Ditemani Bunda Nia dan Ayah Hanun, Tiga Kembar berada di Terminal Bus.
Hari ini adalah keberangkatan bagi Tama, Abdi dan Tendra ke kota tujuan masing – masing.
Hanya berbeda jam keberangkatan saja.
Pagi ini cuaca terlalu sejuk dan cerah untuk acara perpisahan.
Tama dan Kamnya menikmati sarapan ringan selagi menunggu jam keberangkatan tiba.
Abdi dan Jeje masih betah saling berpegang tangan, menyenderkan bahu dan Tendra menjadi obat nyamuk diantara saudara – saudaranya yang bermesraan.
Sudah ia duga, Lisa mungkin tidak akan ikut datang karena sakit.
Bunda Nia memperhatikan anak – anaknya yang duduk berderetan.
lebih dari rasa takut pasangan anak - anaknya, Bunda Nia lebih merasa khawatir dan kehilangan.
Waktu cepat sekali berlalu,
rasanya baru kemarin Bunda Nia melahirkan dan mengganti popok tiga bayi kembarnya, kini mereka sudah tumbuh dewasa dan siap menjalani hidup yang mandiri.
Jauh dari orang tua.“Bunda jangan nangis, malu nih sama calon mantu” ujar Ayah Hanun Jail.
“Ayah gak merasa gimana – gimana gitu liat anak – anak mau pergi jauh ?’
“Anak – anak kita sudah Gede … udah pada jago gandeng anak orang”
Bunda Nia tidak memperdulikan perkataan suaminya, biarpun anak – anaknya sudah bukan bayi berusia satu tahun lagi yang namanya naluri seorang Ibu tetap saja akan merasa khawatir akan anak – anaknya.
“Lagi berapa menit Nak Kamnya keberangkatan kalian ?”
“Sebentar lagi Bunda, lagi 30 menit..”
“Kamu sama Tama kan satu tempat kuliah, Bunda boleh minta tolong diingetin Tama jam makan sama istirahatnya ya Nak..
Tama ini selalu keras sama diri sendiri.. Minta tolong ya Nak Kamnya, kalau Tama gak nurut tolong laporan ke Bunda nanti bakal Bunda omelin anaknya ..” ujar Bunda Nia Panjang.“Hahaha.. iya Bunda,
Nanti Kamnya bakal sering – sering laporan ke Bunda kalau Tamanya bolos makan..” sahut Kamnya terkekeh.Tama pipinya sudah merah, malu. “Apasih Bunda, itu terus yang dibahas…”
Bunda Nia sangat hafal dengan kebiasaan buruk anak sulungnya yang selalu menunda jam makan dan lupa untuk istirahat.
Tama terlalu memporsir badannya untuk menyelesaikan deadline tugas organisasi dan belajar latihan soal Olimpiade.
Bahkan dulu Tama pernah pingsan di teras rumah sehabis pulang dari Organisasi, dinyatakan menjangkit penyakit maag kronis karena lupa makan.
“Abdi.. kamu tuh nanti di tempat kuliah banyak – banyakin bergaul ya sama orang baru, cari temen yang banyak, jangan akun instagram aja puluhan ribu, bergaul gitu sama anak – anak Kos.
Biar kamu punya temen..
temen deket kamu bisa Bunda hitung pakai jari.. nih segini..” omel Bunda Nia kini pada Abdi menunjukkan jari telunjuk.“Satu Biji doang…” lanjutnya
Abdi merolling matanya, sudah dari berminggu – minggu lalu Bundanya selalu memberi wejangan yang sama.
“Iya Bunda iyaaa..
Nanti Abdi temenan sama seluruh anak di Akademi sama anak Kos juga, Ibu Kos, Satpam ampe Kang Parkir Kampus Abdi jadiin temen..”Bunda Nia tersenyum mendegar penuturan Abdi, anak tengahnya itu memang beda dari saudara – saudaranya yang lain.
Lebih pendiam dan tertutup,
malas bersosialisasi dengan orang baru. Kalau Tama sering pergi pagi pulang pagi dengan teman Organisasi, Tendra yang supel sering pergi melancong dengan banyak teman Geng sedangkan Abdi cenderung diam di rumah bahkan dihari liburpun, satu – satunya tempat yang sering Abdi singgahi ya rumah keluarga Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triplets Series ✔
ContoCerita si Kembar Tiga. Tiga Keistimewaan, Tiga identitas, Tiga Bersaudara. NCT 96L : Kun as Tama, Si Sulung, Doyoung as Abdi, Anak Tengah, Ten as Tendra, Bungsu. Start : 21 Maret 2021 Finish : 31 Oktober 2021 🐻🐰🐱 © ptmartini