12 | Keserderhanaan

21 3 0
                                    

Brrummmm!

Ckittttt!

Suara sorakan para penonton terdengar memenuhi arena balapan itu. para wanita yang memakai pakaian kurang bahan terlihat mengerumuni laki laki yang baru saja menyelesaikan balapannya.

Ia membuka helm nya. ia hanya memasang wajah datarnya, tidak peduli dengan sorakan yang orang orang berikan kepadanya. Seorang laki laki dengan postur tubuh yang tinggi menghampirinya sambil membawa sebuah paper bag berwarna cokelat.

Seo johnny, laki laki yang menghampiri jeno, ia adalah pemilik arena balapan tersebut. johnny berasal dari Chicago, johnny berasal dari keluarga yang mampu. Karena ia merasa jenuh di tempat kelahirannya, ia memutuskan untuk pergi ke korea, menetap di korea, dan membuka arena balapan ini. johnny meraup banyak keuntungan dari arena balapan yang ia buka ini.

Johnny menyerahkan paper bag tersebut kepada jeno. Ia tersenyum miring. Johnny memberikan pelukan singkat kepada jeno dan jeno membalas pelukan itu. apakah kalian berpikir jika mereka musuh? Tentu saja tidak. johnny sudah menganggap jeno sebagai adiknya.

"tidak mengecewakan. Kemampuan mu semakin meningkat." puji johnny.

Jeno tidak menjawab ucapan johnny, ia sibuk memperhatikan isi paper bag tersebut. paper bag itu berisikan sejumlah uang hasil balapannya malam ini. lee jeno, salah satu lawan yang cukup kuat untuk balapan motor ini. johnny mengakui kemampuan yang jeno miliki. Bahkan jeno jauh lebih hebat dibandingkan dirinya.

Beberapa hari setelah jeno mendatangi toko perhiasan itu, jeno memutuskan untuk ikut balapan lagi dan mengumpulkan uangnya dari hasil balapannya. Setiap ia memenangkan balapan, ia akan mendapatkan uang sebesar 10 juta. Cukup banyak bukan. namun dibalik uang sebanyak itu, ada nyawa yang menjadi taruhannya.

"sampai jumpa lagi john." ucap jeno.

Jeno melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. namun lengan nya ditahan oleh johnny. Johnny mendekatkan dirinya kearah jeno.

"ia akan kembali." ucap johnny.

Johnny menepuk bahu jeno. Jeno terdiam mendengarnya. Jeno kembali menatap johnny dan melanjutkan langkahnya. Tatapan jeno berubah menjadi tajam dan ia mengepalkan tangannya.

Ia akan kembali.

******

"mari bertemu nanti."

"dimana?"

"minggu depan. Di taman pinggir kota."

Jeno tak pernah berhenti tersenyum, di tangannya terdapat sebuah kotak berisikan kalung yang ia beli. Jeno berhasil mengumpulkan uang untuk membeli kalung yang akan ia berikan kepada siyeon. Uang yang ia kumpulkan didapat dari hasil balapannya juga bekerja paruh waktu di beberapa tempat.

Jeno semakin tidak sabar karena nanti ia akan bertemu dengan siyeon. Selama ia mengumpulkan uangnya, ia jadi jarang menemui siyeon. Keduanya sama sama sibuk bekerja.

Langkah kaki jeno perlahan melambat Ketika ia sadar bahwa ia telah berada di taman pinggir kota. masih ada waktu setengah jam lebih untuk bertemu dengan siyeon. Jeno memutuskan berjalan jalan menikmati udara sejuk di taman itu. sesekali jeno melihat anak anak yang sibuk berlarian kesana kemari.

"ibu, aku baik baik saja disini. Aku bisa merasakannya, aku jauh lebih banyak tersenyum karenanya. Aku yakin, jika ibu bertemu dengannya, ibu akan sangat menyukainya." Gumam jeno.

Jeno tidak mempedulikan tatapan orang orang di sekitarnya yang menatapnya aneh. Jeno senang berbicara sendiri. namun bukan berarti ia gila. Selama beberapa minggu terakhir, keadaan jeno juga jauh lebih baik. Jeno sudah tidak diganggu lagi oleh bayang bayang ibunya, tapi ia masih mengalami mimpi buruk setiap malam.

Jika  | Lee jeno [ √ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang