.
.
.
Ketukan pintu terdengar tepat setelah Sang Yeob selesai mengancing keseluruhan kemeja hitamnya. Melihat jam menempel di atas pintu kamar pukul 06.15, sebelum berjalan keluar untuk membukakan pintu luar apartemennya.
"Hai," Sapa seorang wanita dengan senyum ramah, sambil memberikan satu kotak ukuran sedang berlapis kain warna abu-abu dan diikat pita kepadanya. Menyadari raut wajah bingung dia tunjukkan wanita tersebut kembali tersenyum.
"Kue gandum, aku baru tiba di Washington empat jam lalu."
Sang Yeob meraih kotak itu, "Terima kasih."
"Bagaimana perjalananmu satu minggu di Lewes?" Tanya Sang Yeob ketika pikiran mengenai wanita di hadapan baru kembali dari perjalanan ke kota itu.
"Cukup menyenangkan dan aku, baru menyadarinya betapa aku merindukan kota kelahiranku."
"Meluangkan waktu sejenak untuk kembali ke kota kelahiran, akan membuatmu selalu merindukan tempat tersebut."
"Kau benar Sang Yeob setidaknya aku masih beruntung, kota kelahiranku satu daratan di negara sama sementara dirimu harus jauh menyeberangi pulau. Kau pasti merindukan Seoul — oh iya aku hampir lupa, kau harus siap-siap untuk kerja silahkan lanjutkan kegiatanmu aku juga harus berangkat kerja sekarang."
Tapi Sang Yeob menggeser tubuhnya dari depan pintu mempersilahkan wanita di hadapannya untuk masuk.
"Kita berangkat bersama. Aku akan memberikan tumpangan kepadamu."
"Oh, tidak! Maksudnya aku tidak ingin membuatmu kesulitan, tempat kita kerja berbeda arah aku tidak mau membuatmu jadi sul —"
"Anggap saja ucapan terima kasihku untuk pemberianmu ini, Rita."
"Terima kasih Sang Yeob, kau baik sekali."
Sementara wanita itu menunggu di sofa depan televisi, Sang Yeob kembali masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap.
Rita Ora, wanita dengan rambut pirang sepunggung itu adalah tetangga di lantai enam sama seperti dirinya. Mereka telah menjadi teman cukup dekat sejak bertahun-tahun lamanya Sang Yeob berpikir jika dia tidak mungkin dapat memiliki teman dekat seorang wanita, karena sikapnya cukup tertutup kepada orang-orang sekitar tapi pikiran tersebut ternyata salah ketika pertama kali kenal wanita dengan senyum ramah tersebut.
Tidak membutuhkan waktu lama dia selesai siap-siap keluar kamar sambil menjinjing tas hitamnya Sang Yeob menuju meja depan ruang televisi. Wanita bernama Rita masih menunggu disana bersama senyum ramah dia hampir melupakan buku dengan sampul hitam polos berada di atas meja. Buku tersebut berisikan jadwal kerja bos di perusahaannya sehingga penting untuk selalu dibawa ke mana-mana.
"Kau pasti sangat menyukai pulpen itu, sehingga aku tidak melihatnya menempel manis, pada buku selalu dirimu bawa Sang Yeob," Ucap Rita tersenyum dia segera berdiri berjalan mendekat.
"Pulpen itu selalu dibawa bersama buku in —" Jawab Sang Yeob terhenti setelah dia melihat buku dipegangnya. Benar saja dia tidak menemukan pulpen itu di antara buku tersebut.
Ke mana pulpen itu terjatuh? Ruang televisi? Atau di dalam kamarnya?
"Tidak perlu ragu mengatakannya tapi aku senang, kau menyimpan dengan baik pulpen itu terima kasih Sang Yeob,"
_🌷_💄_🌷_
Meraih buku menu untuk menutupi setengah wajahnya terutama saat satu teman kerjanya sejak tadi tidak berhenti menggoda dirinya. Rita tentu saja cukup sulit menyembunyikan raut senang terlihat dari wajahnya sendiri dan menurut orang-orang disekitar dia cukup mudah ditebak tapi, orang-orang selalu mengenalnya sebagai wanita dengan kepribadian ramah.
"Wajah siapa? Yang semakin memerah saat digoda seperti ini?"
"Zooey Menzel! Berhenti untuk menggodaku!"
Wanita itu menjulurkan lidah dan menghindar cepat ketika Rita ingin memukulnya menggunakan buku menu. Ini bukan pertama kali juga dia suka menggoda temannya itu karena menurutnya Rita sangat menggemaskan jika sudah berada dalam situasi seperti ini.
"Aku berkata jujur sungguh! Ketika aku melihatmu dari balik jendela kau di antar pria tampan itu, kalian akan menjadi pasangan kekasih sungguh cocok! Sang Yeob menjadi idola di mata para wanita yang memuja dirinya aku mengakui itu jika dia tampan, pintar, pekerja keras, mempesona dan memiliki kepribadian baik. Dia tentu saja sempurna di mata mereka mengenalnya jika teman kita lainnya dapat kau hindari ketika mereka mungkin saja bertanya, hubungan dirimu dengan Sang Yeob dan kau akan menjawab hanya teman tapi! Kau perlu ingat untuk diriku sendiri aku tidak akan mudah percaya itu. Kau telah jatuh hati padanya sejak lama Rita, kau memendam perasaan lalu dunia mengatakan jika itu adalah cinta yang sangat manis!"
"Jangan Konyol Zoo, aku tidak mempunyai rasa lebih selain menganggap dia teman."
Zooey tertawa melihat wajah Rita semakin merona, "Baiklah aku ingin percaya atas perkataanmu barusan. Tapi sayangnya aku tidak dapat percaya itu. Kau terlalu mudah ditebak Rita sayang, berhenti bersikap menghindar atau berbohong padaku karena kau paling tahu atas apa yang terjadi pada dirimu."
"Kau terlalu berlebihan Zoo!"
"Aku menjadi penebak yang ahli Rita, aku akan membuatmu ingat untuk hal ini."
"Apa?"
"Jika kau tidak mempunyai perasaan nyaman disebut cinta, jika kau tidak merasakan ketulusan saat berada dekat dengan Sang Yeob, kau tidak mungkin mengeluarkan cukup banyak tabunganmu, hanya untuk memberikan hadiah ulang tahun kepada pria itu. Sebuah pulpen mahal serta mewah kini menjadi milik pria tampan itu."
Bunyi lonceng dari pintu masuk dibuka mengalihkan perhatian mereka berdua. Terlihat seorang wanita berjalan masuk dan mengambil salah satu tempat duduk dekat jendela.
"Aku akan melayani pelanggan pertama, sementara kau yang menjaga kasir."
"Oke, Rita."
_🌷_💄_🌷_
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRETARY [END]
FanfictionThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== [ SUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK BUKU ] Jessica Ho, 34 tahun. Wanita den...