Membran Kasih
~ Dua Puluh Tiga ~Langit sore terlihat muram. Mentari bersembunyi di balik awan yang berarak menuju peraduannya. Sebentar lagi, Magrib akan tiba.
Dimas luar biasa panik. Selama berumah tangga, Dinar tak pernah pingsan walau pernah beberapa kali sakit.
"Awas!" Sasha menjerit saat mobil hampir saja menyenggol sebuah motor saat hendak menyalip. Di kaca spion tampak pengemudinya melotot dan mengepalkan tangan.
"Ya Allah." Gurat kecemasan terdengar nyata di suara Dimas.
"Tenang, Mas. In syaa Allah Dinar gak apa-apa. Kayaknya kecapean saja." Sasha tidak mengatakan kalau Dinar jadi sakit gegara mimpinya semalam.
"Kita harus cepat nyampe rumah sakit."
"Ngebut boleh tapi tetap harus hati-hati."
Dengan sigap, Dimas masuk ke Instalasi Gawat Darurat dan kembali bersama seorang perawat wanita yang mendorong blankar. Dimas menggendong Dinar yang masih pingsan dan menidurkannya. Dinar pun dibawa ke bilik bergorden.
Dinar diperiksa tekanan darah, denyut nadi dan saturasi oksigennya oleh suster.
"Tunggu dokter ya biar Ibu diperiksa dulu."
Tak berapa lama, seorang dokter wanita yang masih muda datang. Sepertinya dokter yang baru lulus. Memang biasanya dokter yang fresh graduated ditempatkan di IGD.
"Tensi Ibu rendah, 87/64, saturasinya juga anjlok, 87, suhunya 38,2°." Dokter menjelaskan sedikit tentang kondisi Dinar. "Bu, Ibu ... bangun Bu," panggil dokter sambil menepuk-nepuk pipi Dinar yang pucat seperti kapas.
"Terus bagaimana, dok?" Dimas gamang mengetahui kondisi Dinar yang mengkhawatirkan.
"Maaf, Bapak suaminya?"
Dimas tertohok dengan pertanyaan itu, bingung menjawab sampai terucap juga satu kata, "Ya."
"Bagaimana pingsannya, terbentur tidak?"
"Saya kurang tahu, tadi belum pulang tapi ada temannya yang melihat kejadian."
"Bisa dipanggil?"
Dimas segera menghampiri Sasha.
"Sha, tadi Dinar jatuhnya kejedot lantai gak?" tanya Dimas dengan sepenuh cemas yang dirasa.
"Gak, sempat aku tahan."
"Syukurlah kalau tidak terbentur. Ibu suka pingsan begini?"
"Baru pertama ini, dok?"
"Punya riwayat sakit kepala?"
"Istri saya jarang sakit, paling batuk pilek saja." Dimas melirik Sasha yang menatapnya saat dia mengatakan istri saya.
"Istri Bapak demam. Perlu dicek darah."
"Lakukan yang terbaik untuk istri saya."
"Aaaarrrh ...." Dinar menggumam dan mengetukkan telunjuknya ke kasur.
"Bu, bangun, Bu. Apa yang Ibu rasakan?" tanya dokter.
Mata Dinar perlahan terbuka. Dilihatnya dokter, Sasha dan ... Dimas!
"Di mana ini?" Dinar berusaha bangun tapi segera ditahan oleh dokter.
"Di rumah sakit, sayang. Tadi Nar pingsan."
"Haus, Mas."
"Ini minum, aku tadi sengaja bawa minum dari rumahmu," ucap Sasha sambil mengangkat kepala Dinar.
"Kita tunggu hasil laboratorium ya, Pak."
"Ya, dok."
Dimas membelai kepala Dinar yang hanya mengenakan hijab instan, dipasangkan oleh Sasha sebelum berangkat. Dinar pasti marah kalau pergi tanpa mengenakannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/290113021-288-k632075.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Membran Kasih
RomanceKisah perjuangan seorang lelaki bernama Wifri sejak dia ditinggal Ayahnya menghadap Ilahi. Wifri muda berperan sebagai Ayah untuk tiga adiknya: Wina, Wira dan Wini. Wifri mengantar adik-adiknya menuju kesuksesan sehingga dia seolah lupa pada diriny...