Bab 19

1.1K 104 71
                                    

Hachimm

"Eunjung-a, kau harus ganti baju dulu badanmu menggigil seperti ini"

Sijin akhirnya menggandeng Eunjung masuk kedalam rumah. Sijin membuatkan minuman hangat, selagi Eunjung mengganti pakaiannya yang basah.

Lima belas menit berlalu, wanita itu keluar kamar dengan kondisi lebih baik dari sebelumnya walau matanya masih sedikit sembab.

"Kenapa kau berdiri disini?" Eunjung sedikit terkejut karena Sijin hanya diam mematung di samping pintu kamar.

"Coba ku periksa" Sijin segera menempelkan tangannya di dahi Eunjung, khawatir wanita itu terkena demam.

"Syukurlah kau tidak demam" Sijin segera membawa Eunjung untuk duduk di atas sofa.

Pria itu sibuk memberikan hot pack untuk menghangatkan kaki Eunjung yang masih membeku.

"Aku baik-baik saja kau tak perlu sampai begini"

"Badan mu dingin semua, mana bisa aku diam saja" Sijin sangat keras kepala untuk urusan itu. "Minumlah sebelum dingin" Sijin menyodorkan gelas berisi cokelat panas ke tangan Eunjung.

Keduanya tiba-tiba merasa canggung satu sama lain, hanya keheningan malam yang terasa. Sijin dan Eunjung larut dengan pikiran masing-masing.

"Mianne" keduanya kompak mengatakan hal yang sama.

Sijin mendongak menatap wajah cantik Eunjung.

"Eunjung-a, aku tau perkataanku menyinggungmu. Maaf karena terbawa emosi, aku bahkan tidak bisa kehilangan mu barang sehari pun. Paboya Yoo Sijin. Kau boleh memukulku, memarahiku sebanyak yang kau mau, tapi ku mohon jangan menyerah pada hubungan ini" mata Sijin melemah, hatinya sedikit sakit saat mengingat kejadian tempo hari tapi disisi lain ada rasa bahagia karena wanitanya kini ada di depan matanya.

"Sijin-a, aku pun salah, mianne, seharusnya aku tidak ikut terbawa emosi hari itu, maaf karena membatalkan janji kita kau juga berhak marah karena itu, dan maaf karena bersikap seperti pengecut dengan menghindarimu selama berhari-hari" Eunjung tertunduk

"Aniya Eunjung-a, seberapapun besarnya kemarahanku saat itu seharusnya aku tidak melukai perasaan mu. Aku sangat menyesal" Sijin meremat tangannya kuat.

"Sijin-a, lebih baik kita hentikan, tak akan ada habisnya kalau kita saling menyalahkan diri sendiri" Eunjung memberi pengertian, wanita itu mengusap pipi Sijin lembut dan meminta pria itu duduk di sampingnya karena tidak tega melihatnya terus berlutut di lantai.

"Kau benar mengalami kecelakaan?" tanya Eunjung penasaran

"Eoh, aku tidak sengaja menabrak bamper belakang mobil seseorang, aku sudah membayar kerugian dan lain-lain, tidak ada yang terluka kau tidak perlu khawatir" jelas Sijin

"Syukurlah, ku kira kau benar-benar terluka"

"Aniya aku baik-baik saja, akan ku marahin Dohwan karena membohongimu, aish"

"Andwe, aku tau dia hanya ingin membuat kita kembali bersama"

"Eunjung-a" panggil Sijin

"Ne?"

"Hmm sudah bolehkah aku menyentuhmu lagi?" tanya Sijin ragu-ragu, membuat Eunjung mengulum senyum.

"Memang apa yang kau lakukan dari tadi, hah?"

"Aniya, maksudku bolehkah aku menciummu sekarang?" Tatapan Sijin penuh harap.

"Eoh" sebuah senyum manis terukir di wajah Eunjung.

Tanpa pikir panjang, Sijin segera menyatukan bibir nya dengan Eunjung. Tubuhnya sedikit di condongkan membuat tubuh munyil Eunjung terhimpit diantara dirinya dan sandaran sofa. Satu tangannya digunakan untuk menekan tengkuk Eunjung demi memperdalam ciuman mereka.

Allegro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang