2. Rangga Wijaya

234 59 145
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Jodoh, maut, rezeki semua sudah diatur oleh Allah. Janganlah kau sibuk memperbaiki diri hanya untuk mendapatkan jodoh terbaik sebagaimana jodohmu adalah cerminan dari dirimu. Tapi, sudahkah kau persiapkan dirimu jika tiba-tiba kau lebih dulu berjodoh dengan maut?

____________________________________

"Sorry, gue bener-bener gak sengaja," ucap cowok itu lagi, karena sedari tadi belum mendapat jawaban dari Fyra dan malah menjadi tatapan dua gadis di sampingnya membuatnya risi.
Ia tahu gadis itu adalah Fyra, karena memang satu sekolah mengenalnya.

Rangga Wijaya, seorang kapten basket yang sudah berkali-kali membawa kemenangan bagi sekolah ini. Tidak hanya itu, dia menjadi incaran kaum hawa karena ketampanan dan kepintarannya di sekolah ini, tak lupa dengan sikapnya yang sedikit dingin bagaikan es.

"Gue gak pa-pa!" jawab Fyra datar. Rangga mengerutkan keningnya, ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang tentang Fyra, dia dingin.

Ya, Rangga memang mengenal Fyra, tapi sebelumnya ia tidak pernah bertegur sapa dengan gadis ini. Begitupun dengan Fyra, dia juga mengenal Rangga, tapi tak pernah tahu bagaimana orangnya. Sekarang, mereka saling bertemu dan berbicara.

"Oke, gue pergi," ucap Rangga. Sedikit tidak suka dengan gadis bernama Fyra itu, karena apa? Sikapnya yang dingin dan seperti orang cupu baginya.

Fyra tidak mempedulikan tatapan Rangga ketika cowok itu akan pergi, jelas di matanya Rangga menatapnya tidak suka dan itu tidak masalah baginya. Mereka kembali berjalan menuju kantin karena Shena yang sudah sangat kelaparan.

"Lo mau pesan apa, Ra?" tanya Alodia ketika sudah sampai di tempat tujuan.

"Samain aja!" jawab Fyra. Alodia manggut-manggut. Kemudian mereka memesan tiga porsi bakso dengan es jeruk sebagai minumnya.

"Ya Allaah Ra, itu tadi Rangga ganteng banget ya," ujar Alodia ketika pesanan mereka sudah sampai. Fyra tidak mengindahkan ucapan Alodia, dia segera memakan baksonya.

"Iya lah Al, pantes aja disukai banyak cewek," ucap Shena membenarkan.

Tidak lama kemudian, suasana kantin berubah menjadi ramai hanya karena kedatangan Rangga bersama dua temannya. Rangga tidak menghiraukan ucapan sebagian gadis yang ada di kantin yang tengah memujinya atau menggodanya, jujur saja ia sangat risi.

Rangga mengembuskan napas kesal, sedetik kemudian dia melihat bangku yang ada di seberang sana. Ia melihat gadis berjilbab dan berkacamata sangat fokus menghabiskan makanan yang ada di mangkuknya, sama sekali tidak terganggu.

Ah, kenapa gue jadi liatin dia ya?  batinnya.

******

Fyra berjalan seorang diri dengan membawa jus jeruk di tangan kanannya. Dia baru selesai dari kantin, mengisi perutnya bersama ketiga temannya. Namun, karena ia bosan berada di sana, dia memilih untuk pergi duluan meninggalkan mereka.

Pikirannya melayang entah kemana. Tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dan jus jeruk itu tumpah sebagian, mengenai baju orang yang menabraknya.
Fyra memutar bola matanya malas, jika sudah begini maka dirinya lah yang akan kena amukan orang itu, padahal dirinya tidak bersalah.

"Maaf," ucap Fyra terdengar dingin.

"Maaf aja gak cukup," ucap cowok bertubuh jangkung itu.

Fyra sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat orang itu. Siapa sangka jika yang menabraknya itu adalah Rangga Wijaya. Ah, kenapa ia harus bertemu lagi dengan cowok ini? Lihatlah, sekarang ia memasang tampang datarnya itu, sama seperti dirinya.

"Jadi?" tanya Fyra.

"Lo gak liat? Baju gue basah dan sedikit kotor, itu semua karena lo!" ucap Rangga sedikit ketus.

Tidak disangka, sekarang mereka berdua menjadi pusat perhatian orang-orang. Seorang cewek kebanggaan sekolah berselisih dengan kapten basket yang sangat didambakan oleh kaum hawa.

"Hm, jadi?" tanya Fyra lagi.

"Lo itu pinter, kenapa gak gunain otak lo?" ujar Rangga.

Fyra tetap memasang wajah datarnya, ia sama sekali tidak peduli dengan celotehan Rangga. Ia kira benar apa yang dikatakan orang-orang tentang Rangga, cowok yang tidak mempermasalahkan hal sepele. Tapi, kini hanya karena jus jeruk miliknya yang tumpah ke baju seragamnya itu ia permasalahkan. Siapa yang salah di sini?

"Gue udah bilang maaf, apa itu gak cukup? Lagian ... Lo yang nabrak Gue," ujar Fyra, kekesalan yang saat ini melandanya.

Entah apa yang akan dilakukan Rangga, dia jalan mendekat pada Fyra membuat Fyra melangkah mundur. Rangga membuka kancing-kancing bajunya dan membiarkan seragamnya itu tidak terkancing, kaum hawa yang melihat ini langsung berteriak histeris. Rangga melepas seragamnya itu dan memberikannya pada Fyra.

Fyra mengerutkan keningnya. "Apa ini?" tanyanya.

"Cuciin baju gue!" jawab Rangga datar. Sekarang badannya hanya menggunakan kaos hitam polos.
Fyra membulatkan matanya tidak percaya. Bagaimana mungkin ia mencuci baju milik Rangga?

"Gue gak mau!" tolak Fyra. Ia melempar seragam itu ke wajah Rangga, membuat kaum hawa menutup mulut tidak percaya atas apa yang dilakukannya pada cowok pujaan hati mereka. Fyra pergi dari tempat itu, dia tidak akan pernah mau berurusan dengan cowok seperti Rangga. Namun, baru saja beberapa langkah melewati Rangga, cowok itu mencekal pergelangan tangannya. Fyra membulatkan matanya, untung pergelangan tangannya itu tertutup seragam, bukan telapak tangannya yang bersentuhan, tapi tetap saja. Ia melepas cekalan itu dengan tenaganya.

"Cuci baju gue," ucap Rangga datar. Ia memberikan lagi baju itu pada Fyra.

Fyra berdecak kesal. Dia mengatur napasnya agar ia tidak sampai mengeluarkan suatu hal yang akan membuat semua orang terkejut. Seperti sebuah sihir mungkin, sihir yang akan membuat cowok itu menjadi patung atau bahkan lenyap dari muka bumi ini, ada-ada saja.

"Oke-oke," ucap Fyra. Ia segera mengambil langkah, cepat-cepat pergi dari dari sana sebelum emosinya meledak. Ia tidak akan pernah mau bertemu lagi dengan Rangga, tidak akan!

Entah kenapa rasanya hari ini cukup buruk baginya. Kenapa ia bisa menabrak orang lain lagi? Oh tidak, jantungnya malah berdegup kencang ketika melihat orang itu, selalu seperti ini. Ia menundukkan kepalanya dan meminta maaf atas kecerobohannya yang tidak melihat jalan dengan benar.

"Gak pa-pa kan?" tanya cowok itu.

Lidahnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan cowok itu. Hatinya menghangat ketika dirinya ditanya oleh cowok itu. Senyum rasanya ingin terbit di wajahnya, namun tertahan karena tidak ingin ada yang curiga padanya. Ya, curiga kalau dia menyukai cowok dihadapannya ini. Oh, jantungnya ini sangat tidak bisa diajak kompromi, terus saja bertalu-talu.

******

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Apa kabar readers?

Sampai sini gimana ceritanya?

Aku mau tau dong siapa aja yang baca ceritaku ini. Ayoo, sebut nama atau username kalian ya!😉

SPAM NEXT YUK BIAR GAK SIDER

See you next time

Wassalamu'alaikum ...

~Sebaik-baik bacaan adalah alqur'an

Tasbih Cinta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang