BAB 6 - Fuck This Shit!

226 34 10
                                    

Tumpukan map warna pink sengaja dibanting ke atas meja. Bukannya harus bersikap kaget Jessi justru menatap hal tersebut dengan pandangan malas.

"Tahu kesalahan Bu Jessi apa?"

Mengalihkan pandangan ke Sonia wanita itu menatapnya marah. Segera Jessi menyandarkan punggung di kursi tersenyum lebih ke arah paksaan.

"Pergi tanpa memberikan kabar malam tadi."

"Ibu sudah tahu salah tapi kenapa?! Maksud saya kenapa tidak segera hubungi kami?! Ibu tahu kami semua khawatir terlebih?! Ketika Mrs. Hutton dan Nona Maddie datang tiba-tiba!"

"Saya minta maaf, oke?"

"Kami akan maafkan jika! Bu Jessi tidak mengulang lagi hal yang sama!"

Jessi tersenyum mengangguk, "Kamu sayang ya sama saya?"

"Tentu saja Bu! Jadi ... bisa Ibu ceritakan malam tadi pergi ke mana?"

"Ke taman kota."

"Taman kota? Malam-malam seperti itu? Serius?!"

"Ya."

"Ibu tahu bisa saja banyak bahaya mengintai di sana? Walau ramai pengunjung tapi tetap saja, ada beberapa lokasi di sana sepi pada malam hari!"

"Kau benar Sonia, saya sedang menjernihkan pikiran dengan mencari tempat sepi."

"Astaga, Bu Jessi!"

Teriakan Sonia membuat beberapa pegawainya ikut masuk ke dalam ruangan. Berjalan menghampiri dengan raut wajah khawatir melihat hal itu Jessi beranjak dari kursi tersenyum lebar.

"Saya baik-baik saja, oke? Saya janji tidak akan mengulangi lagi kesalahan seperti ini. Saya juga ke depannya jika ingin pergi mendadak akan secepatnya memberi kabar ke kalian."

_🌷_💄_🌷_

"Ibu Jessi mengatakan barusan bahwa Ibu, bertemu seseorang malam tadi di taman?"

"Ya."

"Apakah Sonia tahu cerita ini?"

"Tidak, karena saya telah pusing melihat sikapnya khawatir berlebihan terhadap saya."

"Sonia seperti itu karena dia terlalu sayang pada Bu Jessi. Dia telah menganggap Ibu seperti Kakak baginya."

"Saya tahu Gabby, sama sepertimu dan para pegawai Jess Beauty kalian semua sayang terhadap saya. Kita semua sudah seperti keluarga."

Jam istirahat Jessi memutuskan pergi makan siang bersama Gabby. Sementara Sonia dia menyuruhnya pergi untuk makan siang bersama rekan kerja yang lain. Saat ini Jessi membawa Gabby ke salah satu restoran makanan dengan Menu utama taco favoritnya.

"Apakah Ibu mengenal seseorang yang dimaksud?"

Jessi terlihat berpikir sebelum menatap Gabby kesal, "Kau tahu Gab? Mengingat wajah itu lagi membuat saya merasakan kesal. Tapi mulut ini tidak dapat berhenti bicara. Jika kau menjadi saya maka saya yakin kau akan sama kesalnya dengan saya."

"Apakah seseorang itu telah melakukan perbuatan jahat kepada Ibu? Apakah Bu Jessi telah lapor ke pihak berwajib?"

"Dia telah membuat hati saya kesal."

"Saya tidak mengerti?"

"Itu adalah pertemuan kedua kali, saya baru menyadari jika sikapnya terlihat sangat menyebalkan. Bagaimana bisa ada seseorang bersikap seperti itu? Saya sudah terlihat ramah karena mengenalnya tapi ketika mengajaknya bicara, saya mendapatkan respon dingin sungguh menyebalkan!"

Gabby menyentuh tangan bosnya mengusap tangan kanan itu lembut, "Saya harap seseorang yang membuat Bu Jessi kesal seperti ini, segera minta maaf karena tidak ada berani mengusik ketenangan Bu Jessi."

Jessi tersenyum, "Tentu saja kau benar Gab, dalam hidup tidak ada berani mencari gara-gara kepada saya jika ada yang berani maka siap-siap saja saya akan membalasnya secara sadis. Seseorang saya temui di taman malam tadi adalah seorang pria. Itu adalah pertemuan kedua kami secara tidak sengaja dan saya masih sangat mengingat jelas, perkataannya membuat saya menjadi seperti gila karena! Saya berteriak kencang seorang diri di jembatan itu!"

Flashback.

"Tunggu dulu!" Teriak Jessi menghentikan pria itu. Dia menoleh lalu menatapnya kesal.

"Ka, kau! Kau yang waktu itu tidak sengaja tabrakan denganku iya, kan? Kau adalah Tuan pulpen itu!"

"Apa?"

Jessi berlari mendekat menatap semangat pada pria di hadapannya.

"Kau tidak mengingatnya? Itu baru saja terjadi beberapa hari lalu tapi kau sudah melupakannya?"

"Apa kita saling kenal?"

"Tidak! Maksudku kita bisa saja saling kenal! Buktinya kau mau menolongku yang terjatuh akibat sikap temanmu barusan. Ini adalah pertemuan kedua kita apa kau benar tidak mengingatnya?"

"Dia bukan temanku juga kita tidak saling kenal, jadi berhenti membuang waktuku hanya untuk meresponmu bicara."

Jessi menatap tak percaya pria di hadapannya, "Kau apa barusan? Mengatakan aku membuatmu membuang banyak waktu?!"

Helaan napas itu terdengar Jessi spontan meraih tangan itu akan beranjak pergi.

"Aku belum selesai bicara padamu! Kau tidak mencoba minta maaf?! Pertemuan pertama kita kau menabrakku! Beruntung aku tidak sampai terjatuh tapi kali ini temanmu menabrakku! Jika dia tidak bisa mengatakan maaf ada baiknya kau saja melakukan hal itu!"

"Karena sikap anehmu ini membuatku membiarkan seseorang berhasil pergi. Dia bisa saja membahayakan para pengunjung di area taman. Simpan saja semua perkataan gilamu ini lalu, aku tidak akan mengingat kejadian menyebalkan malam ini."

"Kau? Apa?!"

Jessi sangat kaget bahkan ketika pria itu telah berlalu pergi dari hadapannya. Seakan tersadar sesuatu Jessi memutar tubuh menatap punggung itu telah berlari menjauh.

"Persetan dengan ini dasar pria pecundang! Bajingan tidak tahu malu yang sungguh menyebalkan! Awas saja kau jika takdir kembali membuat kita bertemu lagi! Aku akan memukul wajahmu menggunakan heels sepuluh sentimeter milikku! Lihat saja nanti dasar pria bodoh!!!!"

Flashback end.

_🌷_💄_🌷_

_🌷_💄_🌷_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE SECRETARY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang