Membran Kasih
~ Enam ~Pagi masih berkabut. Embun tertinggal di dedaunan. Suara kokok ayam jantan dari luar cluster menyemangati untuk menjemput rezeki. Burung-burung pun menimpali dengan cicit di antara ranting pohon.
Semalam Wifri tidur di sofa, sepakat dengan Wini untuk bergantian menemani Ibu tidur di saat malam. Mang Kusdi dan Bi Syifa tidur di kamar Wifri.
Mang Kusdi dan Wifri baru saja menunaikan salat Subuh di mesjid. Berjalan beriringan menuruni bukit landai menuju rumah.
"Kamu beruntung punya rumah yang bisa dijadikan tempat usaha adikmu, dekat dengan kantor dan utamanya dekat dengan mesjid."
"Ya. Mang, alhamdulillah. Syukur tiada henti."
"Hei, betul ucapan Bibimu. Segeralah menikah. Mau Mamang carikan?"
"Jodoh itu rahasia Allah, in syaa Allah akan tiba waktunya."
"Gak usah nunggu Wini nikah."
Wangi kopi menyeruak saat Wifri dan pamannya masuk rumah. Sudah kebiasaan Wini untuk menyediakan kopi di saat pagi ditambah teh manis untuk dirinya dan Ibu. Sekarang ditambah untuk Bi Syifa.
"Auto haus nih. Makasih ya adikku sayang. Kamu sudah terbiasa nyeduh kopi jadi nanti tinggal diterusin untuk suamimu." Wifri menghempaskan badannya di sofa di samping Mang Kusdi. Diambilnya remote lalu menyalakan televisi.
"Belum tentu suka kopi."
"Laki-laki tanpa kopi bagai pistol tanpa peluru, ya kan Mang?"
"Bagai malam tanpa bintang."
"Beud, si Mamang romantis."
Ibu baru saja menamatkan juz 29, masuk juz terakhir diawali Surat Annaba. Ditutupnya Qur'an besar yang dibawanya dari rumah lalu diletakkan di atas lipatan sajadah dan mukena. Ibu sudah tidak kuat berlama-lama mengaji, gampang pusing karena pandangannya kabur dan cepat lelah.
"Ibu minum teh manisnya ya." Wini meletakkan gelas bertatakan di samping kasur.
Di dapur, Bi Syifa berkutat dengan racikannya untuk sarapan.
"Umi masak apa? Semerbak begini? Mang Kusdi bertanya pada istrinya yang tak menoleh.
"Nasi liwet dan teman-temannya."
"Siapakah teman liwet?" Wini menghampiri Bibinya hendak memberi bala bantuan.
"Tahu bacem, goreng gabus, tumis kangkung, sambal terasi, lalapan dan kerupuk."
"Mantap jiwa, belahan jiwaku."
"Kita ke rumah sakit jam tujuh ya. Ini pertama kali jadi belum bisa daftar online."
"Pake BPJS gak, Wif?"
"Wifri belum bikin. Sekeluarga belum ada yang punya."
"Buruan bikin buat jaga-jaga."
🏘️🏘️🏘️🏘️🏘️
Malam terasa panjang, Dimas berulang kali membalikkan badannya di ranjang. Balik kanan, balik kiri, miring kanan, miring kiri, tengkurap, telentang, duduk, rebah lagi. Hatinya kacau tak karuan. Berhari-hari susah tidur semenjak Dinar mengendap-endap pergi dari rumah Mamanya saat lebaran.
Tak ada satu pun pesan yang dibalas oleh Dinar, hanya dibaca saja. Begitu pun dengan panggilan telepon, tak pernah diangkat. Sampai akhirnya kemarin Dimas mendapat informasi dari Sasha bahwa Dinar menginap di hotel dekat kantornya. Dimas pun segera bergerilya sampai malam mencari Hyundai Dinar di parkiran beberapa hotel, nihil. Dimas ragu untuk bertanya pada resepsionis apakah ada istrinya menginap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Membran Kasih
RomanceKisah perjuangan seorang lelaki bernama Wifri sejak dia ditinggal Ayahnya menghadap Ilahi. Wifri muda berperan sebagai Ayah untuk tiga adiknya: Wina, Wira dan Wini. Wifri mengantar adik-adiknya menuju kesuksesan sehingga dia seolah lupa pada diriny...