Bagian ke Dua Puluh Tujuh

18 2 0
                                    

Udara Sabtu pagi begitu cerah. Mega-mega berarak bersama semilir angin yang bertiup di antara topi-topi toga yang dilemparkan ke udara.

Di antara ratusan wisudawan, Alfa tampak gagah di samping Wini, Almee dan Mama Papanya. Resmi sudah menjadi dokter spesialis syaraf, profesi yang sangat membanggakan.  Pernikahan Alfa dan Wini sudah didaftarkan dan diresmikan di KUA. Tak seperti adiknya, Wifri dan Dinar tidak melakukan hal yang sama.

Rencananya, Alfa dan Wini akan melangsungkan resepsi dua bulan ke depan.
Berbagai persiapan sudah dilakukan termasuk memesan gedung dan catering serta undangan. Soal dandan, Wini percayakan pada Indah, asistennya. Ada pun baju pengantin, bisa Wini siapkan sendiri. Wini dan Alfa sepakat menggunakan nuansa biru dengan adat Sunda.

🏠🏠🏠🏠🏠

Tiga minggu berlalu sejak kepergian Ibu, suasana rumah Wifri rasanya berbeda. Tak ada lagi lantunan suara Ibu mengaji setelah salat Subuh. Tak ada lagi kesibukan pagi menyiapkan makanan untuk Ibu.

Wini dan Alfa terkadang tidur di rumah Wifri tapi terkadang di kosan Alfa. Wifri sudah mendapatkan rumah yang akan over kredit karena macet. Letaknya tidak terlalu jauh dari ruko.

"Alfa, sebelum ke rumah sakit mampir sebentar ke kantor Akang, kita akad."

"Lo ko akad lagi, kan sudah?" Wini mengerling Alfa dengan manja.

"Akad rumah, Neng Nong. Over kredit." Wifri menjentik hidung mancung adiknya.

"Oh, kirain," seringai Wini renyah.

"Alfa ke rumah sakit jam delapan, Kang."

"Ya. Surat-surat sudah disiapkan. Tinggal ditandatangani saja.

" Oke," jawab Alfa di balik cangkir biru yang mengepulkan teh manis panas. Aromanya terasa melekat.

"Biar bisa segera ditempati," tambah Wifri

Jika Wini dan Alfa menginap di kosan Alfa, Wifri sendirian saja di ruko. Lo ko sendiri? Begitulah, pernikahannya dengan Dinar benar-benar hanya sebagai jalan bagi Dimas untuk rujuk. Tak pernah sekali pun Dinar menginap di ruko atau sebaliknya, Wifri menginap di rumah Dinar. Adik-adik Wifri sangat prihatin dengan pernikahan Akangnya tapi sungkan untuk bertanya.

🏠🏠🏠🏠🏠

Wira sudah memboyong Diah dan Dira pindah ke rumah Ibu. Awalnya mertuanya keberatan tapi akhirnya mengizinkan setelah Wira menjelaskan akan menempati rumah mendiang Ibu. Walau bagaimanapun mertuanya pasti merasa kehilangan karena sejak Wira menikahi Diah, mereka tak pernah meninggalkan pavilyun alias numpang di PMI atau Perumahan Mertua Indah. Atas bantuan Dinar, Wira bisa bekerja di resort yang dibangun Dimas di Lembang. Dinar, kakak ipar Wira rasa mantan istri majikan yang akan diperistri lagi. Berbelit ya? Walau begitu, Wira tentu saja tetap berterima kasih. Kawasan Lembang adalah destinasi wisata yang ramai dikunjungi terutama di akhir pekan dan saat liburan. Wira dan Diah tentu sangat bersyukur, berharap kehidupan mereka semakin membaik dan bisa hidup lebih layak.

🏠🏠🏠🏠🏠

Persiapan resepsi pernikahan Alfa dan Wini semakin terasa. Gaun biru langit yang cantik sudah selesai Wini jahit, terlihat cantik dengan manik-manik berkilauan. Atas permintaan Alfa, dia akan mengenakan jas warna navy dan kemeja senada dengan gaun Wini.

"Nanti sore kita cari perabotan untuk rumah baru ya, sayang. Wini yang pilih."

"Aku mau yang sederhana saja. Sekalian beli kompor, peralatan masak dan makan."

"TV, mesin cuci, dispenser, kulkas, mesin cuci perlu gak?"

"Pake nanya segala."

Alfa menggoda istrinya, "Pasti mau warna biru."

Membran KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang