Bab 21

938 100 34
                                    

Sijin menggandeng tangan Eunjung erat, pria itu menunggu pintu lift terbuka tidak sabaran.

"Kau berhentilah mengetuk-ngetukan kakimu seperti itu" protes Eunjung jengkel

"Salahmu karena tak ingin melanjutkannya di dalam mobil" jawab Sijin cuek.

"Kau ingin perbuatan kita menjadi konsumsi publik hah?"

Pria itu hanya terkekeh mendengar komentar Eunjung

Teng

Pintu lift segera terbuka, mereka sudah sampai di lantai apartemen Eunjung.

"Ya! Bersabarlah sedikit" Eunjung tertawa geli melihat kelakuan Sijin.

"Palli, kau memang senang menyiksa.." Sijin menghentikan langkahnya saat Eunjung tiba-tiba diam mematung. Ekspresi wajah Eunjung seketika berubah tidak seperti sebelumnya.

"Eomma?" gumam Eunjung pelan, wanita itu tampak terkejut.

Sijin mengikuti arah pandang Eunjung, dirinyaikut mematung saat melihat seorang wanita berusia lima puluhan tahun berdiri menunggu di depan pintu apartemen Eunjung.

"Eunjung-a, eomma datang kesini.." ucap wanita itu, tak sampai menyelesaikan penjelasannya Eunjung memutar badan untuk segera pergi.

Sijin yang kebingungan sempat mematung. Bagaimanapun raut wajah yang di tunjukan oleh Eunjung menandakan wanita itu tidak suka dengan apa yang dirinya lihat. Sijin tidak mengerti apa yang terjadi, jika memang benar wanita itu adalah ibu Eunjung lalu mengapa sebelumnya Eunjung mengatakan dirinya tidak memiliki orang tua?

"Eunjung-a!" panggil wanita tua itu ingin menyusul Eunjung

"Eomeoni, mianne, kalau boleh biar saya yang mengejarnya" cegah Sijin, dia tau betul sifat keras kepala Eunjung yang senang memilih menghindari masalah.

"Kau siapa?" tanya wanita itu lagi.

"Nama saya Yoo Sijin, mohon maaf sepertinya pertemuan kali ini sedikit tidak mengenakan, lain kali saya akan memperkenalkan diri dengan baik" ucap Sijin sopan sambil berpamitan.

"Baiklah, aku serahkan padamu" wanita itu mengangguk lalu membiarkan Sijin pergi menyusul Eunjung.

🌱🌱🌱

"Eunjung-a, jamkaman" Sijin meraih tangan Eunjung saat menemukan wanita itu berjalan dengan lesu di dekat trotoar. Entah apa yang Eunjung pikirkan saat ini, yang jelas wanita itu seperti tidak bernyawa.

"Sijin-a, bisakah kau bawa aku pergi dari sini?" pinta Eunjung, Sijin bisa melihat jelas wanita itu berkaca-kaca.

Sijin akhirnya membawa Eunjung masuk kembali ke dalam mobil. Belasan menit berlalu, tak ada satu kalimat pun yang keluar dari mulut Eunjung. Sijin hanya bisa bersabar memakluminya. Walau sebenarnya didalam hati Sijin ada banyak pertanyaan yang dia ingin sampaikan. Sijin membawa Eunjung berkeliling, entah kemana sebenarnya tujuan mereka.

"Sijin-a, mianne kau pasti kebingungan saat ini" ucap Eunjung seperti mengerti isi pikiran Sijin, pandangan wanita itu tetap menuju ke bawah.

"Gwenchana, kau bisa mengatakannya saat kau siap" Sijin memberi pengertian.

Eunjung meremat tangannya, hatinya tiba-tiba gusar. Kebencian itu datang merasukinya tak beralasan. Kenangan masa lalu datang silih berganti bagai mimpi buruk. Eunjung membenci dirinya sendiri setiap kali merasakan hal itu.

Allegro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang