Bagian ke Sepuluh

18 6 3
                                    

Membran Kasih
~ Sepuluh ~

Masalah adalah hal biasa dalam kehidupan manusia. Tak mungkin ada manusia yang tak mempunyai masalah. Masalah berdampingan dengan kehidupan itu sendiri. Sepanjang berikhtiar untuk mengatasinya, penyelesaian akan diraih. Ikhtiar didampingi doa, doa disertai ikhtiar, itulah sinergi.

"Jadi kan aku traktir?" Sasha masih penasaran dengan cerita hidup Dinar.

"Ngebet banget mau traktir aku."

"Kan aku janji."

"Itu sih modus."

"Modal kardus."

"Kardus kosong."

"Asal jangan omong kosong."

"Let's go!"

"Oke, siapa takut?"

Berdua beriringan menuju parkiran. Dinar pun siaga di belakang kemudi Hyundainya.

"Ke mana kita?"

"Aku mau yang segar-segar."

"Gampang, Ilham saja masukkan ke kulkas." Dinar menyebut rekan kerjanya yang mirip artis drakor."

"Segar kagak, mati iya."

"Duh, kalau Ilham mati pasti banyak hati cewek yang patah."

"Aku mau mie kocok plus es jeruk."

"Itu sih alasan ekonomi, traktir yang ekonomis."

"Trus kamu mau apa? Ilham dikasih es serut?" Kedua sahabat itu cekikikan.

"Ya deh aku manut. Aku mah orangnya gitu, baik hati, tidak sombong, suka menolong teman, rajin."

"Rajin nabung gak?"

"So pasti."

"Nabung masalah?"

"Katanya kamu mau aku bagi masalahku?"

"Yo'i. Aku kan sahabat yang peduli."

Dua mangkok mie kocok pedas segera saja tandas. Doyan atau lapar ya?

Sambil mengaduk es jeruk lalu menyeruputnya, Sasha pun bertanya lagi, "Apa masalahmu?"

"Kalau aku kasih tahu, pingsan gak ya?"

"Emang seberapa berat sampai aku pingsan segala?"

"Ini masalah terberat dalam hidupku." Wajah Dinar seketika mendung, awan hitam berarak-arak di matanya.

"Jadi, apa dong?"

"Aku baru saja jadi janda."

Mendengar itu, Sasha langsung tersedak.

"What, really?"

"Yups."

"Dimasmu keliatannya suami yang sempurna."

"Ya, tapi dia membiarkan Mamanya pengaruhi dia."

"Maaf, Nar, soal momongankah?"

Dinar mengangguk, netranya mulai berkaca-kaca. Sasha meraih tangan sahabatnya, memberi kekuatan.

"Yang kuat ya, sabar."

"Mas Sabar tukang baso."

"Nar, kalau kamu mau nangis, menangislah biar lega. Gak perlu selalu terlihat kuat dan sempurna dengan sembunyikan masalahmu di balik guyonanmu." Batin Sasha meradang, rasanya mau jitak Dimas. Kurang ajar dia!

"Tak ada masalah besar karena aku punya Allah Yang Maha Besar." Suara Dinar parau menahan air matanya tumpah.

🏡🏡🏡🏡🏡

Membran KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang