Bab 15

1K 104 90
                                    

Mereka berempat telah sampai di restoran yang di maksud oleh Eunjung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berempat telah sampai di restoran yang di maksud oleh Eunjung. Wanita itu berjalan duluan untuk mengambil tempat. Untung saja restoran itu tidak seramai biasanya, jadi mereka bisa langsung memesan.

"Gomawo" ucap Sijin cuek saat Woojin menarik kursi untuk dirinya di samping Eunjung. Pria itu duduk tanpa rasa bersalah, kini malah asik membolak balik buku menu. Woojin dengan sabar memilih duduk di kursi seberang. Sedangkan Dohwan pasrah mendapat kursi sisa di samping Woojin.

"Imo!" panggiĺ Woojin

"Omo omo kalian sudah lama tidak datang kesini" sapa bibi pelayan restoran disana.

"Imo, aku merindukan masakan mu" jujur Eunjung manja.

"Tumben sekali kalian membawa teman" bibi tersebut mengamati wajah tampan Sijin.

"Ah, mereka klien ku imo"

Setelahnya mereka saling memperkenalkan diri.

"Jadi apa yang akan kalian pesan?" bibi pelayan menyiapkan catatan dan bolpoin

"Jjaa, satu kimchi jjigae porsi sedang tanpa jamur enoki cabe dipisah untuk Eunjung dan satu lagi porsi jumbo, pianis Yoo dan manager Woo apakah sudah selesai memilih?" tanya Woojin.

"Aku tidak pesan, perutku sudah penuh" Dohwan tersenyum kaku.

Sijin malah terdiam, memikirkan seberapa dekat Eunjung dan Woojin hingga hafal pesanan satu sama lain. Sijin seketika merasa jauh dari Eunjung.

"Hyung?" Dohwan menjentikkan jari di depan wajah Sijin.

"Ah, ne samakan dengan pesanan Nona Lee saja" pesan Sijin sambil mengembalikan buku menu.

"Untuk minumannya?"

"Eunjung-a, teh yuja panas?" Woojin memastikan

"Eoh"

Sijin menatap Eunjung kesal, wanita itu sepertinya tidak peka sama sekali. Untuk pertama kalinya Sijin kesal melihat senyuman di wajah wanita itu.

"Pianis Yoo? Manager Woo?"

"Kami juga samakan dengannya" jawab Sijin ketus, sebelum Dohwan membuka mulut. Padahal dia ingin memesan yang lain.

"Imo, satu botol kwangdong herbal" pinta Eunjung sebelum bibi itu pergi.

Setelah makanan mereka datang, mereka saling berbincang satu sama lain. Woojin benar-benar membuat lawan bicaranya nyaman berada di dekatnya.

Hanya Sijin yang merasa tidak bersemangat. Wajahnya terus di tekuk, hanya fokus pada makanannya. Pria itu melampiaskan kemarahannya pada makanan, melahapnya habis tanpa tersisa. Tak seperti biasanya, Sijin terdiam seribu bahasa.

"Boleh imo ikut bergabung?" tanya bibi pelayan ragu-ragu, setelah memastikan tak ada pengunjung lain yang datang.

"Tentu" Woojin menarik satu kursi ke dekatnya.

Allegro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang