13. Olahraga

87 16 20
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Rasa ini muncul begitu saja
Saat pertama kali melihatmu, Aku memang membencimu
Namun, rasa itu tiba-tiba berubah menjadi cinta
Ternyata memang benar adanya
Ketika seseorang membenci orang lain secara berlebihan,
maka rasa benci itu dapat berubah menjadi rasa cinta
Pun sebaliknya, saat mencintai seseorang terlalu berlebihan, maka rasa cinta itu dapat berubah pula menjadi benci

Rangga Wijaya

____________________________________

Pelajaran olahraga, mata pelajaran yang kurang disukai oleh Fyra. Baginya olahraga itu sangat sulit daripada matematika. Terutama untuk permainan bola besar seperti volley ball, sepakbola, dan basket.

Sekarang, kelas Fyra bagian praktik bermain bola basket. Sebenarnya cukup menggiring bola lalu memasukkan ke ring sebanyak tiga kali, tapi terasa sulit bagi Fyra. Saat menggiring, tiba-tiba saja bolanya menggelinding dan mengharuskan Fyra berlarian untuk mengambil lagi bolanya. Saat berhasil menggiring bola ke dekat ring, bukannya masuk malah terlempar jauh, bahkan hampir saja mengenai murid kelas sebelah yang sedang berolahraga juga. 

Sungguh melelahkan, di saat orang-orang sudah berhasil dan mengistirahatkan tubuhnya di pinggir lapangan, Fyra masih senang bermain di tengah lapangan dengan dua temannya. Tapi, di sini Fyra lah yang paling buruk, dia belum memasukkan sekalipun bola ke ring. 

Meski begitu, Fyra tidak malu karena sesekali ada yang menyemangatinya meski dengan nada sedikit mengejek. Ditambah dengan adanya kelas sebelah yang juga berolahraga, tapi dengan begitu dirinya semakin bersemangat. Setidaknya yang dapat dia lakukan sekarang hanyalah berjuang meski nantinya tidak dapat memasukkan bola sekalipun ke ring. 

"Ra, ayo Ra! Lo pasti bisa!" ucap Shena menyemangatinya.

"Iya Ra, lo pasti bisa!" Keyna dan Alodia juga ikut menyemangati.

"Rangga! Semangatin Fyra nih!" ujar Aji sedikit berteriak.

Rangga yang memang sedang berolahraga juga menoleh saat namanya dipanggil. Matanya langsung melihat ke arah Fyra yang kesulitan memasukkan bola, tapi tidak terlihat lelah di wajahnya. 

Fyra hampir saja menyerah ketika dua temannya itu sudah selesai. Saat Aji memanggil Rangga tadi Fyra mendengarnya, tapi tidak ia indahkan. Terserah apa yang akan orang katakan tentang dirinya nanti. Fyra menghela napas kasar, rasanya sangat sulit untuk memasukkan bola meski hanya sekali. 

"Oke, yang sudah selesai kalian boleh kembali ke kelas!" perintah Pak Aden, guru olahraga dengan tegas.

"Baik Pak!" sahut sebagian murid serempak.

Mereka yang sudah menyelesaikan praktiknya langsung kembali ke kelas untuk beristirahat, begitupun dengan kelas sebelah, kelas XI IPA 2. Hal ini tidak membuat Fyra sedih, justru membuatnya sedikit senang karena tidak ada yang memperhatikannya. 

Rangga berdiri dengan mata yang masih memperhatikan Fyra yang kesulitan. Ingin membantu, tapi tidak mungkin, kecuali jika gurunya yang menyuruh. Karena matanya yang terus melihat ke arah Fyra, jadinya tanpa sengaja dia menabrak Pak Aden.

"Eh, maaf Pak, saya gak sengaja," ucap Rangga.

"Kamu itu, makanya liat-liat!" tegur Pak Aden.

"Iya Pak!" Rangga pamit pergi pada Pak Aden, tapi tiba-tiba saja Pak Aden memanggilnya.

"Kamu bantuin Fyra, ajarin dia caranya, terus kalo udah bisa, kamu kasih nplai dia, nanti lapor ke Bapak. Bukan apa, Bapak ada urusan mendadak, gak papa kan?" Rangga mengangguk. Setelah itu Pak Aden pergi dari sana, meninggalkan Rangga juga Fyra yang tidak henti berusaha. 

Tasbih Cinta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang