Bab 3

1K 115 130
                                    

"Kamchagiya" Eunjung terhuyung saat tiba-tiba melihat Sijin yang sedang bersandar di tembok tepat saat Eunjung keluar dari toilet.

Eunjung mencoba kembali ke dalam toilet, tapi sial, tangannya terlanjur di tarik oleh pria itu. Kini Sijin menyudutkan Eunjung di tangga darurat. Tak ada celah bagi Eunjung kabur, pria itu mengunci dirinya dari sisi kanan dan kiri.

"Ya! Kau gila?" Siapapun yang melihatnya akan tau kalau Eunjung sedang gugup saat ini. Tak ada jawaban dari pria tampan itu, tatapannya terkunci dan sangat mengintimidasi, entah apa yang pria itu pikirkan saat ini.

"Wae wae? Mengapa menyusulku? mereka akan curiga"

"Aku bilang akan mengantar mu, karena aku takut kau tersesat di gedung ini"

"Aku tidak tersesat jadi kau bisa pergi. Kau pikir aku anak kecil?" Eunjung mendorong dada bidang Sijin tapi tidak berhasil.

"YA!" Kini Eunjung benar-benar kesal, alisnya bahkan saling bertautan.

"Kau menyebut dirimu dewasa, tapi tidak tau caranya berpamitan dengan benar setelah kejadian malam itu?" Sial, kata-kata Sijin membuat Eunjung teringat kembali, entah kenapa pandangannya hanya tertuju pada bibir pria itu. Eunjung menelan ludah berat.

"Apa yang kau maksud? aku bahkan tidak mengingat apapun, aku hanya terkejut melihat mu saat aku bangun" jawab Eunjung gugup.

"Benarkah?"

"Eoh, bukankah kita sama-sama mabuk malam itu?"

"Sayang sekali, berarti hanya aku yang mengingatnya jelas" Sijin mengerutkan kening, menampilkan wajah kecewanya.

"Apa lagi? Ish, bisakah kau lepaskan aku sekarang?" Eunjung jengkel karena pria itu tetap mengunci pergerakannya. Entah berapa menit mereka berada di posisi tersebut. Tanpa kata-kata, tanpa pergerakan, hanya dua insan yang saling mengagumi satu sama lain. Eunjung hampir kehabisan nafas sekarang, udara di sekitarnya terasa lebih panas. Bukan apa-apa, jika terus begitu Eunjung takut tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.

"Tidak ada, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Mianne aku tidak memakai pengaman saat itu" ucap Sijin serius.

"Kau bilang mengingatnya jelas? waah kau bahkan melupakan bagian itu, kau jelas-jelas memakainya, ishh" protes Eunjung, Sijin bisa lihat ada kekesalan dari raut wajah wanita cantik itu.

Sijin tidak mampu menyembunyikan senyumnya lagi, pria itu tertawa ringan, merasa dirinya menang. Sedangkan Eunjung hanya melongo dengan kebodohannya, bisa-bisanya dia terpancing dengan begitu mudah.

"Kau mengingatnya" ucap Sijin lembut sambil mengusap pipi Eunjung.

"Aish" Eunjung menutup muka dengan kedua tangannya, rasanya benar-benar memalukan.

"Selamat bekerja sama, nona Carillon. Jangan bosan bertemu denganku"

Tak ada jawaban, wanita itu tetap tertunduk sambil menutup mukanya.

"Sepertinya kita harus segera kembali, jika tidak aku tidak akan tau apa yang terjadi setelah ini" Sijin menjauhkan tubuhnya, membiarkan wanita itu melepaskan dirinya dan pergi dengan terburu-buru.

🌱🌱🌱

"Jiyeon-a"

"Wae?"

Eunjung duduk di atas sofa melipat kakinya, pandangannya fokus pada layar televisi tapi pikirannya entah kemana. Di apartemennya dia sedang bersama Jiyeon, wanita itu sering mampir karena apartemen mereka yang bersebelahan. Jiyeon tampak tertawa melihat tayangan komedi pada layar di depannya

Allegro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang