CHAPTER 14: Pengakuan

1.9K 216 0
                                    

Naruto lesu. Bahkan di kampus pun suasana hati Naruto masih buruk. Shikamaru dan Kiba yang melihat Naruto pun menghampirinya.

"Kenapa kau Naruto, apa ada masalah?" tanya Kiba.

Naruto mendongak, 'Mungkin tidak masalah aku menceritakannya kepada mereka' pikir Naruto.

Naruto pun mulai bercerita "Apa kalian tau orang yang tinggal bersamaku?" mereka menganguk.

"Dia yang menjemputmu tempo hari itu kan?" tebak Kiba.

"Benar. Aku baru tau kalau dia ternyata seorang gay" lanjut Naruto.

Kiba dan Shikamaru terdiam, hingga

"Memang ada masalah apa dengan gay?" sangah Shikamaru terdengar agak kesal.

Naruto terkejut dengan nada suara Shikamaru.

"Sebenarnya aku juga tidak tau" Naruto tampak berfikir.

"Mereka juga manusia biasa yang memiliki perasaan. Karena cara pandang mereka berbeda, buka berarti mereka tidak berhak mendapatkan cinta. Kami juga- aduh" perkataan Shikamaru terhenti saat Kiba tiba-tiba menyikut perutnya. Shikamaru menoleh ke arah Kiba dan hanya di balas gelengan kepala Kiba.

.

Naruto membawa selimut keluar dari kamar, hal itu pun tak luput dari pandangan Sasuke.

"Akan kau apakan selimut itu?" tanya Sasuke.

"Aku akhir-akhir ini tidak bisa tidur, pasti karena sudah terbiasa tidur di sofa" tutur Naruto dengan senyum yang dipaksakan.

Sasuke tau bahwa Naruto berbohong. Ia menghampiri Naruto dan langsung menyeretnya ke kamar.

"Sasuke lepaskan tanganku!" Sasuke tidak menjawab.

Sasuke pun langsung menarik tubuh Naruto agar berbaring di kasur dan langsung memenjarainya.

"Sasuke" Naruto panik.

"Apa kau takut kepadaku, Naruto?" tanya Sasuke dengan nada seduktifnya.

"Ah.. tidak, aku hanya tidak ingin menganggu tidurmu" bohong Naruto lagi, dan hal itu lagi-lagi diketahui Sasuke.

Sasuke pun mendekatkan wajahnya. Sedikit demi sedikit wajah Sasuke semakin dekat dengan wajah Naruto, hingga Naruto dapat merasakan hembusan nafas Sasuke. Naruto sepontan memejamkan matanya.

"Tidurlah, aku tidak akan berbuat macam-macam" ucap Sasuke dan langsung menjatuhkan tubuhnya di samping Naruto.

Naruto membuka matanya, ia melihat Sasuke sudah memejamkan mata. Wajah Naruto memerah, ia malu dengan apa yang dilakukannya tadi. Naruto menatap Sasuke.

"Mungkin benar apa kata Shikamaru."

.

Naruto dan Sasuke sedang sarapan bersama. Kecanggungan masih terasa di antara mereka. Sasuke melihat Naruto akan beranjak dari meja makan pun memanggilnya.

"Naruto. Ada yang ingin aku bicarakan" Naruto menganguk, "apa?"

"Akhir-akhir ini kau mengindariku. Apa karena oriental seksualku?" Naruto terkejut dengan pertanyaan Sasuke, ia kehilangan kata-katanya, tidak bisa menjawabnya.

Sasuke melihat Naruto yang tak kunjung menjawab pun mengerti.

"Jadi benar ya" Sasuke tersenyum sedih.

"Kalau ini menganggumu, aku bisa-"

"Sasuke" Naruto memutus perkataan Sasuke.

"Aku tidak apa-apa" Naruto tersenyum. Dan itu membuat Sasuke terpukau.

"Memang awalnya agak mengejutkan, tapi lama kelamaan pasti aku akan terbiasa. Lagipula, seharusnya aku yang minta maaf telah menyingungmu. Jadi maafkan aku ya Sasuke" imbuhnya sambil minta maaf.

Sasuke tersenyum senang, ia pun menganguk. Akhirnya kecanggungan di antara mereka pun hilang.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan mandi" Sasuke beranjak dari meja makan.

"Kalau kau sudah selesai, beritahu aku. Aku juga haris pergi ke kampus" Naruto merapikan meja makan.

"Kenapa kita tidak mandi bersama?" tawar Sasuke dengan tesenyum mengoda.

"Apa maksutmu Sasuke, kenapa kita harus mandi bersama?"

"Bukankah kau yang mengajakku mandi bersama dulu, kenapa sekarang kau malu?" senyum Sasuke semakin lebar.

Naruto yang mendengar perkataan Sasuke semakin malu.

"Yak, kenapa kau mengingatkanku teme" Naruto kesal sambi melempari Sasuke dengan sendok.

Sedangkan Sasuke yang tertawa pun lari menghindari amukan Naruto.

.

.

Naruto dan Sasuke sedang ada di dapur kafe, berdua.

"Bagaimana?" tanya Naruto saat Sasuke mencicipi kue resep baru buatannya.

Sasuke tampak berfikir "Hm, rasanya enak" Naruto tersenyum senang.

"Baiklah, aku akan menembahkannya ke dalam menu" Naruto mencatat resepnya, lalu merapikan dapur yang dibantu oleh Sasuke.

"Kau begitu suka ya dengan kue?" tanya Sasuke.

Naruto menganguk tersenyum "Impianku adalah memiliki toko kue yang terkenal" jawab Naruto antusias.

"Sebenarnya, itu adalah impian ibuku" Naruto menunduk sedih, mengingat kenangannya bersama ibunya dulu.

Sasuke pun menepuk pucuk kepala Naruto "Kau tidak sendiri. Aku akan membantumu mewujudkan mimpimu"

"Benarkah?" Sasuke Menganguk. Naruto kembali bersemangat.

"Naruto, ada yang ingin ku katakan kepadamu"

"Apa?" tanya Naruto.

"Jangan sekarang. Bagaimana kalau besok, di taman kota" Naruto menyengit bingung. 'Kenapa tidak sekarang saja?' pikir Naruto. Naruto menganguk.

.

.

Sasuke menunggu kedatangan Naruto di taman kota. Ia membuka sebuah kotak, di dalamnya terdapat sepasang cincin yang sama persis. Sasuke tersenyum.

"Aku akan menyatakan perasaanku padanya"

Sudah berjam-jam Sasuke menunggu, Naruto tidak kunjung datang. Hingga hampir jam 10 malam, ia pun berinisiatif mencoba menelpon Naruto.

"Halo Naruto, kenapa kau menangis?" tanya Sasuke khawatir.

"Sasuke, hiks.." sontak Sasuke lari, pergi dari taman.

TBC

A/N: Tidak nyangka udah mau tamat aja cerita ini. Terimakasih sudah membaca.

Housemate [SasuNaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang