Membran Kasih
~ Empat ~Seketika, bulir-bulir bening membayang di pelupuk mata Dinar. Ada sendu di sana dan perih yang menyobek-nyobek hatinya. Lara yang coba dia tahan dan sembunyikan selama kurang lebih delapan tahun mengikat janji suci bersama Dimas, tak lagi bisa dia sembunyikan.
"Maaf, Teh kalau ucapanku salah." Di ruangan itu hanya ada mereka berdua. Indah sedang ke luar, disuruh belanja keperluan salon oleh Wini.
"Wini gak salah. Hidupku yang salah." Dinar sekuat tenaga menahan agar air matanya tak tumpah. Menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Teteh mau cerita?"
Dinar meletakkan potongan martabak yang batal dia gigit. Tangannya meremas ujung kerudung merah bermotif polkadot hitam, serasi dengan baju merahnya.
"Wini mau dengar?"
"Kalau itu bisa meringankan hati Teteh, silahkan tapi kalau gak berkenan, tidak usah." Wini berusaha bersikap bijak.
Terjeda beberapa kejap, hanya desah dua wanita itu yang terdengar ditimpali detak jam meja berbentuk mesjid yang diletakkan di meja sudut di samping sofa biru. Sinar matahari sore menerobos gorden berwarna senada dengan sofa dan cat dinding.
"Mas Dimas ..." ucap Dinar pendek. Rasanya berat menahan semua beban sendirian untuk sekian lama.
"Pak Dimas kenapa?"
"Aku bukan wanita yang bisa membahagiakannya, bukan menantu harapan mertuaku."
Dalamnya laut bisa diukur tapi dalamnya hati tak ada yang tahu. Selintas tak terlihat ada yang kurang pada pasangan Dimas dan Dinar. Dimas pria yang ganteng, bertubuh atletis, pintar dan mapan. Demikian juga dengan Dinar yang berkulit putih mulus, ayu tapi bersahaja. Penampilannya sederhana walau pastinya mudah saja baginya untuk membeli barang bermerk.
"Teteh wanita sempurna di mataku, tak ada yang kurang. Cantik dan sukses dalam karir. Teteh juga orang yang baik dan ramah."
"Ada. Itu yang membuat Mas Dimas sering meradang dan mencemoohku."
"Teteh pasti bisa membeli apa pun yang Teteh mau."
"Gak bisa dibeli."
"Maaf, tapi Pak Dimas sayang Teteh kan? Mencintai Teteh?"
"Ini bukan sekedar tentang cinta tapi tentang kepercayaan pada takdir Yang Maha Kuasa."
"Maaf, Teh. Wini gak ngerti."
"Ada yang belum aku miliki, belum kami miliki."
"Apa itu?" Wini masih tampak bingung. Dia belum terlalu mengenal Dinar, baru kenal tiga bulan saja.
"Kami belum punya ...."
"Dinar!" Tiba-tiba terdengar suara bariton seorang pria. Dinar tersentak. Diusapnya kedua netranya dengan telunjuknya.
"Eh, Mas sudah beres kerjaannya?"
"Kamu kenapa, nangis?"
"O gak, ni makan martabak pedas, tersedak." Dinar buru-buru mengangkat gelas tinggi berisi air mineral yang disediakan Wini lalu meminumnya, habis setengahnya.
"Sudah lama di sini?"
"Pulang ngantor langsung ke sini pake taxi."
"Nar cerita apa?"
"Obrolan wanita, Mas." Dinar sekuat tenaga menarik bibirnya membentuk lengkung.
"Ayo kita pulang."
"Ya, Mas." Dinar bangkit merapikan baju dan kerudungnya.
"Kang Wifri mana, Win?"
"Sudah pulang ke rumah Ibu."
![](https://img.wattpad.com/cover/290113021-288-k632075.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Membran Kasih
RomanceKisah perjuangan seorang lelaki bernama Wifri sejak dia ditinggal Ayahnya menghadap Ilahi. Wifri muda berperan sebagai Ayah untuk tiga adiknya: Wina, Wira dan Wini. Wifri mengantar adik-adiknya menuju kesuksesan sehingga dia seolah lupa pada diriny...