1 | PROLOG

311 17 0
                                    

Ia terus berlari tanpa mempedulikan keringat yang terus turun melewati dahi nya. ia tepis rasa Lelah yang ia rasakan demi mengejar seseorang di hadapannya. Ia tidak ingin kehilangan lagi, ia tidak ingin ditinggal lagi. ia terus berteriak memanggil nama orang di depannya. Namun orang di depannya terus berjalan dan tidak menghiraukannya. Ia terus berlari sampai akhirnya ia berada di puncak lelahnya. Ia menghentikkan Langkah nya. mengatur nafasnya dan kembali berjalan.

Namun apa yang ia lihat di hadapannya sekarang membuat nya terdiam di tempat berdirinya sekarang. Ia melihat orang yang ia kejar sedang berdiri di ujung tebing.

"jangan. Tolong jangan melangkah sedikit pun. jangan tinggalkan aku disini."

Orang itu menatap nya dan tersenyum hangat padanya. Namun senyuman itu pudar, raut wajah nya berubah menjadi sendu.

"semua karena kamu."

Dan orang itu menerjunkan dirinya kebawah tebing, dimana tepat dibawah tebing adalah laut. Ombak menyapu tubuhnya hingga menghilang dari pandangan. Tubuhnya terhanyut dibawa pergi oleh air laut. Ia menitikkan air matanya. Ia berlutut dan menatap air laut di hadapannya.

"JANGAN TINGGALKAN AKU DENGAN PERASAAN BERSALAH INI!!"

******


Ia membuka matanya dan melihat sekeliling nya. ia mengatur nafas nya dan mencoba menenangkan dirinya.

Mimpi itu lagi, ucap nya dalam hati.

Ia menyenderkan tubuhnya pada kursi yang sedang ia duduki sekarang. Ia ketiduran semalam karena rasa lelahnya setelah bekerja seharian kemarin. Rasa pegal ia rasakan pada seluruh tubuhnya, namun ia tidak peduli, perasaan nya sangat kacau sekarang. ia selalu memimpikan hal yang sama selama tiga tahun lamanya. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya. namun apa yang harus ia lakukan? bagaimana caranya menembus kesalahan di masa lalu padahal orang itu sudah tenang diatas sana?

Bunyi dering handphone terdengar menandakan ada seseorang yang menelfon dirinya. ia mengambil handphone nya dengan malas, dan melihat layar handphone nya. ia menghela nafas dan mengangkat panggilan itu. suara di seberang sana membuat nya mengernyitkan dahi. Ia terlalu Lelah mendengar suara dari seberang sana, dan ia memutuskan panggilan itu sebelum pihak seberang menyelesaikan ucapannya.

Dengan malas ia bangkit berdiri, merenggangkan tubuhnya, dan berjalan menuju kamar mandi. Ia harus segera membersihkan dirinya dan bersiap untuk menjalani rutinitas nya hari ini. sebenernya ia sangat Lelah dan bosan dengan kehidupannya yang begitu monoton. Ia tinggal sendirian di rumah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Lebih tepatnya sederhana. Rumah ini memiliki banyak kenangan bagi dirinya. ia tidak akan meninggalkan rumah ini karena rumah ini adalah milik peninggalan ibunya. Maka ia akan menjaga nya dan merawatnya.

Setelah ia membersihkan dirinya, ia memakai pakaian kasual dan sederhana, ia tidak suka memakai sesuatu yang terlalu berlebihan. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian orang orang, meskipun wajahnya sendiri sudah mampu membuat orang memperhatikannya sih. Apakah ia harus menyalahkan ibu nya yang sudah melahirkan nya menjadi seseorang yang tampan?

Tampan ya. Tampan, sederhana, dan dingin. Itu lah yang mendeskripsikan dirinya, bisakah kalian membayangkan? Lelaki tampan, sederhana, dan juga dingin, sudah seperti tokoh di sebuah novel bukan, tapi apakah nasib nya akan seperti cerita cerita itu? kita tidak akan tahu jalan hidup seseorang. Karena semua nya sudah diatur oleh yang diatas, semua nya adalah takdir.

Takdir ya.

Ia selalu mengingat setiap ucapan yang dilontarkan ibunya. Bahkan saat ibunya meninggalkan dirinya untuk selamanya. Ibu nya pernah mengatakan bahwa setiap manusia memiliki takdir yang sudah ditentukan oleh tuhan. Takdir itu sendiri tidak bisa diubah. Rasanya ia tidak terima dengan takdir yang telah dibuat oleh tuhan. Ia tidak terima kenapa nasib nya harus berakhir seperti ini. kenapa ia harus kehilangan ibu yang sangat ia sayangi? Mengapa takdir hidupnya begitu buruk? Namun setiap ia mengeluhkan hal itu, wajah ibu nya yang cantik dan manis itu selalu berputar di kepalanya.

Setelah ia bermain dengan pikirannya sendiri, ia segera melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Sebelum ia benar benar meninggalkan rumah nya, ia menolehkan kepalanya dan menatap isi rumah itu.

"aku pergi sekarang. sampai jumpa nanti." ucapnya. Kemudian ia berjalan keluar rumah, dan tidak lupa mengunci pintu rumahnya.

Setelah kepergiannya, rumah itu menjadi sangat sepi dan kosong. Memang, karena tidak ada siapapun disana. Ia memang selalu berpamitan sebelum ia pergi, ia selalu berbicara sendiri, berkhayal seakan akan ada seseorang disana. Sungguh malang sekali nasib nya.

Cuaca di pagi hari ini sangatlah cerah. Udara sejuk di pagi hari itu menggerakan dedaunan di pepohonan hingga menimbulkan gesekan antara satu daun dengan yang daun lainnya. Ia terus berjalan sambil membawa tas nya di punggung. Sesekali ia melirik sekitarnya, semua orang sibuk dengan kegiatan nya masing masing. beberapa kali ia juga melihat sekelompok remaja perempuan yang sibuk menatapnya dengan tatapan kagum.

'ck,apakah mereka tidak punya kegiatan yang lebih penting selain menatap ku' oceh nya dalam hati.

Ia segera melangkahkan kakinya cepat ke halte bus. Disana ia tidak sendiri, ada beberapa orang yang juga sibuk menunggu kedatangan bus. Ia menghela nafas kasar karena melihat banyak sekali orang yang menunggu disana. Ia yakin saat di dalam bus nanti ia pasti harus berhimpitan dengan orang orang itu. saling mendorong satu sama lain, bersikap egois dan tidak mau mengalah untuk memberikan tempat duduk nya pada orang yang lebih tua. Rasanya ia tidak ingin naik bus, namun jika tidak naik kendaraan umum itu, ia harus berangkat menggunakan apa. Jalan kaki? Berlari? Itu hanya membuat nya Lelah.

Ucapan ibunya kembali terputar di pikirannya.

"jangan terlalu banyak mengeluh, nikmati saja apa yang bisa kamu nikmati sekarang, dan jalani saja apa yang memang kamu harus jalani."

Ia tersenyum miris memikirkan ucapan ibunya. Saat itu ia benar benar Bahagia karena ibunya, namun setelah ibunya pergi meninggalkan dirinya, ia jadi tidak tau apa itu yang Namanya Bahagia. dan bagaimana cara nya ia bisa Bahagia lagi?

"aku akan menikmati semua ini bu, Tapi itu kalau ibu ada disini. Sekarang ibu sudah pergi meninggalkan aku, apa yang harus aku nikmati?"

Sebuah pelukan membuat nya tersadar dari pikirannya. Ia sudah tau siapa yang memeluk nya sekarang. ia memutar bola matanya dan melirik samping nya. ia mendengus kesal melihat kelakuan sahabatnya. Apalagi sahabat nya itu memasang wajah tersenyum tidak jelas.

"selamat pagi pangeran yang dipuja puja oleh anak anak sekolahan."

"jangan mengatakan hal itu. aku muak mendengarnya."

"YAK! Kau ini seharusnya bersyukur karena memiliki wajah tampan bak pangeran dan dirimu selalu dibicarakan oleh murid murid sekolahan."

"apa yang harus aku banggakan dari wajah ini? kau harus merasakan di posisi ku. oh ya, Aku baru ingat kalau kau itu tidak memiliki wajah yang tampan jadi tidak tau Bagaimana rasanya berada di posisi ku."

"YAK! Menyebalkan sekali kau ini. lihat saja. Aku juga memiliki pesona ku sendiri, bahkan tanpa wajah tampan pun aku juga bisa disukai oleh mereka."

"terserah."

Sahabat nya tertawa melihat raut wajahnya. Sahabat nya tau kalau ia adalah orang yang dingin dan sulit sekali diajak bercanda. Ia sudah mencoba mengajak nya bercanda, tapi selalu diakhiri dengan perdebatan antara keduanya. Namun mereka ini sudah seperti saudara, mereka saling menyayangi satu sama lain, mereka menunjukkan nya dengan cara yang berbeda.

Sahabat nya juga sudah mengenal dirinya sejak lama. Semua kejadian pahit di masa lalu, sahabat nya sudah tau semua itu. maka sebagai sahabat yang baik, ia akan selalu ada di sisinya dan mendukung nya. ia bersyukur memiliki seorang sahabat, jadi ia tidak benar benar sendiri di dunia ini.


A good friend knows all your stories

And a good friend helped you write them

******

Jika  | Lee jeno [ √ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang