jadinya tu jidat."

Fyra membulatkan mata dan melirik orang yang berkata sambil bersandar pada dinding.

"Apa?" tanyanya.

"Benjol, Ra," ucap Rangga.

"Gak benjol juga," sanggah Fyra sambil terus mengusap dahinya.

Rangga menarik sudut bibirnya. "Oh ya? Tapi gue liatnya benjol, kok."

"Astaghfirullah, kamu kenapa sih, Ga? Ini jidat aku gak ada benjolan lho, ya?" ujar Fyra yang mulai jengkel.

Rangga menghadap ke arah Fyra, lalu, bersidekap dada. Ia bungkukkan badannya agar lebih jelas melihat gadis itu, dengan refleks Fyra memundurkan langkahnya.

"Lo cantik," ucap Rangga pelan, tapi masih dapat didengar oleh Fyra.

Fyra terus melihat ke mana saja asal pandangannya tidak pada Rangga. "Hm ..., kamu lagi sakit ya, Ga?"

Rangga terkekeh kecil dan menggeleng pelan. Lalu, kembali berdiri tegak. "Oh iya, gue sakit, Ra."

"Nah 'kan? Sana tiduran di UKS!" perintah Fyra.

"Gue gak pusing. Gue sakit, hati gue yang sakit," ucap Rangga.

"Apa itu karna ak---"

"Gue bercanda, Ra." Rangga memberikan selembar kertas---sebuah tiket menonton pertandingan.

Fyra memandang kertas itu dengan dahi berkerut. Lalu, perlahan menerima kertas itu karena Rangga terus menyuruhnya untuk mengambil tiket itu.

"Datang ke pertandingan basket minggu depan di SMA Jati Bangsa, ya." Setelah mengatakan itu, Rangga segera pergi dari sana.

Fyra mengendikkan bahunya, lalu, pergi dari sana. Sejurus kemudian ia telah sampai di kelas dan mendudukkan diri di kursi.

Kelas tampak sepi, karena teman-temannya itu sedang mengisi perut mereka yang keroncongan. Tidak memikirkan suasana kelas yang sunyi, Fyra membuka buku ensiklopedi kimia yang sedari tadi dibawanya dari perpustakaan.

"Huft ...." Tiba-tiba Alodia memasuki kelas dengan wajah tertunduk lesu.

Fyra yang menyadari raut wajah Alodia yang tidak bersahabat itu, langsung membalikkan tubuh menghadap sahabatnya yang membenamkan kepala di meja.

Tasbih Cinta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang