Bab 17

956 108 79
                                    

Sijin duduk di salah satu restoran dengan pemandangan menakjubkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sijin duduk di salah satu restoran dengan pemandangan menakjubkan. Beberapa jam yang lalu dia mendapat pesan dari Eunjung, kalau wanita itu akan menyusul secepatnya. Namun sudah satu jam Sijin berada di sana, Eunjung tak juga menampakkan batang hidungnya.

Sijin berkali-kali menghubungi nomor wanita itu tapi sepertinya ponselnya mati.

"Kau dimana?" Sijin sedikit khawatir jika terjadi sesuatu dengan Eunjung.

Sijin berkali-kali melihat jam tangannya, waktu terus berlalu dengan cepat. Pengunjung restoran pun datang silih berganti, namun hanya dirinya yang belum memesan makanan. Dirinya hanya bisa membuang nafas panjang sembari bersabar.

Sijin mengambil sebuah kotak kecil di sakunya, kotak berisi cicin itu sudah dia persiapkaan dari jauh-jauh hari. Tak ada alasan untuk menundanya lagi karena resital telah selesai di gelar. Sijin tak ingin memikirkan hal lain selain kehidupannya bersama Eunjung.

"Semoga dia menyukainya" gumam Sijin membuka kotak tersebut sebentar lalu ditutupnya kembali. Pria itu tersenyum manis tidak sabar melihat reaksi wanitanya.

Satu jam, dua jam, aniya sudah hampir empat jam Sijin berdiam diri tanpa kepastian.

"Tuan, restoran sudah mau tutup. Apa orang yang kau tunggu masih belum datang?" tanya salah seorang pelayan disana.

Sijin melihat kesekelilingnya, benar saja hampir semua meja sudah di rapikan. Tak ada pengunjung lain selain dirinya.

"Bisakah aku menunggu sebentar lagi?"

Drrtt drrttt

"Tunggu sebentar"

Sijin mengambil ponselnya, sebuah nomor tak di kenal menelponnya.

"Halo?" jawab Sijin panik, pikirannya hanya tertuju pada Eunjung takut kalau terjadi sesuatu di jalan dengan wanita itu.

"Sijin-a"

"Eunjung-a, kau dimana? Aku kesana sekarang"

"Aniya Sijin-a, aku masih di rumah Woojin, mianne sepertinya aku tidak bisa menemuimu malam ini. Aku benar-benar minta maaf"

"Beritahu alamatnya aku akan menjemputmu"

"Tidak perlu, sebaiknya kau pulang, kau pasti sangat lelah, besok pagi aku akan ketempatmu"

"Aku tidak lel.."

"Sijin-a, aku harus menutup teleponnya mianne" ucap Eunjung terburu-buru

"Eunjung-a tunggu..."

Tuuuuutttt

Sambungan telepon mereka terputus. Sijin mengepalkan tangannya, seluruh pikirannya kacau. Terlalu banyak pertanyaan. Tapi dirinya tidak tau harus bagaimana.

"Tuan apa kau baik-baik saja?" tanya pelayan di sampingnya khawatir. Namun Sijin tidak mempedulikannya, pria itu berjalan lunglai menuju parkiran.

🌱🌱🌱

Allegro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang